Coba Anda bayangkan, saat Anda sedang naik pesawat terbang, tiba-tiba sang pilot membuat pengumuman “diberitahukan kepada semua penumpang bahwa semua mesin pesawat yang kita tumpangi mati, untuk itu semua harap kembali ke tempat duduknya dan gunakan sabuk pengaman, semua harap tenang.” Kira-kira, apakah penumpang bisa tenang?
Saya yakin, sebagian besar penumpang akan panik dan gelisah. Begitu pula dalam sebuah organisasi atau perusahaan, apabila “mesin” kepemimpinannya mati, maka penumpang akan panik dan perusahaan bersiap untuk terjatuh yang bisa berujung kepada kebangkrutan. Saya jadi teringat kepada buku The Leadership Engine yang ditulis oleh Noel M Tichy dari Michigan Business School.
Untuk menjadi pemenang, menurut Tichy, sebuah organisasi harus menjadi “pabrik” leader. Apa artinya “pabrik?”, organisasi harus mampu memproduksi sebanyak mungkin leader di seluruh level dan lini organisasi. Caranya? Melalui teaching/mentoring, bahwa pemimpin puncak harus menjadi teacher/mentor bagi pemimpin-pemimpin yang ada di level di bawahnya.
Untuk menjadi “pabrik” leaders sekaligus menjadi pemenang, sebuah perusahaan perlu memiliki engine atau mesin yang baik. Mesin yang pertama adalah ide dan gagasan. Pemimpinnya menentukan arah, ide dan gagasan tentang organisasi secara jelas. Semua orang juga didorong untuk memberikan urun pendapat, gagasan, usulan demi kemajuan organisasi. Budaya feedback menjadi kebiasaan, sehingga orang-orang di dalamnya tidak mudah “baper” saat ada orang lain memberi saran dan masukan.
Selain arah dan ide yang jelas, sebuah organisasi yang ingin menjadi pemenang wajib memiliki “engine” yang kedua yaitu value. Saya sering mendapat curhatan dari para pemimpin dan pebisnis tentang ruwetnya bisnis yang dijalaninya. Dari yang semula kawan menjadi lawan, dari semula anggota timnya bergaya hidup bersahaja menjadi berfoya-foya dan lain sebagainya.
Dari hasil diskusi, kami sepakat bahwa penyebab ruwetnya bisnis adalah karena tidak adanya value yang disepakati sejak awal. “Fokus kami adalah uang, profit dan revenue, kami melupakan yang lebih esensial yaitu value” begitu ungkapan mereka. Apakah bisnis Anda ruwet saat ini? Coba tengok sejenak, apakah Anda sudah serius menancapkan value kepada tim Anda?
Dan engine ketiga yang wajib ada di sebuah organisasi pemenang yang melahirkan leader adalah 3 E (energy, emotional, dan edge). Energi dan emosi yang berkembang adalah energi dan emosi positif. Hubungan yang terjalin adalah hubungan yang saling respect, menghargai dan mendukung satu dengan yang lainnya.
Selain itu, para leader wajib berani mengambil keputusan yang tidak populis, mengambil keputusan sulit dan berani mengorbankan kenyamanan demi kepentingan masa depan yang jauh lebih baik. Kesemua itu disebut edge.
Apakah Leadership Engine di perusahaan Anda sudah berjalan? Apabila ide, value, energy, emotional dan edge belum bergerak dengan baik itu pertanda mesin leadeship di perusahaan Anda rusak, perlu segera diperbaiki agar tidak segera terjatuh, sebagaimana pesawat terbang yang mesinnya mati.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer