Ujian Ketulusan

Share this

Salah satu kesibukan saya adalah berdiskusi, membantu, memberikan coaching kepada para trainer yang ingin tumbuh dan berkembang. Beberapa diantaranya ada yang menginap di rumah karena memang mereka dari luar kota.

Sebagian besar dari mereka perlu dipoles dalam hal content [isi materi training] dan kemampuan delivery [penyampaian materi] saat memberikan training. Setelah saya “poles” disana sini dan mereka sudah merasa siap, biasanya saya meminta mereka presentasi lengkap di depan saya.

Tibalah kini giliran salah seorang trainer yang presentasi tentang Sukses Profesi. Nah, saat memberikan contoh orang-orang yang berhasil di profesinya, ternyata nama saya tidak ada dalam deretan nama-nama trainer yang dianggap berhasil di profesinya.

Saya tertegun bahkan sempat berpikir, “Ini orang kok gak tahu terima kasih, ya. Sudah dibantu berulang kali kok tega-teganya tidak mencantumkan foto dan nama saya di slidenya. Benar-benar orang tidak tahu diri.”

Namun, pikiran itu akhirnya saya campakkan. Saya membantu trainer ini bukan karena ingin mendapat balasan pujian dan pengakuan darinya.

Saat itu saya pun teringat pesan guru saya, “Bila kamu berhenti berbuat baik saat kamu tidak dapat pujian dari orang lain atau kamu berhenti berbuat baik karena ada celaan, maka pada saat itulah harga dirimu sebagai manusia sedang jatuh meluncur ke jurang keburukan yang terdalam. Luruskanlah niatmu, bahwa saat itu kamu sedang mengumpulkan bekal pulang ke kampung akhiratmu.”

Segera saya meminta jeda sejenak. Saya bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu. Setelah itu, memohon ampun kepada Allah SWT yang punya kuasa membolak-balik hati manusia. Luruskan niat, luruskan niat, luruskan niat…

Baca Juga  Bagaimana Agar Merasa Kaya?

Ketika hati sudah mulai tenang, saya kemudian berkata pada diri sendiri, “Orang itu benar, saya memang belum menjadi trainer hebat. Saya belum termasuk deretan trainer yang terbaik di profesinya. Buktinya, orang yang dekat dengan sayapun pun belum mengakui kehebatan saya.”

Ketika itu, sang hati pun bersuara, “Ayo tunjukkan karya-karya barumu, jangan puas dengan apa yang sudah kau raih dan tingkatkanlah kepiawaianmu dalam memberikan training. Perkaya materi trainingmu, lengkapi berbagai ‘senjata’ pada dirimu agar trainingmu lebih hidup dan penuh pesona serta memberi dampak kepada peserta. Kuasai ilmu-ilmu baru yang akan mempercantik trainingmu.”

Setelah itu saya menyimak presentasi sang trainer dengan seksama, memberi catatan untuk hal-hal yang menjadi kelebihan dan kelemahannya. Sesungguhnya hari itu sebenarnya bukan saya yang sedang menguji dia, tetapi dialah yang sedang menguji saya. Menguji kemampuan saya dalam memberi saran dan masukan, apakah saya termasuk seorang pembelajar, termasuk menguji ketulusan hati saya.

Saya tidak tahu apakah hari itu saya lulus ujian atau tidak? Wallahu ‘alam…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

31 comments On Ujian Ketulusan

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer