“Nak! Bapak sekolahkan kamu di sekolah mahal, supaya kamu bisa belajar dengan sungguh-sunguh supaya jadi orang sukses!”
Sekolah mahal dan berkelas sudah menjadi gaya hidup, demi anak, demi gengsi dengan harapan kelak akan hidup sukses. Dengan menyekolahkan anaknya di tempat yang terbaik atau termahal sudah merasa aman dan yakin anaknya akan terjamin masa depannya. Itulah fenomena yang terjadi sekarang ini. Apakah kita termasuk salah satunya?
Jujur, saya adalah salah satunya. Namun sayangnya semahal apapun sekolah tidak ada yang berani menjamin sukses hidup anak kita. Tentunya kita hanya bergantung sama Allah SWT, dengan do’a-do’a disetiap waktu untuk kesuksesan masa depan anak kita. Ingat do’a itu bisa cair dengan amal sholeh konkrit atas apa yang kita lakukan terhadap kesuksesan anak kita. Lantas siapa yang bisa menjaminnya..? Ya, Siapa lagi kalau bukan kita orang tuanya ?
Kita terbiasa memikirkan kebutuhan jangka pendeknya saja. Kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang nyaris tidak pernah kita sentuh. Contoh yang paling sederhana adalah berapa banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk les pelajaran sekolah. Tujuannya apa?
Tujuannya Cuma agar nilai anaknya bagus, dapat ranking dan naik kelas. Jika dapat rangking maka jadi juara sekolah nantinya mampu masuk sekolah unggulan dan kuliah di kampus unggulan pula. setelah lulus kan mudah cari kerjanya. Ideal memang maksud dari orang tua.
Kita sebagai orang tua merancangkan hal yang baik untuk anaknya. Yup yang terbaik!, tapi baik menurut siapa? Baik menurut saya sebagai orang tua, kan orang tua menginginkan yang terbaik buat anaknya. Ya terbaik menurut orang tua. Kalau menurut anak? Ya harusnya dia ikut kemauan orang tua. Komentar saya cuma satu, Oh tidak!, belum tentu yang terbaik menurut orang tua terbaik pula dengan anak kita. Ingat, anak kita punya kehebatan sendiri yang mungkin tidak sama dengan kita!
Belumlah cukup amal sholeh konkrit hanya sekedar mengirimkan anak kita ke sekolah mahal, mengapa? Karena anak-anak kita saat ini sudah memasuki pasar bebas dunia, yakni sebuah dunia yang hanya memilih orang-orang spesial, orang-orang terbaik dari yang terbaik di bidangnya yang ada di seluruh dunia.
Sebuah dunia yang menghargai anak-anak dengan spesialisasi tinggi di bidangnya dan bukan hanya berkemampuan umum akademik seperti yang di ajarakan di sekolah-sekolah formal (termasuk sekolah mahal). Apa lagi jika anak anda hanya sekedar bersekolah dan nilainya pas-pasan pula.
Kita semua sudah mengetahui dimana anak dari negara manapun di dunia bebas untuk mencari pekerjaan di negeri kita, persaingan hidup di zaman anak kita akan semakin keras dan tajam. Satu jenis pekerjaan di tanah air kita harus bersaing dengan anak-anak dari negara asing misalnya Singapura, Malaysia, India, Korea dan Jepang, terjauh mungkin anak-anak dari negara Eropa dan Amerika bahkan Afrika.
Jika sekarang saja konon posisi pengangguran sarjana di Indonesia sudah lebih dari 1 juta orang dan jika kita masih hanya memikirkan jangka pendek demi “gengsi” dengan persiapan masa depan anak kita, mungkin anak kita kelak hanya akan menjadi orang generalis berikutnya atau kalaupun mendapat pekerjaan, ya mungkin pekerjaan yang seadanya, tentunya dengan gaji seadanya, juga hidup seadanya pula.
Anak adalah asset syurga kita, begitu kata guru saya. Dimana dalam hadits disebutkan peranan do’a anak sholeh akan sampai walaupun kita sudah meninggal. Anak juga akan bisa mengangkat kita ke dalam syuga-Nya Allah SWT. Tentunya kita harus mempersiapkan anak-anak kita menjadi anak Sholeh yang tau cara bersyukur atas kelebihan yang dia miliki. Yes setiap anak mempunyai kelebihan satu paket dengan kelemahannya, ini merupakan hadiah dari Allah SWT.
Tugas kitalah sebagai orang tua mengetahui potensi unggul atau kelebihan dari masing-masing anak kita, agar mereka bisa memaksimalkannya dan menjadi yang terbaik di bidangnya. Sehingga anak kita bisa bersaing di dunia global ini. Yes! Anak kita harus menjadi spesialis di bidangnya. Kita rancang karpet merahnya yang merupakan hadiah terindah dari yang Maha Kuasa. Allah tidak mungkin sia-sia menciptakan ummatnya, tidak lain mempunyai rencana yang maha dahsyat untuk hambanya.
Dan jujur saja setiap melewati pekuburan saya menjadi sangat takut, deg-degan tidak nyaman dan cemas karena membuat saya berpikir jangan-jangan segala bakat dan potensi yang saya miliki akhirnya ikut terkubur di sana saat saya meninggal dunia, tanpa pernah saya gunakan atau tanpa pernah saya sadari kalau di dalam diri saya tersimpan potensi dan bakat dahsyat untuk menggenapi rencana Allah SWT yang maha dahsyat.
Sehingga kita bisa jawab judul diatas, dengan “Ko Cuma 2015?, saya sudah menyiapkan apa yang seharusnya anak saya lakukan nantinya dengan potensi dan keunggulan yang dia miliki. Dan tentunya dia akan sangat menikmati itu”
Yuk, para orang tua hebat! Kenali potensi anak kita, tugas kita adalah hanya mengarahkan sesuai dengan potensi bawaan yang dia miliki! Siap?
Saya mengundang Anda dalam acara Seminar “Brain Genetic Potential”. Acara ini diselenggarakan pada hari Minggu, 11 Mei 2014 di gedung BPPT Thamrin Jl. MH. Thamrin no 08 Jakarta Pusat. Turut hadir sebagai pembicara pada acara “Brain Genetic Potential” Bapak Farid Poniman founder STIFIn dan gurunda kek Jamil Azzaini dan Beni Badaruzaman (@Beni_be) penulis buku Brain Genetic Potential
Nah, sekarang tak ada alasan kesulitan untuk mengarahkan anak-anak kita. Bila Anda tidak mau kehilangan kesempatan ini, silakan hubungi : 0878 533 688 52 (AsaMediamu) dan 087 7713 53 265
Beni “OmBen” Badaruzaman (@beni_be)
Penulis #BrainGenetic Potential | AWAS! salah MENGARAHKAN salah MASA DEPAN
9 comments On Ada Apa dengan 2015? Bagaimana Menghadapinya?
setuju bahwa pendidikan yg mahal bukan satu2nya jaminan, 🙂
Terima kasih, dukung selalu agar anak2 indonesia menjadi spesialis dibidangnya dalam mengisi perannya untuk men-SuksesMulia-kan dirinya,
Benar Kang Beni, anak adalah Asset kita menuju Surga. Kewajiban kita orang tua adalalah menggali “Harta Karun” yang Allah titipkan padanya. Serta mengasahnya hingga menjadi “Batu Permata” yang bernilai tinggi.
Moga anak-anak Indonesia menjadi ” Burung Rajawali” yang siap Terbang Tinggi di Angkasa.
Semakin banyak ortu yg sinkrON dgn kemampuan anak, maka anak akan melesat terbang tinggi seperti Rajawali.
Yup.. anak adalah aset surga kita..
Bearti kita aset surga orangtua kita..
InsyaAllah jika kita senantiasa memperbaiki diri dg berbakti.. akan lebih dimudahkan dlm mendidik anak..
Pendidikan anak sejatinya ada ditangan orangtua..
Yup betul, makin banyak kita SADAR akan peran kita sebagai ANAK dan ORANG tua, maka salah satu jalan menuju SuksesMulia kita raih dengan cara yang mudah dan nyaman.
Sayang sekali tidak bisa hadir, kalau untuk mesan bukunya gimana caranya om Ben …???
Alhamdulillah…..mantapsss…o ya kalau mau pesan bukunya bagaimana Pak…terimakasi
buku baru beredar setelah tanggal 11 Mei