Tidur Bersama

Share this

Tadi malam saya memilih tidur bersama anak saya Hana dan Izul. Sekali-kali tidur bersama anak-anak itu nikmat. Apalagi bila saat tidur tiba-tiba tangan anak kita memeluk, damai dan bahagia mengalir ke dalam sendi-sendi tubuh kita. Pelukan itu biasanya saya balas dengan pelukan yang lebih erat.

Saat bangun pagi pikiran saya melayang ke beberapa puluh tahun yang lalu. Dulu, setiap malam saya tidur bersama bapak dan ibu saya, bukan pilihan tetapi karena memang kamar tidurnya hanya satu. Rumah kami di tengah hutan, terbuat dari bambu dan atapnya ilalang. Tetangga terdekat berjarak kurang lebih 2 kilometer.

Tiba-tiba pikiran saya melayang ke wajah bapak dan ibu yang kini telah semakin tua. Begitu berat perjalan hidup yang mereka tempuh untuk membesarkan anak-anaknya. Hampir setiap hari badannya terbakar matahari, sesekali basah kuyup karena kehujanan di ladang. Pernah suatu kali bapak ditabrak kawanan babi hutan. Bapak saya terjatuh ke dalam sungai dan harus berjalan pulang dengan merangkak sejauh 1 kilometer lebih untuk sampai ke rumah.

Pengorbanan orang tua tidak mungkin bisa saya balas dengan semua kebaikan yang bisa saya lakukan untuknya. Sebagai anak seharusnya berjuang keras membahagiakan mereka. Namun ada moment-moment kehidupan yang justru membuat orang tua terluka dan kecewa.

Kuingat satu persatu berbagai kejadian yang membuat orang tua saya terluka dan kecewa. Gelar sarjana yang seharusnya membuat orang tua bangga justru pernah digunakan untuk merendahkan pendapat orang tua yang hanya tamat Sekolah Rakyat (setingkat SD).

Saat orang tua sakit seharusnya ada di sisinya tetapi kata sibuk menjadi alasan ampuh untuk tidak menemaninya. Bukan uang dan pelunasan pembayaran rumah sakit yang lebih diperlukan mereka, melainkan kehadiran buah hatinya untuk menghiburnya saat ia terbaring di rumah sakit. Oh, ternyata saya belum menjadi anak yang sholeh. Ternyata saya juga belum menjadi anak yang selalu mampu membahagiakan orang tua.

Baca Juga  Apa Hadiah Untuk Istri Anda?

Tanpa terasa air mata membasahi pipi. Sadar diri bahwa masih banyak yang harus saya benahi dalam hidup, khususnya rasa hormat dan upaya untuk selalu membahagiakan orang tua. Pengalaman tidur bersama anak-anak tadi malam membuat saya bahagia sekaligus bercermin diri. Terima kasih Hana dan Izul, kau membuat bapak rindu kepada kakek-nenekmu…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

24 comments On Tidur Bersama

Leave a Reply to Muh. Zubairi Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer