Saat saya sedang mendalami ilmu leadership atau kepemimpinan, coach saya berkata “menjadi pemimpin itu “ojo gumunan.” Makna “ojo gumunan” itu adalah jangan mudah terpesona, jangan mudah mengagumi, jangan mudah silau dengan sesuatu. Saat wawancara seseorang, jangan mudah percaya begitu saja, karena faktanya banyak orang pandai bicara tetapi tidak bisa bekerja dengan prima.
Saat ada berita heboh bahwa seorang pelajar SMA mampu membuat tulisan hebat di akun facebooknya, saya teringat pesan coach saya “ojo gumunan.” Karena itulah saya tidak ikut berkomentar dan juga tidak ikut menyebarkan tulisan anak terrsebut. Kapasitas dan reputasi seseorang tidak bisa dilihat sesaat, perlu proses panjang dan terbukti dalam perjalanan kehidupan.
Apalagi di era socmed saat ini, era pencitraan, era bebas melakukan manipulasi, era bebas melakukan rekayasa khususnya bagi mereka yang tidak memiliki etika, nasehat dari coach saya menjadi sangat rekevan: “ojo gumunan.”
Ya, “gumunan” alias mudah terpesona bisa menipu kita dan juga menjerumuskan sang pelakunya. Pujian semu yang datang dari banyak pihak membuat sang pelaku besar kepala, merasa benar dan lupa diri padahal itu bukan dirinya yang asli. Bukan hanya itu “gumunan” bisa membodohi banyak orang. Saat seorang pemuda dari Bekasi, menggunakan bahasa berlebihan dan tidak tepat penggunaannya, banyak orang justeru menyebarkan dan memujanya. Kekeliriuan seolah lucu, layak ditiru dan layak disebarluaskan.
Nasehat “ojo gumunan” sepertinya bukan hanya layak untuk saya tetapi juga layak untuk siapapun yang mudah terpesona, mudah broadcast informasi apapun lewat social media dan mudah memuji. Saatnya “ojo gumunan” agar energi kita tidak terrkuras untuk hal-hal yang membuat kita semakin tidak waras.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook