Mudik Yang Ngangenin

Share this

Mudik bukan sekedar perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam mudik itu ada nilai ekonomi, sosial, dan persaudaraan. Apabila seseorang mudik orang yang paling bahagia adalah keluarganya. Bisa orang tuanya, bisa juga pasangan hidup atau anaknya serta keluarga besarnya.

Untuk itu, pastikan saat mudik lebih banyak berkumpul dengan keluarga dan saudara dibandingkan berkumpul dengan yang lainnya. Kita bisa saling bertukar cerita, bernostalgia, makan bersama, bermain bersama, ibadah bersama maupun merencanakan program bersama. Kata kuncinya adalah kebersamaan bersama keluarga besar dan saudara itu priotitas utama.

Bagaimana agar mudik kita lebih bermakna dan menjadi memorable serta ngangenin. Tips berikut bisa dicoba untuk mudik tahun ini. Siap?

Pertama, Menjadi Empathetic Listening. Menjadi pendengar yang memiliki empati saat bersama itu penting. Pendengar yang baik itu bukan hanya menunggu kesempatan untuk berbicara tetapi mengambil hikmah, makna dan pelajaran dari orang yang sedang berbicara. Kita bisa mengajukan pertanyaan untuk mendalami apa yang dimaksud si pembicara. Empathetic listening juga ditandai dengan si pendengar berupaya memahami makna yang tersirat dan tersurat.

Jauhilah sering memotong pembicaraan orang lain, karena itu pertanda sederhana bahwa kita pada hakekatnya tidak mendengarkan. Kita juga termasuk tidak mendengarkan secara empatik apabila saat ngobrol namun kita sibuk bermain handphone atau social media. Steven Covey menyebut perilaku seperti ini sebagai Ignoring atau mengabaikan alias tidak mendengarkan.

Saat mudik, kita perlu berlatih dan berupaya untuk menjadi empathetic listening. Hikmah banyak kita dapatkan, hubungan emosional dan persaudaraan semakin menguat.

Kedua, Menjalankan pareto-mudik. Gunakan 80% waktu dan energi kita untuk berkumpul dengan keluarga besar dan saudara sementara yang 20% digunakan untuk ketemu dan berinteraksi dengan teman lama. Itulah pareto mudik.

Baca Juga  Ketika Sulit Menangis (1)

Jangan terbalik, mudik tapi waktunya justeru habis untuk reuni dan ketemu teman lama sementara keluarga apalagi orang tua hanya kebagian waktu dan energi sisa. Keluarga apalagi orang tua adalah prioritas utama. Sudah khan?

Ketiga, hindari mengajukan pertanyaan sensitif. Terkadang untuk membuka percakapan kita mengajukan pertanyaan, hindari pertanyaan yang jawabannya “menyiksa” bagi yang ditanya.

Pertanyaan “kapan lulus? Kapan nikah? Sudah punya anak atau belum? Sudah kerja belum? Gajinya berapa? dan sejenisnya adalah pertanyaan yang sebaiknya dihindari. Itu menyiksa bagi orang-orang tertentu. Setuju? Kita perlu memiliki sensitivitas saat mengajukan pertanyaan. Orang tua saya berpesan “ojo asal njeplak” atau jangan asal bicara.

Keempat, banyak berbagi. Bagi Anda yang memiliki kelebihan harta, berbagilah harta. Bisa juga berbagi cerita, inspirasi, ide dan gagasan positif.

Pengalaman kita hidup di kota yang berbeda mungkin bisa dijadikan inspirasi untuk kemajuan kampung atau desa kita. Orang-orang kampung merindukan kehadiran kita karena cerita, ide dan gagasan yang bisa kita kontribusikan. Selain rutin berbagi inspirasi saat mudik sampai sekarang saya pun masih terus mencari formula yang pas untuk memajukan kampung saya.

Apa kebiasaan berbagi yang rutin Anda lakukan saat mudik?

Mudik semakin asyik dan ngangenin bila empat hal ini bisa kita jalani dengan baik. Mari kita coba…

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini

2 comments On Mudik Yang Ngangenin

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer