Kini, Lelaki itu Menjadi Guru Saya

Share this

Setelah 5 tahun full memberikan training atau seminar dan tidak menduduki jabatan struktural di bisnis ternyata “sense of business” saya menurun. Padahal, sebelum atau sesudah training saya sering ngobrol dengan owner (komisaris), direktur, manager dari perusahaan yang mengundang saya.

Diskusi dengan mereka tentu seputar seluk beluk bisnis dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Untuk urusan pengembangan SDM saya cas-cis-cus lancar bila dimintai pendapat atau saran. Tetapi untuk urusan bisnis, saya terkadang agak tergagap-gagap. Oleh karena itu, untuk meningkatkan “sense of business” mulai awal 2015 saya kembali menjadi direktur di salah satu perusahaan milik saya.

Untuk membekali ilmu bisnis, selain saya berguru secara informal kepada teman-teman pebisnis dan CEO di beberapa perusahaan, bulan ini dan bulan depan saya juga berguru kepada Dr. Imam Muhajirin Elfahmi, S.Pd, SH, MM. Ia seorang Grounded Business Coaching yang telah terbukti membesarkan puluhan bisnis yang saya kenal baik para pemiliknya.

coachfahmi-1
Coach Fahmi

Coaching yang selama ini saya pelajari dan pahami fokusnya kepada kemampuan kita mengajukan pertanyaan. Namun yang diajarkan Coach Fahmi berbeda. Ia fokus pada result (hasil). “Buat apa bisa menjawab pertanyaan bila bisnisnya tetap stagnan,” itu pesan tersirat yang saya tangkap selama ikut program ini.

Seorang coach juga harus ikut merasakan sakit (praktek dan terjun ke lapangan) jangan hanya datang mengajukan pertanyaan. Dengan ikut merasakan, tahu fakta, emosi dan kondisi nyata maka pertanyaan yang diajukan lebih tepat sasaran. Coach juga bisa memberikan berbagai alternatif solusi yang ditawarkan.

Kata-kata bijak yang ditanamkan kepada kami adalah besi hanya bisa ditempa oleh baja: Orang-orang lemah hanya bisa ditempa oleh orang yang kuat. Anda harus menjadi pebisnis yang tangguh dan kuat sebelum menjadi coach bagi pebisnis yang lain.

Baca Juga  Rindu Pulang Kampung

Berulang-ulang Coach Fahmi juga berpesan, “Ada sakit yang tidak mengantarkan kita pada kematian, yaitu sakit mau belajar dan sakit mau merasakan susahnya bisnis. Kedua hal ini wajib dimiliki oleh seorang coach.” Seorang pimpinan perusahaan seperti saya juga seorang coach, maka saya perlu tahu lapangan dan bersedia ikut menanggung rasa sakit —dalam manajemen Jepang dikenal sebagai Gemba.

Dalam ranah coaching, mungkin Coach Famhi dianggap coach “abal-abal”. Karena, ia tidak menerapkan kaidah coaching secara murni. Ia menggabungkan coaching, mentoring, konsultasi, dan fasilitasi. Tetapi bagi saya, cara inilah yang diperlukan oleh orang Indonesia. Pemberdanyaan dirinya dapat dan keuntungan bisnisnya terus melesat. Lelaki kelahiran Malang ini menyebutnya, Grounded Business Coaching.

coachfahmi2Tahun lalu, Coach Fahmi menjadi murid saya di kelas Trainer Bootcamp & Contest – Akademi Trainer. Tahun ini giliran saya menjadi murid bisnis beliau di kelas Business Coaching Program. Sebagai seorang murid, saya akan memperlakukan lelaki penggemar futsal dan pemilik banyak bisnis ini sebagai guru saya. Guru itu “digugu dan ditiru” (didengar dan diikuti). I Love You Coach Fahmi…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

 

28 comments On Kini, Lelaki itu Menjadi Guru Saya

Leave a Reply to Jamil Azzaini Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer