Jebakan “Tepuk Tangan”

Share this

Gemuruh “tepuk tangan” atas apresiasi apa yang kita lakukan dirindukan banyak orang, termasuk saya. Dan saya sudah sering merasakan nikmatnya sekaligus tipuannya. Ternyata, suara “tepuk tangan” alias pujian itu bisa menyusup ke dalam hati membawa banyak penyakit yang merusak. Hati menjadi angkuh, hati menjadi rapuh dan hati selalu minta untuk dihormati.

Karena sudah terbiasa mendapat “tepuk tangan” di keramaian bila dirumah tak dapat layanan yang memuaskan maka hati bergejolak dan menuntut perhatian. Dampaknya, kita lebih banyak meminta daripada memberi. Kita lebih banyak menuntut daripada melayani. Kita merasa menjadi raja dan anggota keluarga yang lain menjadi pendamping dan pembantu raja.

Seringnya mendapat “tepuk tangan” juga bisa membuat kita angkuh dan tinggi hati. Menjadikan kita lupa untuk belajar. Menjadikan kita lupa untuk mendengar. Kita sudah merasa hidup di atas rata-rata kebanyakan orang. Akhirnya, perasaan lebih mulia dibandingkan orang lain hinggap di hati tanpa disadari.

“Tepuk tangan” itu berwajah dua, bisa menyemangati dan bisa menjerumuskan. Luruskan niat selalu agar kita tidak terjebak dalam “tepuk tangan” yang menjerumuskan. Melakukan sesuatu dengan cara dan proses terbaik bukan karena kita ingin mendapat “tepuk tangan”. Melakukan yang terbaik itu karena kebutuhan hidup, penambah kebahagiaan, dan pertanda bahwa di dalam diri kita masih ada iman.

Sesungguhnya “tepuk tangan” itu hanyalah dampak dari apa yang kita lakukan bukan tujuan yang hendak kita wujudkan. Tapi sadarilah, saat kita melakukan yang terbaik kemudian mendapat tepuk tangan, ada suara tepuk tangan yang asli karena apresiasi, ada pula suara tepuk tangan yang menjerumuskan. Pahami baik-baik dan jangan tertipu.

Baca Juga  Piala Dunia dan Kekuatan Impian

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

12 comments On Jebakan “Tepuk Tangan”

Leave a Reply to rahmat saleh Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer