Penghasut Tapi Merasa Pahlawan

Share this

Kemarin, saya mendapat banyak kiriman foto melalui whatsapp tentang kesesatan sebuah buku (modul). Setelah itu saya juga membaca di social media banyak sekali hujatan senada yang disebarluaskan. Untuk urusan yang sangat sensitif, saya punya kebiasaan saring dulu sebelum sharing. Melalui teman-teman wartawan, dinas terkait dan tokoh-tokoh yang saya kenal, saya mencari tahu kebenaran berita tersebut.

Malam harinya, pukul 23.45, saya mendapat kiriman whatsapp dari mbak Peggy Melati Sukma di salah satu group whatsapp yang saya ikuti. Ternyata berita yang tersebar tidaklah utuh. Buku (modul) yang dikutip tidak sempurna. Ada persaingan bisnis di dalamnya. Ngeri! Padahal sebagian orang sudah “menstempel” buruk dan negatif institusi (penerbit buku) tersebut.

Memotong suatu informasi atau ilmu, sehingga pesan yang disampaikannya menjadi tidak utuh, sungguh sangat berbahaya. Bahkan kutipan dari kitab suci Al-Qur’an, bila disampaikan tidak utuh bisa menyesatkan. Contohnya, apabila Anda hanya menyampaikan Surat Al-Maun (107) ayat 4 tanpa dilanjutkan ayat berikutnya bisa sangat menjerumuskan. Berikut arti dari ayat 4, 5, 6 dan 7 surat Al-Maun, “Maka celakalah orang yang salat (4). Yaitu, orang yang lalai terhadap shalatnya (5). Yang berbuat riya (6). Dan enggan memberikan pertolongan/bantuan (7).

Jauhi “menghakimi” atau menilai sesuatu yang hanya sebagian-sebagian. Saat bertamu ke rumah seseorang dan kebetulan sang suami dan istri sedang “adu mulut” atau saling marah maka kita tidak bisa menilai bahwa keluarga itu tidak harmonis. Boleh jadi, itu bumbu keharmonisan rumah tangganya. Saling marahnya hanya 1 jam diantara ribuan jam yang sudah mereka jalani.

Hentikanlah kebiasaan menyebar berita/informasi yang belum pasti kebenarannya atau belum lengkap informasinya. Karena itu adalah mental penghasut. Selain sangat merusak kehidupan bermasyarakat, juga tidak disukai oleh Sang Maha Tahu. Apalagi kemudian Anda merasa hebat karena seolah merasa berbuat baik padahal berita yang disebarkan merusak dan tidak lengkap serta menyesatkan persepsi banyak orang.

Baca Juga  Beribu Alasan

Dan bila ternyata dikemudian hari Anda tahu bahwa berita yang Anda sebarkan keliru namun Anda biasa saja, tidak merasa bersalah, tidak merasa berdosa, tidak meminta maaf kepada yang sudah Anda fitnah, itulah tanda bahwa memang Anda sudah menjadi penghasut tapi merasa pahlawan dan merasa masih orang baik. Sungguh memalukan…

SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

9 comments On Penghasut Tapi Merasa Pahlawan

  • Setuja kek Jamil.
    Apa kabar nih kek?
    Lama gk komen disini, hehe

  • aduh…artikel nya bikin pening,,,,,kayak ada tensi gmn gt.

  • Iya. Saya mengikuti berita ini di media massa. Mmmh. Ini yang bikin ngelus dada. Ternyata banyak orang di negri ini, yang katanya berpenduduk Islam terbesar di dunia. Sayangnya mereka mudah menghujat dan memfitnah tanpa berupaya tabayun terlebih dahulu… Moga masa depan generasi kita tidak demikian. Aamiin

  • Ya itulah hidup.. Kdg merasa ikut trend di medsos tp tdk tahu etika.BCm ikut2 an dlm sikon,gmn mau maju Indonesia?Adanya kicauan yg krg manfaat.Tdk menempatkan etika.Dan kemajuan bangsa.Sy pernah mengalaami,Baik Kek Jamil inspirasi Kek Jamil menambah wacana saya dlm kehidupan.Sy mau ikut training dong.Almt Office inbok ya Kek.Slm Semangat

  • Maka dari itu, bagaimana mungkin pengikut berhasil bila menerapkan politik kekerasan atau perlawanan? Bagaimana mungkin mereka menyebut pengikut Nabi, sementara mereka membutakan diri terhadap teladan yang diberikannya? Bagaimana mungkin mereka dapat mengharapkan Nabi Muhammad menjadi penengah di hari akhir nanti?

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
8 * 5 = ?
Reload

Site Footer