Cinta Mulia

Share this

Usai memberikan seminar untuk para pemimpin muda di Jamsostek tadi malam saya membuka twitter, ada pembahasan menarik dengan tagar #CintaMulia. Orang di balik kampanye ini adalah Felix Siauw (@felixsiauw), anak muda yang sarat ilmu dan sangat produktif.

Cinta bukan hanya diwujudkan dalam bentuk kata-kata, coklat dan bunga. Bagi mereka yang belum menikah cinta itu diwujudkan bila KAU dan AKU pergi ke KUA untuk menghalalkan hubungan sebagai suami dan istri. Kita harus cerdas membedakan antara nafsu dan cinta.

Banyak orang yang mengatakan cinta namun tega merusak harga diri wanita, nafsu yang menggelora tetapi mengatasnamakan cinta. Cinta itu menjadi hidup kita mulia bukan justru ternoda. Cinta seharusnya menghadirkan cinta-Nya bukan murka Sang Maha.

Sebelum saya memberikan seminar malam itu, siangnya saya terbang dari Surabaya. Di pesawat ada rombongan hendak pergi umroh. Saya melihat seorang anak muda yang memapah ibunya dengan suka cita. Ketika saya berkata, “Salut saya, mas.” Jawaban pemuda itu, “Andaikan saya gendong ibu saya pergi pulang ke Tanah Suci, itu amatlah kecil dibanding kasih sayangnya kepada saya.”  Itulah cinta.

Karena iri dengan cinta sang pemuda kepada ibunya, selama penerbangan pikiran saya melayang ke wajah ibu dan bapak saya. Cintanya tak perlu diragukan. Pengorbanannya semakin membuktikan bahwa cintanya begitu besar dan tulus kepada saya. Doa orang tua untuk kita boleh jadi lebih banyak terucap dibandingkan doa kita untuk mereka. Ya Robbi, dengan apa aku membalas cinta mereka..

Saat saya pulang ke kampung, hal yang paling saya sukai adalah tidur di pangkuan ibunda. Tangannya membelai kepala saya sambil terucap doa dari mulutnya. Cinta mereka begitu besar, namun terkadang ia masih merasa tak bisa berbuat apa-apa. Katanya, “Mamak semakin tua, mamak tak bisa memberikan apa-apa lagi selain doa untukmu.” Itulah cinta.

Baca Juga  Nyali dan Ngelmu

Cinta orang tua begitu besar namun tega-teganya terkadang kita berkata kasar. Cintanya tak mengenal waktu, namun saat mereka sakit kita tak punya waktu untuk menunggu. Pengorbanan mereka tak pernah dihitung, namun baru bisa membantu sedikit kita sudah merasa hormat dan taat. Oh, cintaku ternyata tak ada seujung kuku…

Daripada kau mengobral cinta yang mendatangkan dosa. Sibukanlah dirimu mencintai orang tuamu, karena sebesar dan sebanyak apapun cintamu tak akan mampu membalas cinta mereka. Dan, andaikan kata cinta di seluruh dunia kau jadikan satu, tak akan cukup membalas cinta orang tuamu kepadamu. Cintailah orang tuamu yang sudah terbukti menjaga harga diri dan martabatmu.

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini



34 comments On Cinta Mulia

Leave a Reply to Dani Siregar Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer