Kegelisahan Seorang Ayah

Share this

Sebagai seorang lelaki, saya menjalani banyak profesi. Selain sebagai trainer leadership dan personal development, saya juga sebagai CEO, komisaris, relawan, suami dan ayah. Tahukan Anda, diantara profesi itu mana yang paling menantang? Bagi saya adalah menjadi seorang ayah.

Hampir semua profesi ada batas waktunya, berbeda dengan menjadi seorang ayah, tugasnya dimulai sebelum anak lahir hingga kita atau anak kita meninggalkan dunia. Tugas seorang ayah ternyata berat dan lama, mungkin karena itulah Allah swt memberikan ganjaran surga bagi orang tua yang berhasil mendidik anaknya dengan baik.

Pagi ini, sebelum ke kantor sengaja saya mampir ke sekolah anak saya. Saya ingin tahu perkembangan dua anak saya yang masih duduk di kelas 8 dan kelas 11. Saya juga telpon orang tua dari sahabat anak-anak saya, mendiskusikan bagaimana agar keakraban anak-anak kami mampu melesatkan potensi diri mereka. Ya, seorang ayah sering gelisah dan bertanya dalam diri “apakah anakku bertumbuh di jalur yang terbaik? Apakah anakku bersahabat dengan sahabat yang tepat?”

Menjadi seorang ayah itu jauh lebih berat dibandingkan menjalani profesi yang lain. Antara harapan dan kekhawatiran sering mengaduk-ngaduk emosi. Terkadang memaksa seorang ayah meneteskan air mata tanpa perlu diketahui anak-anaknya. Rasa lelah seorang ayah, dibungkusnya dengan senyuman saat bersama dengan buah hatinya. Doa-doa yang lain boleh jadi terlupa tetapi doa untuk anak terucap seketika dan mengalir otomatis begitu saja dari mulut seorang ayah.

Seorang ayah selalu ingin memberi yang terbaik bagi anaknya dalam hal apapun. Perhatiannya, sekolahnya, kasih sayangnya dan bahkan jodoh untuk anaknya. Meski terkadang, sesuatu yang oleh seorang ayah dianggap baik diwaktu tertentu tetapi ternyata justeru itu yang melukai hati anaknya dikemudian hari. Saya sudah pernah mengalami dan merasakannya, dan itu salah satu kesedihan tertinggi dalam hidup saya.

Baca Juga  Minyak Babi

Wahai para ayah, selagi kita bisa memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak-anak kita, berikanlah, jangan sampai terlambat. Sesal dikemudian hari sungguh tak megubah apa-apa. Berikan kasih sayang dan cinta hari ini juga. Sebab perhatian, cinta dan kasih sayang tiada guna bila diberikan nanti. Berikanlah hari ini.

Menjadi seorang ayah memang sering menghadikan gelisah dan rasa lelah. Istri saya selalu mengingatkan “mendidik anak dengan baik itu hadiahnya surga, jadi tidak mungkin mudah. Sesuatu yang mudah hadiahnya cukup kipas angin atau kulkas.” Pengingat istri saya itu memang menentramkan sesaat, karena setelah itu kegelisahan baru muncul “benarkah jerih payah mendidik anakku sudah pantas dibalas dengan surga? Ah, rasanya belum.” Wallahu’alam

Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
7 - 1 = ?
Reload

Site Footer