Biarkan Air Matamu Tumpah

Share this

Bagi saya, awal bulan ini adalah awal bulan yang dipenuhi dengan curhatan dan amarah dari orang lain. Begitu mendarat di Soekarno-Hatta, 01 Mei 2014, jam 12 malam lewat beberapa menit, saya aktifkan HP, yang muncul adalah SMS berisi cacian.

Melalui SMS si pengirim mengatakan saya sombong dan merasa terhormat sehingga sekedar membalas SMS pun tak mau. Padahal, selama satu pekan roadshow di Amerika Serikat, saya memang tidak mengaktifkan HP sehingga saya tidak tahu ada SMS masuk.

Begitu saya membalas SMS tersebut, tak ada sedikitpun kata maaf dari sang pengirim. Saya tercenung, “Dia seorang tokoh di komunitasnya, mengapa hatinya tak peka?” Seketika itu air mata saya tumpah. Bukan karena saya sakit hati tetapi karena batin saya tidak menerima, “Kok, orang seperti ini bisa jadi pemimpin?”

Dalam suasana jet lag saya juga menerima banyak curhatan dari teman-teman saya. Ada yang curhat seputar bisnis yang lesu, mobil yang disita oleh lembaga pembiayaan, ditipu kekasihnya, direksi yang bersitegang dengan komisarisnya dan juga ada orang tua yang galau tentang pendidikan dan masa depan anak-anak mereka.

Diantara puluhan curhatan itu, tentu ada juga curhatan dari istri saya. Ia menangis karena merasa bisnisnya tak tumbuh dan menghadapi berbagai cobaan. Dalam suasana seperti ini biasanya saya membiarkan istri saya menangis sepuas-puasnya. “Biarkan airmatamu tumpah karena itu akan menenangkan hatimu,” pikirku.

Setiap rindu saya menangis. Setiap kagum saya menangis. Setiap terharu saya menangis. Setiap prihatin saya menangis. Setiap merenung dan bercengkerama dengan Allah SWT saya menangis. Saya selalu membiarkan air mata saya tumpah dan tak pernah berusaha menahannya. Menangis itu nikmat, maka biarkan airmatamu tumpah.

Baca Juga  Driver Taxi Itu Trainerku

Saya justru selalu merasa khawatir bila saya sudah sulit menangis. Saya merasa ada yang hampa bila sulit mengeluarkan air mata. Saya selalu membiarkan air mata saya tumpah dan setelah itu saya merasakan kebahagiaan yang semakin membuncah. Jadi, biarkanlah air matamu tumpah. Air matamu tumpah tak harus menunggu saat ada masalah.

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

27 comments On Biarkan Air Matamu Tumpah

Leave a Reply to Mattt Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer