Namun ketika kelas 6, saya menjadi ranking pertama. Dan, sejak saat itu hingga lulus SMA saya selalu rangking pertama. Anda tahu apa rahasianya? Menurut saya adalah karena doa ibu.
Saat saya dihukum oleh guru kelas karena kebodohan dan kenakalan saya, ibu saya menangis. Sembari terisak, ibu saya berkata, “Mamakmu tidak bisa membantumu. Mulai sekarang mamak akan selalu berdoa agar kamu pintar dan tidak dihukum gurumu.”
Saat saya lulus SMA, secara logika manusia, saya tidak mungkin melanjutkan kuliah. Bapak saya miskin dan utangnya banyak. Selain itu, saya juga tidak mendaftar ke perguruan tinggi manapun untuk kuliah. Namun karena doa ibu, saya dipanggil masuk kuliah ke IPB tanpa tes. Ketika itu disebutnya jalur PMDK atau Penelusuran Minat Bakat dan Kemampuan.
Saat kuliah S-1 saya nyaris tidak lulus karena IPK-nya hanya dua koma alhamdulillah alias pas-pasan. Namun saat kuliah S-2 di Magister Bisnis IPB saya lulus dengan IPK nyaris 4.0 (hanya ada satu mata kuliah yang nilainya B). Apa rahasianya? Sebelum ujian, saya selalu menelepon ibu untuk meminta doa khusus dari wanita mulia itu.
Begitu pula ketika awal tahun 2000 bisnis saya bangkrut dan meninggalkan banyak utang. Saya harus menjual rumah, mobil, tanah dan lain-lain namun hutang masih juga berlimpah. Menurut hitungan rasional, saya tak sanggup melunasi hutang dengan penghasilan yang ada ketika itu. Namun alhamdulillah semua hutang bisnis itu kini sudah lunas karena doa tulus ibu saat ia menunaikan ibadah haji pada tahun 2008.
Begitupun tatkala istri saya hamil dan sakit tak berdaya, terbaring lemah di ruang ICU Rumah Sakit Harapan Kita berminggu-minggu. Biaya terus membengkak namun penyakitnya tidak juga ditemukan. Hati saya gundah, gelisah setiap memandangi kondisi istri saya. Saat saya bingung, saya telepon ibu saya, “Mak, maafkan atas semua kesalahan saya. Dan saya mohon doa tulus dari mamak agar Allah segera mencabut penyakit yang ada di istri saya. Doakan ya mak.”
Tak lebih dari 2 jam setelah saya meminta doa dari ibu, saya dipanggil dokter yang merawat istri saya. Dokter berkata, “Pak Jamil, akhirnya penyakit istri bapak dapat kami ketahui, infeksi pankreas, pengobatan selanjutnya menjadi lebih mudah.” Mendengar dokter itu berkata saya tertegun dan meneteskan air mata. Di dalam hati saya berkata, “Mamak, doamu tak terdengar olehku tetapi terasa dalam hidupku.”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
9 comments On Tak Terdengar Namun Terasa
Terima Kasih Pak Jamil…
(T.T) ingat emak saya jadinya pak…
banyak salah saya (T.T)
terharu Pak membacanya…semoga masih diberi kesempatan panjang untuk membahagiakan ibu kita
seandainya ibu masih ada, aku akan minta doa kepadanya… sekarang aku hanya bisa mendoakannya..
Ternyata hdp bapak tdk semudah yg terlihat saat ini. Penuh perjuangan. Tp itu yg bikin bpk skr sukses. Salam buat mamak
Seperti Judul lagu Bng Roma irama judul lagunya itu adalah “Keramat”
Bila kau syg pada kasihmu lebih sayanglah pd ibuMu,Bila kau Patuh Pada RajaMu Lebih patuhlah Pada IbuMu,bng Jamil Azzaini Luar biasa artikel’a bng buat menetes air Mata..karna Ridhonya Allah Itu Ridhonya org Tua Terutama Ibu,Murkanya Allah itu Murkanya Orang Tua Juga..
trima kasih mas jamil doa ibu memang manjur
Subhanallah pak jamil, sampe menetes air mata saya bacanya
Minta saran, pengen umrohkan Ibu tp tertunda terus apa kiatnya ya KEK