Saat ini, klien tetap kami adalah 43 dari 100 perusahaan terbaik Indonesia versi Fortune. Hampir setiap hari saya berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain berkelas dunia itu untuk berbagi inspirasi. Memberikan seminar atau training di perusahaan-perusahaan hebat banyak manfaat yang bisa dijadikan pelajaran.
Semua perusahaan besar dan ternama ternyata sangat peduli terhadap budaya perusahaan. Bukan hanya dibuat tetapi mereka “habis-habisan” mensosialisasikan nilai-nilai yang ingin ditanamkan di semua stakeholder perusahaan. Asyiknya buat saya adalah, nilai-nilai perusahaan itu bisa juga saya terapkan dalam kehidupan pribadi.
Contohnya hari ini, saya berbagai inspirasi di XL Axiata. Perusahaan tersebut memiliki budaya kerja “memberikan pengalaman pelanggan yang terbaik”. Untuk mewujudkannya, mereka menerapkan perilaku kerja TODE, kependekan dari Taking ownership, Outside-in, Demanding, dan End to end.
Perilaku kerja itu sejatinya bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan berbagai modifikasi. Taking ownership bisa kita terjemahkan jadilah orang yang berani mengambil tanggungjawab. Milikilah nyali untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, tak hanya sibuk dengan rutinitas yang mematikan kreativitas.
Outside-in bermakna dengarkanlah pendapat para ahli dan guru-guru kehidupan. Mereka terbiasa melihat segala sesuatu dari perspektif yang lebih luas (helicopter view) sementara kita lebih banyak menggunakan “kacamata kuda”. Dengarkanlah juga suara hati orang-orang yang kita cintai. Apakah mereka bahagia? Apakah mereka bangga dengan kita? Tanyakan, jangan terlalu sibuk dengan perasaan dan tafsiran ego pribadi.
Demanding itu berarti terbiasa menetapkan standar yang tinggi. Hidup ini tak cukup asal melakukan yang baik-baik. Kita harus terbiasa melakukan yang baik-baik dengan cara terbaik. Kerja tak asal kerja, bisnis tak asal bisnis, ibadah tak asal ibadah, berkeluarga tak asal berkeluarga. Semua harus dilakukan dengan strategi dan cara yang terbaik.
End to end itu adalah fokus pada proses yang terbaik, terbiasa melakukan segala sesuatu hingga tuntas. Kita harus menjauhi cara kerja “hangat-hangat tahi ayam”, semangat saat diskusi tapi ogah dan bermalas-malasan saat harus aksi. Seorang pemain bola yang mahir membawa bola, melewati banyak pemain menuju gawang lawan namun tak mau memasukan bola ke gawang lawan, dalam sebuah kompetisi itu adalah sia-sia. Lakukanlah pekerjaan hingga tuntas.
Perusahaan-perusahaan kelas dunia memiliki budaya kerja sehingga mereka terus eksis dalam persaingan. Sebagai manusia yang terus bertumbuh seharusnyalah kita juga punya budaya kerja agar ada legacy (warisan) yang kelak bisa kita tinggalkan di dunia. Paling nikmat itu adalah bila budaya kerja Anda sejalan dengan budaya kerja tempat Anda bekerja atau sejalan dengan usaha yang kita miliki. Nah, apa budaya kerja Anda?
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
21 comments On TODE
Mantab!! inspiratif bgttt
subhanallaah…menerapkan sarapan ruhiyah kali ini butuh komitmen dan aksi yg full power..mhn doanya Kek Jamil..
Langsung kirim doa
Budaya bangsa kita jg sangat luhur, gotong royong, sampai koorupsi pun jg gotong royong ,naudzubillah
Tak perlu mencampurkan yg baik dengan yg buruk mas Agus agar hati kita tak sakit
Pantes klo telp ke CS XL 817 langsung solved dan pada empati bgt kek… 🙂
Hehehe, bukan iklan khan mas?
Budaya itu akhirnya mendikte sikap dan perilaku kita. Kalau di perusahaan, budayanya mendikte bagaimana para karyawannya bertindak dan menghadapi tantangan. Nah, di rumah juga perlu kita bangun budaya yang mampu memastikan kita dan anak2 kita berjalan selaras dengan visi keluarga kita. Bangun ritual2, kebiasaan-kebiasaan, bahasa-bahasa yang sesuai agar budaya keluarga kita semakin kuat. Bagaimana dengan keluarga kamu? Sudahkah tercipta budaya yang kamu inginkan?
Teman2, ini coach saya. Muda tapi hebat
Salam kenal coach, salam silaturrahim dan salam SuksesMulia
Dapat ilmu lagi..syukron babeh. Budaya kerja yg kita bangun akan juga menjagaa semangat dalam berkarya, insyaAllah.
Alhamdulillah, dapat ilmu lagi. Jazakallah khair ustadz.. Kalau budaya kerja kami: SMART. Berusaha untuk selalu S = Senyum, salam, sapa, sopan, dan satun. Juga M = Melayani dan Menentramkan. Insyaallah A = Adil dan Amanah. Lalu R = Rapi dan Religius. Hingga T = Tertib dan Terukur. Insyaallah. Saling mendoakan ya ustadz dan tak lelah berbagi inspirasi. Semangat! @islamicWriters
makan siang ++ ini namanya,serasa dicas lagi
langsung dicatet nih, KODE buat belajar lagi…dapet ilmua yang namanya TODE, amazing kek untuk di ATM dalam kehidupan.
Terima kasih guru atas sharingnya.
Siipp..
taking ownership = memiliki nyali… itu yang tidak dimiliki banyak orang
subhanallah bermanfaat, trimakasih banyak
TODE…
utk yang D utk Demand, menurut saya pribadi mengandung aura positif yang agak kurang nendang, kalau tidak mau dikatakan negatif.
Akan lebih joss lagi kalau “Giving”. Ini menggambarkan kata yang sangat positif. Mengartikan-nya pun sama dengan yang demanding,
Berikan yang terbaik atas usaha yang dilakukan.
Namun kalo setuju diganti nantinya malah kurang macho…
jadi TOGE.. 🙂
betul Pak Wishnu, kalo standar kita untuk ‘giving’ sama orang lain, Insya Allah lebih berfaedah dari pada ‘demanding’ yang kalo salah2 bisa menetapkan demand yang egois..kalo giving kita pasti mikirin orang lain.. Jadi TOGE juga bagus Pak..mengingatkan sama psikolog Toge Aprilianto..hehe
Bagus… 😀
Setuju, selama budaya perusahaan itu benar-benar dihayati oleh karyawan. Bukan hanya keinginan dr atasan. Tantangannya bagaimana aplikasi dr budaya perusahaan yg hebat-hebat itu ? @ejunaidi78