Tanggal 2 Mei, hari ini, dikenal sebagai Hari Pendidikan Nasional. Kira-kira apa yang sudah dihasilkan dari pendidikan di negeri ini? Apakah sebagian besar ilmu yang diajarkan di sekolah berguna dalam kehidupan? Orang-orang hebat yang ada di Indonesia apakah merupakan hasil pendidikan formal yang dirancang pemerintah?
Menurut saya, pelaku pendidikan pun masih banyak yang tidak mengerti proses pendidikan yang terbaik. Masih banyak guru yang memberikan PR begitu banyak kepada anak didiknya yang masih SD. Akhirnya, banyak anak-anak yang kehilangan masa kecilnya karena sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Hal ini diperparah pemahaman banyak orang tua bahwa anak yang baik adalah anak yang sibuk mengerjakan PR. Sementara anak-anak yang banyak bermain di luar rumah diaggap anak nakal dan bandel. Bahkan banyak orang tua yang tega-teganya “memaksa” anaknya untuk ikut les ini dan itu padahal PR-nya sudah tumplek-blek. Benar-benar orang tua yang sadis.
Pendidikan seharusnya adalah proses yang menyenangkan dan tidak menjadi beban bagi sang anak. Oleh karena itulah saya selalu mencari sekolah yang tidak terlalu banyak memberikan PR dan suasana pendidikannya menyenangkan. Tentu ada PR sekali-kali boleh, tetapi kalau setiap hari dan banyak, itu menyiksa anak. Biarkan saat di rumah anak bersosialisasi dan bermain atau mengikuti kegiatan yang menyenangkan, bukan stres mengerjakan PR.
Apakah nilai tidak penting? Tentu penting, tetapi jauh lebih penting adalah menyiapkan masa depan anak untuk siap mengahadapi kehidupan yang sesunguhnya. Sayangnya, banyak persoalan kehidupan yang penyelesaiannya tak ada di dalam buku.
Selain itu, perlu dipahami bahwa pendidikan terbaik itu berawal dari rumah. Saat di sekolah, biarkan anak memperoleh pendidikan akademik tetapi setibanya di rumah arahkan ia memperoleh pendidikan kehidupan langsung dari orang tuanya. Bukan lagi sibuk mengerjakan tugas-tugas akademik.
Kecakapan memberi nasehat, konsistensi memberi teladan, dan kesediaan untuk selalu mendengar adalah tiga keterampilan kunci yang harus dimiliki oleh orang tua. Rumah bukan hanya tempat menginap dan berteduh. Rumah adalah tempat pendidikan terbaik bagi anak-anak kita. Rumah adalah tempat curhat ternyaman bagi anak-anak kita. Rumah adalah sumber inspirasi bermutu khususnya bagi anak-anak yang sedang mencari jati diri.
Saat anak menghadapai berbagai persoalan, rumah adalah tempat menemukan solusinya. Saat anak-anak galau, rumah adalah tempat untuk mengusir kegalauan itu. Saat anak-anak bersedih, rumah adalah tempat menumpahkan air mata sebanyak-banyaknya. Saat ia berprestasi, rumah adalah tempat yang paling prestisius untuk merayakannya.
Rumah bukanlah hotel atau restoran, yang hanya menjadi tempat menginap dan makan. Rumah adalah awal dari segala kebaikan dan keburukan. Segeralah fungsikan peran rumah Anda.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
20 comments On Semua Berawal dari Rumah
ini adalah salah satu gambaran “Baiti Jannati”. ada dialog, ada senda gurau ada senyum bahkan ada tangis haru. came back to “village” for all. Salam suksesMulia Abah….
Peluk dari jauh, saling mendoakan ya
bener banget pak, di sekolah anak saya anak sd jarang ada PR, anak SD harus banyak bermain, terutama permainan yang membuat motorik halus dan kasar mereka terlatih.
Toss kang Didin. Salam SuksesMulia
PENDIDIKAN itu PENTING, dimanapun itu dengan cara dan Jalan yang BAIK.
Semangat SuksesMulia!
Setuju mas, harus BAIK dan BENAR. Sebab sesuatu yang baik bila disampaikan dengan cara yang tidak benar bisa jadi fitnah. Salam SuksesMulia
Terima Kasih Banyak Tambahannya pak.
😀
pagi yg menginspirasi…
Terima kasih Kek…artikel pagi ini mengingatkan saya pada pelajaran pertama yang diberikan Luqman pada anaknya sebagaimana firman Allah, ” Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya…(QS 31:13)”
Terima kasih, mari kita merujuk ke Kitab Suci
Pendidikan agama adalah yang terpenting agar bahagia dunia akhirat. Diajarkan melalui teladan ortu yg bermula dari rumah. “salam positif.”
Yes. Salam SuksesMulia
sukseselalu
saya juga memilihkan sekolah anak saya yang tidak / jarang memberikan PR, dan saya dan suami memberikan kebebasan pada anak-anak untuk memilih ekskul/les nya sesuai minatnya mereka 🙂
Salam buat suami dan anaknya ya mbak Lydia. Salam SuksesMulia
Takita setuju sama Kakek
Takita belajar mendengar, bertanya, membaca itu dirumah
Alhamdulillah ayah ibu Takita baik dan sabar
Iya sabar menghadapi Takita yang cerewet dan bawel ini 😀
Yang baik dan benar adalah, guru mengajar denganfokus tapi tetap menyenangkan dan menginspirasi. Berikanlah PR yang sesuai kemampuan rata2 siswa di sekolah tersebut.
Alhamdulillah itu telah dan sedang saya lakukan ditempat saya mengajar. Hasilnya, luar biasa. 3 tahun terakhir saya loloskan nilai UN rata2 siswa saya 9+ dan di antaranya ada yang 10.
Krn itulah saya memilih menjadi IRT. Krn saya ingin anak-anak tumbuh dgn pendidikan dr rmh, dr ibunya sbg “Madrasatul ulaa..” Bukan dr orang lain a.k.a. Pengasuh.
Salam suksesmulia kek!
terimakasih Pak.>.mohon doanya untuk anak anak. salam suksesmulia
assalaamu’alaikum warrahmatulloh kek..
bagaimana dg anak yg lebih mendamba situasi hura2 di luar rumah..gaul..kekinian
bicara kotor..lalu anak2 lebih menikmati program gosip di tv..
nasehat kadang didengar, lalu kemudian saya yg dibully ditertawakan
belajar hanya bila tingkat kemarahan saya bertambah