Melakukan pekerjaan rutin dari pagi hingga malam selama beberapa hari itu bisa menjemukan dan menjenuhkan. Saya juga mengalami hal yang sama. Selama enam hari berturut-turut saya harus memberikan training atau mendiskusikan perihal training sejak pagi hingga malam.
Apa yang harus kita lakukan saat jenuh dan jemu? Saya melakukanlah sesuatu yang berbeda dan sudah lama tidak dilakukan. Kemarin, di puncak kejenuhan, kejemuan dan keletihan, saya melakukan dua hal yang sudah lama tidak saya lakukan.
Hal pertama yang saya lakukan adalah menelepon bapak dan ibu saya. Selama kurang lebih satu jam saya bercengkerama dengan bapak dan ibu saya melalui telepon. Kami bercerita tentang masa lalu, masa kini dan harapan-harapan orang tua kepada saya. Saat bercerita masa lalu terkadang bapak dan ibu saya terbata-bata dan menangis. Betapa kami menjalani hidup yang sangat sulit, direndahkan, dihina, dicerca oleh banyak orang.
Terkadang bapak dan ibu juga memberi nasehat dan wejangan-wejangan dengan bahasa Jawa yang khas. Misalnya, “Jamil, urip kuwi ngalor, ngidul, ngetan lan ngulon sebenere kur nunggu mati, ojo lali nggowo sangu seng akeh.” Artinya, kurang lebih, “Jamil, hidup itu pergi ke utara, selatan, timur dan barat pada hakekatnya hanya menunggu kematian, jangan lupa bawalah bekal yang banyak.”
Usai menutup telepon, perasaan lega, bahagia menelusuk ke dalam pikiran, hati, jiwa dan nurani saya. Ya, saya sudah lama tidak menelepon mereka berdua. Telepon sebelumnya adalah saat saya hendak terbang road show memberikan seminar di Amerika Serikat, sebulan yang lalu.
Untuk menambah kesegaran hidup, di malam hari saya melakukan lagi sesuatu yang sudah lama tidak saya lakukan. Apa itu? Nyuapin makan malam anak saya yang bungsu, Izul (10 tahun). Tentu untuk anak kelas 5 SD sudah bisa makan sendiri. Tetapi sekali-kali disuapin itu membahagiakan bagi yang disuapin dan juga bagi yang nyuapin.
Dua aktivitas yang jarang dilakukan kemudian dilakukan itu saya beri nama pitstop. Aktivitas tersebut benar-benar bermakna dan menyegarkan. Sebagaimana pagi ini, setelah saya melakukan pitstop kemarin, saya bangun pagi pukul 03.30 dalam kondisi segar dan bugar. Mau? Cobalah praktekkan…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
14 comments On Pitstop-lah
…alhamduliLlah…suatu nikmat yang tak ternilai…
…terima kasih…Kek Jamil…
Yes banget. Sama-sama ya
Saya yang baca aja kebawa segar..
gak mau panjang2 komen ah..
*ikutan telpon Bapak Ibu*
trims Kek Jamil atas inspirasinya pagi ini..
Salam kenal buat ortunya ya 🙂
“Jamil, urip kuwi ngalor, ngidul, ngetan lan ngulon sebenere kur nunggu mati, ojo lali nggowo sangu seng akeh.” Artinya, kurang lebih, “Jamil, hidup itu pergi ke utara, selatan, timur dan barat pada hakekatnya hanya menunggu kematian, jangan lupa bawalah bekal yang banyak.” (makjlebb ini mbah..)
Makjleb banget
Mau Tidur senang, Bangunnya Segar ya Pak… hehe…
Semangat SuksesMulia!
😀
Yes bingiiiiiit mas
“Jamil, urip kuwi ngalor, ngidul, ngetan lan ngulon sebenere kur nunggu mati, ojo lali nggowo sangu seng akeh.” Artinya, kurang lebih, “Jamil, hidup itu pergi ke utara, selatan, timur dan barat pada hakekatnya hanya menunggu kematian, jangan lupa bawalah bekal yang banyak.” (makjlebb ini mbah.. :'( )
alhamdulillah….sesuatu tuk menjaga dari kejenuhan….barusan juga habis telpon orangtua, lega rasanya….. Salam SuksesMulia….
Salam hormat saya kepada orang tua ya mas
Mau donk Ki dicuapin juga,hehehe…
Betul, terapi yang murah meriah.
Walaupun anak kita sudah bisa makan sendiri, kita luangkan untuk membahagiakannya dengan menyuapinya.
Bangun jam 3.30, Tahajud yuk.
masih kurang satu sebenarnya, Kek… belum telepon Rektor Klatak University, kampusnya insan-insan yg belum SuksesMulia dan takmau kerjakeras….. Kakek perlu meneleponnya karena hidup ini perlu keseimbangan bukan. ada yang SuksesMulia ada juga yang komunitasnya BelumSuksesMulia…. ditunggu teleponnya ya? hihi…