Mengemas Komoditi

Share this

Dinar Apriyanto di Hongkong
Dinar Apriyanto di Hongkong
Waktu jalan-jalan di salah satu pasar di Hongkong, beberapa komoditi yang dijual yang menarik perhatian saya adalah buah. Melihat penataan etalase buah sekelas pasar yang begitu rapi dan terlihat sangat ‘fresh’ membuat jiwa Agroindustrial saya mendadak membuncah ke ubun-ubun.
 
Hampir empat tahun saya belajar mengenai komoditi agroindustri disebuah Universitas yang termasuk peringkat wahid di Indonesia. Namun belum bisa menyumbangkan karya besar di bidang Agro, yang tiba2 jiwa itu muncul dengan sangat cepat,tatkala menemukan banyak sekali buah seperti jenis yang ada di Indonesia yang dijual dengan harga yang tinggi di pasar Hongkong.
 
Durian, mangga, langsep hingga Nangka. Kalau di kampung asal saya, banyak diantara Rumah Tangga yang menanam pohon Nangka. Satu rumah bisa lebih dari satu buah Nangka. Saat berbuah, saya perhatikan, di jalan-jalan kampung banyak Nangka yang tergeletak membusuk, ada beberapa yang matang dan jatuh berserakan tanpa ada yang memungut.
 
Di Hongkong, Nangka yang dikemas dalam styrofoam kecil berisi sekitar 5 daging nangka kecil, bisa dihargai 10 Dollar Hongkong. Atau sekitar Rp 15.000. Fantastis ya…
 
Tidak habis pikir,kenapa buah Nangka di Indonesia yang tidak banyak dimanfaatkan dan banyak dibuang justru di Negri orang lain, Nangka bisa menjadi barang yang harganya lebih mahal dari anggur dan beberapa buah lain.
 
Jika diperhatikan dengan seksama, Nangka di Hongkong dikemas sedemikian rupa, hingga mampu dihargai orang dengan harga yang mahal. Beda dengan nangka yang banyak ditemukan di pasar Indonesia, yang dijual gelondongan masih belepotan kotoran dan juga getah, dijual kiloan dengan harga yang sangat murah.
 
Ijinkan saya mengambil hikmahnya, betapa manusia di dunia ini juga bisa memilih,berapa ‘harga’ yang akan melekat pada diri kita. Oleh manusia kita akan berharga mahal atau justru dihargai murah. Semuanya ditentukan,seberapa jauh kita sudah membersihkan ‘kotoran-kotoran’ dalam diri kita dan ‘getah’ yang masih melekat dalam diri kita. Kotoran dan getah itu bisa jadi berupa pikiran negatif, akhlaq yang mazmumah, dan juga tingkah laku yang belum sesuai syariat. Kotoran juga bisa jadi kebodohan diri kita yang sengaja kita ‘pelihara’ dan enggan mencari ilmunya.
 
Maka jika ingin ‘berharga’ mahal di hadapan manusia, mari kita kemas sebagus mungkin kemampuan dan passion yang kita miliki. Jadikan kita ahli di bidang dan profesi yang sudah kita pilih, tidak setengah-setengah dan berikan ‘daging buah’ terbaik berupa ketrampilan diri kita. Berjuang terus memperbaiki diri hingga kita di’hargai’ mahal oleh manusia dan mulia di hadapan Alloh Sang Maha Pencipta kita.
 
 
Tulisan dikirim oleh Dinar Apriyanto

Baca Juga  Kertas Impian

30 comments On Mengemas Komoditi

Leave a Reply to @DinarApriyanto (Guru BELAJAR CEPAT) Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer