Hati yang Sempurna

Melihat tim kesayangan (Barcelona -red) mengalami kekalahan, saya menjadi sangat dongkol. Akhirnya saya memilih berselancar untuk mengusir rasa kesal itu. Kemudian saya pun berkunjung ke halaman YouTube.com dan melihat beberapa video. Hingga akhirnya mata saya berhenti pada video tentang Oscar Pistorious yang dikenal sebagai Blade Runner.

Pistorious terlahir dengan kekurangan, yaitu tidak memiliki tulang betis di kedua kakinya. berdasarkan penuturannya, di usia 11-13 tahun, dia menjadi bagian dari tim rugby, polo air dan tenis di sekolahnya. Hingga pada Januari 2004, lututnya mengalami cedera yang mengakibatkan kedua kakinya harus diamputasi.

Digambarkan dengan jelas, lewat cuplikan dan penuturan kesehariannya, betapa dia bisa memaknai kehilangan kedua kakinya bukan sebagai kutukan atau kemarahan Tuhan. Dia justru percaya bahwa Tuhan punya maksud tertentu dengan memberikan cobaan seberat itu. Pistorious malah merasa semakin lengkap meski kedua kakinya diganti kaki buatan. Cacat tak berarti harus hidup menderita.

Hati. Itulah yang terpenting dari sesosok manusia. Talenta dahsyat seseorang kerap sekali mudah tenggelam karena gagal berdamai dengan dirinya sendiri. Disisi lain, dengan kondisi tak sempurna pun seseorang bisa menjadi besar dan hebat jika memiliki hati yang sempurna.

Saya menggumamkan empat huruf ini: H a t i. Empat rangkaian huruf yang sangat sederhana, tapi butuh kerja keras untuk menemukan wujudnya dalam diri kita masing-masing. Berbahagialah mereka yang bisa menemukan kelangkapan hidup justru setelah salah satu organ terpenting diambil dari tubuh mereka.

Refleks saya memanjatkan doa, dengan sepenuh rasa dan sejuta harap, semoga saya tak perlu kehilangan apa-apa untuk menemukan makna empat huruf dalam kata yang sederhana itu. Terima kasih Pistotious. Anda sangat berjasa membagi ilmu kehidupan.

Teguh Gumilang