Hadirkan Rasa Malu

Share this

Senin kemarin, saya tidak berniat untuk puasa sunah karena jadwal saya yang sangat padat. Saya memerlukan banyak minum air putih saat memberikan training. Khawatir tenggorokan kering karena puasa maka saya putuskan untuk tidak berpuasa. Saat istri dan anak sahur saya tidak ikut serta, saya menyibukkan diri dengan bersujud dan berdoa.

Namun, beberapa menit sebelum Subuh saya merenung. “Anak saya Fikar, baru kelas 5, ia berpuasa sunah padahal ia juga harus tetap sekolah. Masak saya tak kuat berpuasa hanya dengan alasan memberikan training dan sibuk kerja. Sungguh alasan yang dibuat-buat. Malu ah sama Fikar.”

Akhirnya saya putuskan berpuasa walau tidak sahur kecuali hanya minum air putih. Apakah kemudian saya bermasalah saat memberikan training? Ternyata tidak.

Ketakutan terkadang kita ciptakan sendiri padahal faktanya itu tidak terjadi. Ketakutan terkadang kita hadirkan untuk membuat alasan dan menutupi rasa malas kita. Maka, hadirkan rasa malu agar kita tak terlalu banyak menciptakan banyak ketakutan.

Menghadirkan rasa malu itu penting terutama bagi orang seperti saya yang imannya masih lemah. Awalnya karena malu setelah itu luruskan niat agar tetap bernilai ibadah. Teman saya belajar menghafal banyak doa awalnya karena malu, setiap ditanya anakknya ia tak bisa menjawab. Menghadirkan rasa malu membuat ia sekarang hafal banyak doa dan hafal surat-surat pendek sehingga siap menjadi imam sholat.

Hadirkan rasa malu bila kita bekerja di sebuah perusahaan namun tak banyak prestasi yang bisa kita torehkan. Malulah bila hanya makan gaji buta. Malulah bila hanya bisa menuntut kepada perusahaan padahal prestasinya pas-pasan. Malulah bila datang sering terlambat sementara bila pulang selalu tepat.

Baca Juga  Anak Salah? Wajar!

Malulah bila banyak berjanji tapi tak ditepati. Termasuk malulah bila Anda promosi dengan melebih-lebihkan apa yang bisa didapat oleh pembeli/peserta. Malulah bila apa yang Anda janjikan tidak menjadi kenyataan. Malulah bila kita punya karyawan namun kita jarang memperhatikan dan mengembangkannya.

Malulah menjadi laki-laki bila sudah menyusun skripsi tetapi uang masih meminta kepada orang tua. Seharusnya juga malu besar bila kuliah S-2 tetapi uang masih meminta-meminta kepada orang tua. Kapan dirimu mandiri?

Hadirkan rasa malu karena belum mampu membahagiakan orang tua. Sungguh, mengabdi kepada orang tua bukan sekadar cium tangan dan mendoakannya. Harus ada langkah nyata yang mengeluarkan energi, tenaga, dana dan waktu untuk membahagikan mereka. Sudahkah? Malulah bila belum!

Hadirkan rasa malu dalam setiap aktivitas kita. Malu belum banyak memberi. Malu belum banyak berbuat. Malu belum banyak beramal. Malu karena kemampuan dan keahlian tak jua berkembang. Malu selalu meminta gratisan. Malu karena sudah semakin tua namun belum banyak “jejak” yang kita tinggalkan di semesta. Milikilah rasa malu agar kita tidak menjadi manusia yang memalukan. Setuju?

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

27 comments On Hadirkan Rasa Malu

Leave a Reply to ali samsudin Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer