Bahasa Politik Itu…

Share this

Dunia perpolitikan memang terkadang sulit ditebak. Bahkan terkadang sulit dimengerti.

Saat ini, Indonesia diramaikan dengan pengangkatan calon Kapolri. Ada yang berpendapat ini blunder pak Jokowi. Ada yang berpendapat ini merupakan kecerdasan laki-laki asal Solo ini. Ia sedang melakukan politik “nabok nyilih tangan”. Mana yang benar? Saya juga tidak tahu.

Menjadi pemimpin memang perlu keberanian dan kecerdasan. Dikisahkan, di suatu negara nun jauh disana diadakanlah pemilihan presiden. Ada satu kandidat yang sangat merakyat. Ia senang berdialog dan berkunjung ke tengah-tengah masyarakat.

Saat pemilihan, ia dukung oleh ribuan orang yang menamakan dirinya relawan. Di dunia social media, nama dan hal-hal yang mendukungnya sering menjadi trending topic. Singkat cerita, ia akhirnya terpilih menjadi presiden negeri itu.

Namun, beberapa bulan setelah ia terpilih, ada beberapa kebijakannya yang tidak disukai rakyatnya. Termasuk beberapa relawan juga kecewa. Maka saat ada acara kenegaraan beberapa relawan memberikan kartu pos sebagai bentuk kritikan kepada sang presiden.

Ada dua kartu pos yang diterima oleh presiden sebelum ia naik panggung. Pada kartu pos pertama tertulis, “Anda Boneka.” Sementera di kartu pos yang kedua tertulis, “Sampeyan Opportunis.” Membaca kartu pos itu, presiden yang terkenal cerdas itu hanya tersenyum.

Sebelum sambutan resmi sang presiden berkata, “Saya terbuka menerima masukan dan kritikan. Hari ini saya menerima dua kartu pos dari dua orang yang hadir juga ditempat ini. Sayang sekali, dua orang tersebut hanya menuliskan nama dirinya, ia lupa menuliskan saran dan kritikan untuk saya.”

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Baca Juga  Generasi Kondom

2 comments On Bahasa Politik Itu…

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
5 + 4 = ?
Reload

Site Footer