Air Mata Provokasi

Share this

Arief Risman Inspirator-BijakDi dalam satu kegiatan outbond saya memarahi seorang mahasiswi karena dianggap melakukan kesalahan. Kesalahan yang dibuatnya ini menyebabkan teman-teman satu kelompoknya harus menanggung hukuman. Hukuman kelompok akan dijatuhkan jika salah seorang anggota kelompok melakukan kesalahan. Dengan wajah serius dan marah saya ungkapkan kesalahan yang dibuat itu. Sebetulnya jarang sekali saya memperlihatkan ekspresi marah dan agak sulit mengungkapkan perasaan itu. Namun apa boleh buat saya harus melakukannya.

Ketua kelompok akhirnya angkat bicara untuk disebutkan siapa yang melakukan kesalahan itu biar urusannya lebih jelas. Saya pun menyetujuinya dengan satu syarat bahwa semuanya harus fair dan menerima kesalahan itu dengan lapang dada. Semua anggota kelompok harus berlapang dada menerima hukuman karena kesalahan satu orang tersebut. “Yang melakukan kesalahan itu adalah …. Syifa” demikian saya menyebut anggota kelompok yang melakukan kesalahan.

Ekspresi semua orang di kelompok itu berbeda-beda. Ada yang kaget lalu pasrah, ada juga yang ingin protes sambil menahan amarah. Lalu saya bertanya pada Syifa sikapnya terhadap kesalahan itu. “saya terima pak, jika memang dianggap salah. Saya pun bersedia menerima sanksi. Namun tolong disebutkan apa kesalahan saya itu” itulah ungkapan Syifa yang menjadi “sang tertuduh”. Saya sampaikan bahwa itu keputusan panitia melihatnya tidak serius menjalani outbond ini.

Saya tekankan Syifa untuk mundur saja dari kelompok biar anggota lainnya tidak kena hukuman hingga terancam tidak lulus dalam kegiatan outbond ini. “saya bersedia mundur saja pak” begitu kata Syifa selanjutnya. Setelah mengatakan itu, mata Syifa berkaca-kaca lalu meneteslah air mata itu membasahi pipinya. Saya tidak tega sebetulnya, namun apa boleh buat saya harus terus melanjutkannya.

Baca Juga  Seri Psikologi: Membeli Kebahagiaan

Lagi ketua kelompok angkat bicara. “sebaiknya dipertimbangkan dulu pak, tidak langsung dikeluarkan dari kelompok ini”. Saya pun memperhatikan usulan itu dengan seksama. Sebagai penanggung jawab di kelompok itu saya minta pada semua anggota untuk lebih serius menjalani kegiatan outbond ini. “sekarang, Syifa maju ke tengah untuk mendengar hukuman yang akan saya putuskan, yang lain harap berdiri mengelilingi Syifa” instruksi saya pada semuanya. “Dalam hitungan angka sampai lima, saya akan katakan hukumannya”. Tampak sekali wajah Syifa tegang, lalu … “satu … dua … tiga … empat …. lima ! Syifa … Selamat Ulang tahun …. “. Ketua kelompok langsung menyambut dengan lagu selamat ulang tahun bersama anggota kelompok lainnya.

Syifa hanya kaget sambil berderai air mata. Entahlah karena ekspresi bahagia ataukah kaget dengan surprise di hari spesialnya. Sang ketua kelompok berterima kasih pada saya yang telah memberikan hadiah spesial buat Syifa seperti permintaannya beberapa jam sebelum kegiatan itu dimulai. Setelah menyalami Syifa untuk hari ulang tahunnya, Syifa pun berkata, “ waah pak Arief ini pintar juga berakting yaa …”

Dalam menjalani kegiatan dari satu training ke training lain tentu kita akan melewati banyak peristiwa. Saya selalu berdo’a untuk mendapatkan momen-momen spesial tak terlupakan saat menjalaninya. Hadiah ulang tahun untuk Syifa seperti cerita di atas adalah salah satu contohnya. Sama sekali tidak ada dalam rencana saya untuk melakukannya, sampai ketika sang ketua kelompok merencanakan drama tersebut. Itulah salah satu sebab, mengapa saya selalu bersemangat untuk memberikan training atau pelatihan pengembangan diri kepada lebih banyak orang. Kegiatan mengasyikan itu akan memberikan saya banyak pengalaman, sahabat dan hal-hal baru lainnya. Itu semua memberikan saya nilai-nilai baru dalam memaknai kehidupan.

Baca Juga  Sial Itu Kita yang Bikin

@ariefrisman

www.inspiratorbijak.com

1 comments On Air Mata Provokasi

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer