Sampah Emosi

Share this

Coba bercermin sejenak, lihat wajah Anda. Apakah default (posisi/bentuk aslinya) tersenyum, datar, atau cemberut? Apabila default wajah Anda cemberut boleh jadi karena Anda sedang punya banyak masalah tetapi Anda tidak menyadarinya. Atau, mungkin Anda sedang punya banyak informasi dan pikiran negatif. Boleh jadi juga karena Anda memiliki banyak penyakit hati tanpa Anda sadari.

Dulu saya pernah mengalami hal itu. Orang lain sering berkata kepada saya, “Wajahmu terlihat lelah.” Padahal saya merasa enjoy saja dan tidak merasa lelah. Di lain kesempatan, ada juga yang berkata, “Ada problem mas? Kok terlihat sedih?” Padahal saya juga merasa tidak punya problem dan merasa bahagai.

Namun karena pertanyaan itu disampaikan berulang-ulang dan oleh orang yang berbeda, saya menjadi berpikir jangan-jangan memang ada masalah dalam diri saya. Saya kemudian melakukan “me time” alias menyendiri tak mau diganggu yang lain. Saya merenungi semua kebiasaan sia-sia atau hal negatif yang sering saya lakukan. Ternyata banyak dan tentu harus dibuang, saya menyebut itu adalah sampah emosi.

Dulu saya punya kebiasaan, usai sholat Subuh di masjid setibanya di rumah saya langsung menonton berita di berbagai stasiun televisi. Ternyata, banyak berita yang isinya negatif. Fakta ini menyebabkan informasi yang masuk ke kepala saya adalah negatif, membentuk pikiran dan suasana hati yang negatif. Dan itu memperbanyak sampah emosi di dalam diri saya.

Apakah tidak boleh menonton atau membaca berita? Tentu boleh tapi tak elok bila kita menghabiskan waktu terlalu banyak apalagi dilakukan pada pagi hari. Biasakanlah informasi dan ilmu yang masuk pagi hari itu bergizi dan menyegarkan pikiran agar sampah emosi Anda tidak semakin menumpuk.

Baca Juga  Memberi Feedback Tanpa Menyakiti

Kini, saya mengubah kebiasaan, usai sholat subuh saya membaca Al-Qur’an, bercengkerama dengan keluarga, olah raga atau menulis untuk JamilAzzaini.com. Selain itu, saya membiasakan diri agar default wajah saya selalu tersenyum. Saya hanya berusaha menangis saat sebelum subuh dan menangis saat rindu dengan orang tua, istri dan anak saya. Selebihnya default wajah saya tersenyum.

Hasilnya? Sekarang bila jumpa dengan teman-teman saya, sebagian besar berkata, “Tambah muda, mas.” Atau, “Wuih mas Jamil tambah fresh! Bagi-bagi dong rahasianya!” Hehehe…. Ini bukan narsis, ya. Ini hanya karena saya berusaha membatasi sampah emosi yang masuk ke pikiran saya dan terus berusaha membuang sampah emosi yang sudah terlanjur berada di pikiran dan hati saya. Bagaiamana dengan Anda?

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

54 comments On Sampah Emosi

Leave a Reply to Rosa Herdiansyah Cancel Reply

Your email address will not be published.

Site Footer