Wahai Para Suami: Jadilah Lelaki

Share this

Sejak tiga tahun terakhir, banyak orang yang berkonsultasi kepada saya seputar permasalahan keluarga. Dan ternyata, penyebab ketidakharmonisan keluarga sangat beragam, namun menurut saya, penyebab utamanya adalah peran suami yang tidak optimal. Para suami tidak menjadi lelaki sejati.

Pendapat saya ini sejalan dengan data dari Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa rata-rata perceraian yang terjadi dalam tiga tahun terakhir, 75% adalah gugat cerai. Para istri kecewa dengan para suaminya yang tidak menjalankan peran sebagaimana mestinya sehingga mereka melakukan gugat cerai. Padahal, saat awal orde baru, 90% perceraian karena suami yang menceraikan istri. Sekarang sudah berlaku sebaliknya.

Untuk itu, sebagai sesama lelaki saya ingin berbagi inspirasi kepada para suami agar rumah tangganya semakin harmonis. Selain itu, saya berharap inspirasi ini juga akan membantu para suami mampu meningkatkan kebanggaan istri dan kepercayaan kepada sang suami.

Tentu, pondasi utama yang perlu diingat, pernikahan adalah ibadah. Semua sikap dan perilaku yang terjadi di dalamnya bernilai ibadah, mendatangkan cinta-Nya. Bahkan, ada sesuatu yang berdosa bila dilakukan diluar pernikahan (berhubungan badan), menjadi berpahala besar saat dilakukan setelah menikah. Asyikkan?

Selain perlu kuatnya pondasi utama tersebut di atas, para suami juga perlu memperhatikan beberapa hal agar rumah tangganya semakin bahagia dan romantis. Apa itu?

Pertama, Pernikahan adalah saling menumbuhkan. Sebagai pribadi, suami perlu selalu memiliki growth mindset, pikiran yang selalu bertumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Sikap dan perilakunya pun perlu terus bertumbuh, tidak stuck, apalagi hanya melakukan sesuatu yang berulang tanpa ada perbaikan dan peningkatan. Para suami perlu menyediakan dana, waktu, dan energi untuk mengembangkan dirinya.

Baca Juga  Cerdas Vs Cerdas

Selain itu, suami juga perlu punya kesadaran dan komitmen untuk menumbuhkan sang istri. Mendukung, mensupport dan memfasilitasi pengembangan diri sang istri. Istri bukan pembantu, istri bukan tukang cuci, istri bukan baby sitter. Istri adalah permaisuri, konsultan, mentor, coach, partner dan sahabat dalam membangun rumah tangga. Apabila istri menjalankan peran memasak, mencuci, membersihkan rumah itu adalah bonus layanan tambahan yang ia berikan kepada suami. Berterima kasihlah kepada para istri wahai para suami.

Beri kesempatan istri untuk mengembangkan diri khususnya dari 5 aspek (Whole Being Institute) yaitu: spiritual, fisik, pengembangan diri, komunitas dan emosi. Bagi Anda yang istrinya punya sense bisnis, dukung ia agar bisa mengembangkannya. Bila menghasilkan, berikan ia wewenang penuh untuk mengembangkan hartanya demi kebaikan bersama. Jangan meminta harta istri, “malu ah”, jagalah harga diri sebagai suami.

Kedua, Lelaki adalah pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin yang sesungguhnya bila memiliki kelebihan. Sebagai suami, milikilah kelebihan setidaknya dalam 3 hal, yaitu ibadah, ilmu dan nafkah. Dalam urusan ibadah, jadilah teladan bagi istri.

Dalam urusan ilmu teruslah belajar dan mengamalkan ilmunya. Apabila istri mengalami kebingungan, setidaknya ia yakin suaminya bisa membantu menjawab kebingungan dengan ilmunya. Bila tidak bisa menjawab kebingungan istri setidaknya suami bisa mempertemukan istri dengan orang yang bisa membantu menyelesaikan kebingungannya.

Nafkah itu tanggungjawab suami, maka berusahalah untuk bisa mendapatkan penghasilan agar bisa memanjakan istri. Berbahagialah saat sang istri meminta nafkah, uang atau apapun karena itu adalah salah satu pintu ibadah terbaik bagi suami. Selalu mencari cara baru, cara berbeda atau meningkatkan keahlian yang sudah dipunya sebagai jalan untuk mendatangkan rezeki yang sudah Allah swt siapkan untuk para suami.

Baca Juga  Untuk Para Entrepreneur

Ketiga, Suami adalah pakaian bagi istri. Fungsi pakaian adalah melindungi, menutup aurat dan memantaskan diri. Sebagai suami, kita perlu menjaga kemuliaan istri, tidak menceritakan ke orang lain tentang kekurangan atau kesalahan istri. Selain itu, pastikan agar penampilan istri selalu terjaga dari dosa sekaligus pantas dan patut dalam lingkungan pergaulannya.

Keempat, Hadir penuh dan sadar utuh. Saat ada moment penting bersama istri pastikan diri kita hadir penuh dan sadar utuh. Fisik, pikiran dan perasaan menyatu hadir sehingga kita bisa menangkap pesan-pesan yang hendak disampaikan istri secara utuh.  Ungkapan istri tidak selalu terucap melalui kata, tetapi juga melalui mimik wajah, gerakan tangan dan bahasa tubuh lainnya. Bahasa non verbal bisa kita tangkap apabila kita hadir penuh dan sadar utuh saat bersamanya.

Demikian 4 hal yang bisa saya bagikan kepada para suami. Inspirasi ini memang belum didasari oleh hasil penelitian, namun berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diskusi saya dengan para psikolog dan expert di bidang rumah tangga. Namun demikian, saya yakin saat para suami mempraktekkan hal tersebut di atas akan menjadi suami yang benar-benar suami, lelaki yang benar-benar lelaki. Setuju?

Dari Tasikmalaya saya sampaikan : Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer