Hari ini, saya menjemput istri saya yang sedang mendalami bahasa Inggris selama 10 hari di Desa Bahasa Borobudur Magelang. Sengaja saya jemput menggunakan mobil untuk mengurangi interaksi dengan para penumpang pesawat terbang. Perjalanan Jakarta – Magelang kami tempuh selama 8 jam, masuk pintu tol TB Simatupang (Jakarta) dan keluar di pintu tol Bawen (Jawa Tengah).
Sembari menunggu istri saya yang sedang ujian bahasa Inggris, saya diajak jalan-jalan oleh pendiri Desa Bahasa, Hani Sutrisno, keliling desa-desa di Magelang untuk melihat berbagai Balai Ekonomi Desa di sekitar Candi Borobudur. Prinsip lelaki kelahiran tahun 1974 ini sederhana “Bagaimana menjadikan orang desa tetapi punya penghasilan kota.”
Desa Bahasa, ia dirikan dengan tujuan melatih orang desa mahir berbahasa Inggris sehingga bisa berkomunikasi dengan para turis yang berseliweran di Candi Borobudur. Mereka mendapatkan penghasilan yang pantas, karena bahasa Inggrisnya cas, cis, cus.
Desa Bahasa adalah sebuah kawasan tempat belajar bahasa Inggris, yang dilengkapi dengan aula, wisata kelinci, terapi ikan dan guest house. Selain melatih penduduk kampung yang tinggal di sekitar Candi Borobudur, Desa Bahasa juga menerima peserta dari berbagai propinsi di Indonesia.
Desa Bahasa ingin menumbuhkan ekonomi desa, selain karyawannya direkrut dari berbagai desa, tempat tidur dan berbagai perlengkapan di lokasi Desa Bahasa yang ia dirikan dibuat oleh penduduk desa.
Semakin hari yang belajar bahasa Inggris di Desa Bahasa terus meningkat. Ada yang berkunjung dan belajar sesaat, ada yang belajar 6 hari, 10 hari atau satu bulan.
Para pembelajar itu memerlukan rumah tempat tinggal. Hani Sutrisno menyiapkan rumah-rumah penduduk agar memiliki kamar yang bersih dan rapi sehingga bisa disewakan kepada para tamu di Desa Bahasa. Dengan cara ini, ada penghasilan tambahan bagi warga desa.
Diantara paket belajar bahasa Inggris, ada paket belajar sembari wisata. Setengah hari belajar, setengah hari wisata di sekitar Candi Borobudur yang ternyata memiliki banyak potensi. Para pembelajar ini diajak mengelilingi berbagi potensi sosial ekonomi yang menarik yang luput dari pantauan wisatawan biasa.
Paradigma untuk meningkatkan penghasilan penduduk desa setara dengan orang kota membuat otak lelaki mantan pedagang pengasong ini terus bekerja. Saat Desa Bahasa harus di lock down, mengikuti anjuran pemerintah, Hani Sutrisno langsung mengerahkan beberapa penduduk desa untuk bisnis online.
Mereka diberi waktu tiga hari untuk menyiapkan semua perangkat bisnis online.
Apa yang dijual? Ia mengatakan “yang dijual adalah sesuatu yang kita kuasai dan diperlukan masyarakat. Saya biasa menulis buku bahasa Inggris, maka saya dan penduduk kampung akan berjualan online buku Bahasa Inggris. Insha Allah, tiga hari kedepan sudah siap, Lock down tidak akan berdampak negatif, selama kita kreatif.”
Ya, Lelaki asli Magelang ini memang pernah menulis buku best seller Vocabulary for Daily Conversation (2012), Pintar Jari Tenses (2014), Fun Vocabulary for Daily Conversation (2014), How to Master Vocabulary for Daily Conversation (2015), Cepat Kuasai Kosakata Bahasa Inggris tanpa Banyak Mikir ala Desa Bahasa Borobudur (2016), dan 6 Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris ala Desa Bahasa Borobudur (2016).
Pikiran “biarkan kami tinggal di desa tetapi rezeki kota” menghadirkan banyak ide dan gagasan segar yang menghidupkan ekonomi desa dan tentu ekonomi yang punya gagasan. Semoga semakin banyak Hani Sutrisno di negeri ini. Pencari solusi, memikirkan nasib orang-orang di sekitarnya, dan pencari ide dan gagasan yang menyegarkan. Anda mau seperti Hani Sutrisno?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Founder Kampoong Hening