Terjauh dan Terdekat

Share this

Hari ini, usia saya genap 48 tahun. Dalam perenungan ulang tahun, saya teringat ucapan Al Ghozali: “yang terjauh dari seorang manusia adalah masa lalunya.” Karena meski beberapa detik yang lalu kita sudah tidak bisa kembali, sudah terlewat dan semakin jauh. Hingga kini, belum ada alat yang bisa mengembalikan kita ke masa lalu.

Andai bisa kembali ke masa lalu, banyak hal yang akan saya perbaiki di masa lalu. Sesuatu yang dulu saya benci justeru ingin saya lakukan karena ternyata itu berdampak baik dikemudian hari. Misalnya, saya dulu menghindar belajar mengaji dengan ibu saya sebab kalau salah dimarahin dan diminta mengulang-ngulang. Saya lebih memilih belajar dengan orang lain yang lebih cepat dan toleran terhadap kesalahan yang saya baca.

Hasilnya? Usia sudah menjelang setengah abad, bacaan Al Qur’an saya tidaklah sefasih saudara-saudara saya yang dididik langsung oleh ibu saya. Termasuk surat-surat dalam Al Qur’an yang saya hafal jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan saudara saya. Ah, andai bisa kembali ke masa lalu, saya akan duduk takzim di depan ibu saya, rela belajar dalam waktu yang lama dan siap dimarahin bila saya salah membaca.

Andai bisa kembali ke masa lalu, saya tidak akan melewatkan satupun kesempatan indah bersama istri dan anak saya. Karena kesibukan dan keegoisan saya, ada beberapa momen indah bersama istri dan anak saya yang lewat begitu saja, hilang, tiada berbekas bahkan ada yang meninggalkan luka.

Andai bisa kembali ke masa lalu, saya akan perbaiki masa-masa suram dan kelam yang pernah saya jalani. Sayangnya, tak ada satu pun yang bisa saya perbaiki. Kini, saya hanya bisa meratapi, menyesali dan berjanji untuk tidak saya ulangi. Masa lalu memang terlalu jauh sehingga tak ada satupun yang bisa saya ubah. Saya hanya bisa bertaubat sembari berharap agar masa lalu yang kelam dikubur ke dalam bumi yang paling dalam.

Baca Juga  Merenungi Usia

Saya tidak boleh menghabiskan waktu ke masa yang paling jauh yaitu masa lalu. Saya perlu fokus ke sesuatu yang terdekat, Al Ghazali mengatakan : “yang terdekat dari seorang manusia adalah kematiannya sendiri.” Saya berkomitmen di sisa usia yang ada untuk fokus mengumpulkan bekal kematian agar saya kelak bisa sampai tujuan yang saya harapkan. Mungkinkah bekal yang saya kumpulkan cukup? Mungkinkah saya bisa ke tempan yang paling mulia di dunia fana?

Entahlah, saya tidak ingin berpolemik dalam hal ini karena sesuatu yang kita pusingkan saat ini akan segera menjadi masa lalu, masa yang sangat jauh. Saya ingin fokus ke masa yang terdekat yaitu kematian, mengumpulkan bekal dan karya sekaligus memohon doa kepada Anda semua agar saya sanggup mengumpulkan bekal yang berlipat untuk dibawa ke kampung akherat. Doakan saya….

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
CEO Kubik Group
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

6 comments On Terjauh dan Terdekat

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
5 - 1 = ?
Reload

Site Footer