Istilah “urut kacang” muncul tatkala jabatan di suatu instansi diberikan sesuai golongan/tingkat kepegawaian atau usia bukan berdasarkan kemampuan atau kompetensi. Padahal fakta di lapangan seringkali menunjukkan orang yang golongannya lebih tinggi atau usianya lebih tua hasil kerjanya belum tentu lebih berkualitas. Walhasil, budaya “urut kacang” ini merusak iklim persaingan sehat.
Dikisahkan, 3 orang sahabat menjadi trainer di sebuah perusahaan. Mereka bernama Dede, Andra dan Iyan. Apabila diurutkan dari segi usia, Iyan yang tertua kemudian Andra dan yang paling muda Dede.
Pada suatu hari, mereka bertiga mendapat order memberikan training di Medan. Mereka menginap di satu hotel ternama dan mendapat kamar di lantai 21. Usai memberikan training di lantai dasar mereka hendak istirahat di kamar masing-masing. Namun sayang, lift rusak akibat seringnya terjadi pemadaman listrik.
Terpaksa mereka harus mengunakan tangga untuk menuju kamarnya. Agar perjalanan menuju kamar tidak melelahkan, ketiganya sepakat berbagi cerita dan inspirasi. Dari lantai 1-7 tugas pak Iyan menyampaikan hal yang lucu-lucu. Lantai 8-15 tugas mas Andra bercerita yang menyentuh hati. Terakhir, lantai 16-21, tugas kang Dede berbagi inspirasi “mengapa pebisnis banyak yang gagal?”.
Ternyata cara tersebut sangat jitu. Dari lantai 1 hingga 7 mereka bertiga tertawa tiada henti mendengar cerita pak Iyan. Sementara dari lantai 8 hingga 15 mereka bertiga berurai air mata karena cerita-cerita menyentuh yang disampaikan mas Andra. Sebelum lanjut ke kang Dede, mereka sepakat istirahat sejenak di lantai 16 untuk memulihkan stamina.
Begitu mereka merasa bahwa energinya sudah pulih dan siap menaiki tangga hotel selanjutnya, pak Iyan berkata, “Ayo sekarang giliran kang Dede berbagi inspirasi.”
Sambil menatap mata pak Iyan dan mas Andra, kang Dede berkata, “Sebelum saya berbagi inspirasi boleh saya menyampaikan sesuatu dulu?”
Mendengar permohonan itu pak Iyan dan mas Andra serentak menjawab, “Boleh!” Tiba-tiba kang Dede menundukkan kepala sembari berkata, “Maaf sebelumnya, kunci kamar dan laptop kita ketinggalan di ruang pelatihan.”
Hehehehe…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
23 comments On Tak Harus Urut
akibat dari urut kacang istilah yang kek Jamil sebut tadi akhirnya membuat yang muda tidak berinisiatif atau bersemangat untuk mengeluarkan ide2.
Dia pikir saya tidak akan langsung naik gol ke tk yg lbh tinggi untuk apa susah2 harus mengeluarkan ide2, jadilah ide2nya tersimpan ngendap dan jadi pelupa deh……
Salam Sukses Mulia Kek……..
Pesanku: Jangan terpengaruh.
Kayaknya ceritanya masih bisa lanjut tuh… lanjutannya:
“Nah, sekarang giliran pak Iyan mengambil kunci dan laptop yang tetinggal di ruang meeting,” kata mas Andra dan kang Dede kompak.
Hehehe. Pasti si Dede ini orang intuiting. 🙂 penih dengan kejutan dan susah ditebak plus ‘pelupa’
Iya, aslinya memang dia orang Intuiting, hehehehe
Hahahaha,,,, babeh lagi kangen pasti sama 3 orang itu :p
Hehehehe, iya
Hehehe….gak sopan nyuruh saudara kembarku balik lagi ke bawah buat ambil kunci…kocak bener nih certita 3 serangkai kek
Saudara kembar, sama2 bersinar kepalanya, hehehehe
Lanjutan ceritanya :
dari pada bingung siapa yang ambil kunci di ruang pelatihan, lebih baik kita tidur di ruang pelatihan saja. Xixixixixi……
Usulan cerdas, hehehehe
Humor segar yang sederhana namun cerdas. Hehehe…sepertinya terinspirasi dari kisah nyata ya, Kek?
Kasih tahu gak ya? Hehehe
Kek, di perusahaan tmpat saya bekerja. kasus-nya sama seperti itu. Naik grade, bukan berdasar-kan kompetensi yang di miliki. tetapi “urut kacang” seperti istilah yang Kakek maksud. Jadi, kebanyakan kerja-nya sekadar-nya saja. Karena main set-nya udah terbentuk, buat apa kerja bener-bener. Toh gak naik grade. Dan bikin ngiri.
Mohon wejangan-nya Kek. Dengan Sangat.
He… lucu pak, semoga tetap sehat itu para trainer… 😀
alhamdulillah… cerita yang menyegarkan. babeh… ada info kelas untuk dijakarta? ane tinggalnya di jak, beh….
bejo james asli indonesia
Artinya trainer itu harus kuat mental dan fisik juga ya Pak? Hehe
sabar kang iyan mas andra,cerita lagi sambil turun he he ha ha…
hehe… inspiratif bgt ms ceritanya 🙂 saya sampe tenggang bacanya ternyata kunci tertinggal 😀
itu tiga trainer kok konyol amat sih, ngapainnn juga mau-maunya naik tangga sampe tangga ke-17. kalo mau yg simple, tidur aja di sofa yang ada di lobi. atau sekalian aja keluar dari hotel cangkrukan di warungkopi semalam suntuk… kerOn pasti!
is oke
nrimo ing pandum…
termasuk dalm dunia pendidikan juga, guru yang masa kerjannya lebih lama grade nya lebih tinggi, padahal belum tentu kualitas ngajarnay lebih baik dari pada guru2 muda yang produktif…