STOP! Berpura-pura Bahagia

Share this

Saya sering bertemu dengan orang-orang yang merasa bahagia padahal hatinya menderita “Saya fine-fine saja koq, saya tidak ada masalah koq, hidup saya lurus-lurus saja koq, saya selalu happy setiap hari.” Tetapi setelah saya ajak ngobrol lebih dalam ternyata orang tersebut sedang mengalami masalah yang cukup serius.

Banyak dari kita, dididik untuk selalu terlihat kuat, positif, dan happy. Terutama para bapak-bapak ni. Sebagai seorang laki-laki, dari kecil biasanya diajarkan untuk tidak boleh takut, tidak boleh nangis, harus kuat. Stigma ini, akhirnya terbawa sampai dewasa. Saat ada masalah, dia berusaha menyembunyikannya dan terlihat baik-baik aja. Tapi, justru karena ini, Anda jadi tidak peka terhadap apa yang sedang terjadi di sekitar. Jadi jangan salahin istrinya ya kalau dibilang,”bapak ihh, kok ga peka.” Anda, tidak akan pernah bisa peka, kalau masih bohong sama diri sendiri. Loh kok bohong sama diri sendiri? Yuk kita bedah.

Ketika kita terus-menerus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, kita tidak hanya menipu orang lain, tetapi juga diri sendiri. Kita mungkin berpikir bahwa dengan menyembunyikan perasaan negatif, kita melindungi diri kita sendiri dari rasa sakit atau kelemahan. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah kita menumpuk emosi negatif di dalam diri kita. Semakin kita menekan dan menyembunyikan perasaan tersebut, semakin besar juga tekanan yang kita hadapi secara mental dan emosional.

Jadi, tidak heran hasil penelitian Lee & Ashforth membuktikan bagaimana semua tumpukan emosi negatif tadi, bisa mengakibatkan seseorang kecewa, marah, depresi, merasa hidupnya tidak bermakna, bahkan sulit untuk bahagia. Tidak mau dong pasti?

Walaupun terkadang, bohong ke diri sendiri seperti sedang memberikan sugesti yang positif ke diri kita. Tapi menurut saya, logika berpikir itu salah. Anda bukan sedang memberikan sugesti positif, melainkan menjerumuskan diri Anda sendiri.

Baca Juga  5W 1 H

Saat Anda mengatakan semua baik-baik aja, mungkin memang akan terlihat baik-baik aja. Tapi sebenarnya Anda sedang berjalan dengan beban-beban yang Anda sendiri tidak sadari. Menurut saya, logika berpikir yang lebih tepat, yaa Anda jujur dulu untuk mengakui hidup Anda sedang tidak baik-baik aja.

Contoh, Anda sudah kerja keras ni di tempat kerja, tapi entah kenapa perintah dari atasan Anda makin bertambah. Bahkan sebetulnya uda di luar job desc. Anda pasti merasa lelah dan stress dong. Tapi saat ditanya oleh teman atau keluarga, Anda dengan ceria mengatakan bahwa semuanya baik-baik aja. Karena Anda merasa kerja kan memang sudah seharusnya demikian.

Kalau Anda memilih untuk jujur dulu, Anda harus mengakuinya. “Yaa sebenarnya, belakangan ini saya lagi agak tertekan di kerjaan. Tugas-tugasnya semakin banyak dan saya merasa sulit untuk pegang,” ini bisa menjadi langkah awal dari proses menerima. Dengan mengakui perasaan tersebut, Anda memberi diri sendiri izin untuk merasa dan mencari solusi, mungkin dengan bicara ke atasan atau mencari bantuan.

Gini, kita sepakati dulu, jujur dengan diri sendiri bukan perkara yang mudah. Dan jujur disini, bukan berarti Anda harus mengatakan setiap detil yang terjadi, melainkan Anda mau menampilkan apa yang sedang dirasa saat itu. Tapi jangan jujur yang kebablasan juga loh ya. Artinya, Anda perlu mengelolanya ketika ternyata kejujuran tersebut bisa menyakiti perasaan. Apalagi kalau sudah melibatkan orang lain. Entah itu pasangan, keluarga, rekan kerja atau atasan. Tapi, percayalah kalau Anda sudah bisa jujur ke diri Anda sendiri, hubungan Anda dengan orang sekitar pasti akan terasa lebih connected, deep, dan yang pasti terasa lebih tulus.

Baca Juga  Neuroleadership: Mengelola Stres Menjadi Produktif

Dan ternyata studi Michael Parke, dari London Business School, menemukan ketika seorang karyawan merasa bisa mengekspresikan dirinya di tempat kerja, ia akan lebih produktif dan inovatif. Penasaran gimana caranya?

Saat Anda merasa apa yang diucapkan sepertinya membohongi diri sendiri, ingatlah untuk SADAR. Sadar disini meliputi Sadari Emosi dan Pikiran, Akui Kebutuhan dan Keinginanmu, Dengarkan Kata Hatimu, dan Analisa Realita dengan Objektif.

Pertama huruf S yang berarti Sadari Emosi dan Pikiran

Luangkan waktu untuk merefleksikan apa yang perasaan dan pikiran Anda katakan. Nah, disini Anda bisa membuat journaling setiap harinya. Agar Anda bisa memahami benang merah dari setiap kejadian dalam keseharian. Amati bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi tertentu. Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang sebenarnya saya rasakan dan pikirkan yaa?”. Ketika Anda sadar akan emosi dan pikiran Anda, Anda dapat mulai memahami diri sendiri dengan lebih baik. Anda dapat mengetahui apa yang memicu perasaan dan pikiran tertentu, dan Anda dapat belajar bagaimana mengelolanya dengan lebih efektif.

Kedua, A yang berarti Akui Kebutuhan dan Keinginanmu

Terimalah bahwa Anda sebagai seorang manusia, memiliki kebutuhan dan keinginan. Dan ini sangat wajar adanya. Jadi, tidak ada salahnya mengungkapkan dengan jujur. Ketika Anda mampu mengakui kebutuhan dan keinginan Anda, Anda dapat mulai memperjuangkan apa yang terbaik untuk Anda. Anda dapat belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang lain dengan lebih efektif dan mendapatkan apa yang Anda butuhkan.

Ketiga, D yang berarti Dengarkan Kata Hatimu

Ketika Anda mendengarkan kata hati Anda, Anda dapat membuat keputusan yang lebih selaras dengan diri sendiri. Anda dapat mengikuti intuisi dan insting Anda, yang sering kali tahu apa yang terbaik untuk Anda.

Baca Juga  Hal Sederhana yang Menjadi Kenangan

Keempat, AR yang berarti Analisa Realita dengan Objektif

Ketika Anda sudah mampu mengenali apa yang Anda rasa dan pikirkan, kemudian tau apa yang menjadi kebutuhan dan kata hati. Artinya, Anda sudah bisa memahami kondisi dari diri Anda sendiri. Selanjutnya, waktunya Anda melihat realita di luar. Dengan menganalisa realita dengan objektif, Anda dapat melihat situasi dengan lebih jelas dan tanpa bias. Hal ini dapat membantu Anda untuk membuat keputusan yang lebih rasional dan tepat.

Ketika seseorang mau mulai jujur dengan dirinya sendiri, saya yakin ini akan terpancar di hubungan yang ia miliki baik itu dengan pasangan, rekan kerja, keluarga. Anda akan terlihat lebih otentik. Yaa bersikap apa adanya diri Anda aja. Ini akan melahirkan hubungan yang lebih genuine. Anda disukai, disayangi karena kepribadian yang Anda miliki. Bukan karena Anda terbiasa menyenangkan orang tersebut. Mungkin tidak mudah ya untuk memulainya. Pasti ada rasa takut, ragu, dan stigma sosial dapat menghalangi kita untuk jujur. Tapi, percayalah, setiap langkah kecil Anda, akan membawa perubahan positif. Yuk, bebaskan diri dari beban kepura-puraan dan temukan the real happiness.

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
9 * 3 = ?
Reload

Site Footer