Sombong itu Tak Terasa

Share this

Dalam tulisan Jas Merah (2 Juli 2013), salah seorang pembaca, mas Hermanto berkomentar, “Kenapa sekarang tulisannya agak sedikit terkesan selalu membanggakan diri sendiri, kek. Tulisan-2 dahulu lebih enak dibaca untuk menjadi inspirasi banyak orang…mungkin bisa menjadi pertimbangan dikemudian hari. Terima kasih.”

Membaca komentar tersebut saya tersedu. Menangis karena senang sekaligus terharu karena ada yang mengingatkan. Air mata yang tertumpah ini juga sinyal bahwa ada perasaan khawatir menelisik ke dalam hati, benarkah saya telah membanggakan diri alias sombong?

Saya baca ulang artikel itu, ternyata memang ada cita rasa kesombongan. Walapupun saat menuliskannya, tak ada sedikitpun niat untuk sombong atau membanggakan diri. Sungguh, kesombongan itu seperti aliran darah. Ia ada namun sering tak terasa. Bahkan kesombongan seringkali terbungkus dengan apik sehingga terkesan itu kebaikan.

Berulang kali saya mohon ampun kepada Allah sembari memohon agar dijauhkan dari penyakit hati terutama sombong. Namun, hingga saya menulis tulisan ini saya masih gelisah dan khawatir, mungkinkah saya masih punya penyakit sombong di dalam hati tetapi saya tidak menyadarinya?

Setan durhaka kepada Sang Pencipta karena kesombongan. Setan merasa lebih mulia dibandingkan manusia. Qorun dikubur ke dalam bumi karena sombong. Qorun merasa kaya raya karena jerih payahnya, padahal semua harta di dunia ini adalah milik Sang Maha Kaya.

Fir’aun ditenggelamkan ke laut merah pun karena merasa sombong. Raja Mesir ini merasa setara dengan Tuhan, bisa menentukan hidup dan matinya manusia. Dan, betapa banyak orang-orang yang sombong saat ia muda, kemudian terhina saat ia tua.

Kegelisahan dan ketakutan saya semakin menjadi saat ingat pesan guru ngaji saat kuliah dulu, “Orang sombong tak akan mencium bau surga.” Di dalam hati saya berkata, mencium bau surga saja tidak apalagi menjadi penghuninya. “Oh my God! Saya manusia yang masih sering alpa, maka ampunilah aku dari perasaan sombong dalam bentuk apapun.”

Baca Juga  Mereka Memang Beda

Sambil harap-harap cemas memohon Allah mengampuni kesombongan itu, saya sampaikan terima kasih atas nasehat mas Hermanto. Rasa hormat dan terima kasih saya hanya bisa saya balas dalam bentuk doa untuk mas Hermanto sekeluarga. Semoga saya dan Anda para pembaca dijauhkan dari penyakit-penyakit hati yang sering datang tanpa diundang…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini


seminarONparenting


31 comments On Sombong itu Tak Terasa

  • Subhanallah..
    terimakasih kek.. sudah memngingatkan saya juga..
    semoga kita semua bisa terhindar dari penyakit sombong..
    aamiin ya Rabb.. 🙂

  • Sombong itu mungkin semacam kenikmatan yang tersembunyi. Jadi, ketika nikmat itu mulai muncul ke permukaan kita baru sadar betapa hinanya diri kita karena kesombongan itu.
    Sombong itu ga enak, Kek.

  • Nuhun kek, saya banyak belajar dari tulisan ini

  • subhannallah….
    memang sombong itu terkadang tidak terasa…Sudah seharusnya kita menyadarinya…thanks kek sudah mengingatkan…#SarapanPagiKu

  • ya, sombong penyakit hati, semoga kita semua dijauhakn dari sifat ini

  • Dini Tri Lestari

    sy seringkali melakukan kesombongan, seperti melakukan sesuatu tanpa persiapan. astaghfirullah… semoga kita semua dihindarkan dari perasaan sombong..

  • Subhanallah..Terima Kasih Nasehatnya Kek..

  • abah… kalo saya rasakan, sombong ituu semu. bisa jadi apa yang abah tulis bukanlah sombong jika hal itu didasari LILLAH. karena banyak kemanfaatan yang dipetik dari tulisan itu. timbulnya sombong yang dirasa abah karena ada respek dari mas Hermanto -yang mungkin tidak bermaksud begitu- tapi karena lembutnya hati abah maka jadilah “sombong itu tidak terasa” yang penting ininya LILLAH dan tidak menyakiti dan menyinggung yang lain. tapi jika tersinggung ya… salah sendiri…namun itu lebih baik daripada nggak tersinggung tetap melakukan kesalahan.. eee… kog nglantur jadinya…. (apa bigini juga sombong abah…)

  • Nuhun pisan, sdh mengingatkan.

  • Semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat yang bisa merusak dan melemahkan Iman kita. Aamiin

  • Amiieenn…

  • Beh, terkadang ketika sy memotivasi temen/adik2 sering sekali mengambil membicarakan pengalaman diri sendiri, yg sebenernya tak ada niatan utk sombong, malah ingin mereka harus jauh lebih baik dr saya dan terus bersemangat meraih harapannya. Tapi..apa tak terasa itu sombong jg ya beh?
    Astagfirullah..sombong itu bener sering membuat kita terlena, tak terasa seperti udara yg kita hirup terus mengalir..
    Ya Allah, jauhkan kami dari sifat sombong dan membanggakan diri, jadikan kami hamba MU yg pandai bersyukur dan selalu berbagi.

    Baca buku ON di bawah pohon kedondong, menyimak hikmah setiap lembar. Ketika diri ini mulai sombong, mari kita perbanyak istigfar

  • Mantttap…. Senantiasa bercermin diri memang jalan terbaik menjauhkan hal itu. Semoga kita semua terhindar darinya. Amin… Salam Metamorfosa

  • aamiin smg dijauhkan dr penyakit hati

  • Seorang guru besar sebuah PTN di JakSel, pernah berkata, “Antara Syukur dan Riya, terdapat perbedaan yang sangat tipis”.
    Maksud hati ingin bersyukur, ternyata dinilai oleh orang sebagai niatan untuk riya… Begitu kira2…

  • Kalau menurut saya tulisan Pak Jamil itu “BLOKOSUTO”, apa adanya. Indikasi sombong itu bila ada unsur meremehkan orang lain.
    Tetap semangat Pak Jamil untuk menginspirasi Indonesia.
    Salam sukses mulia….

  • Subhanallah kek 🙂 Terima kasih juga teruntuk Mas Hermanto telah saling mengingatkan.

  • Assalamualaikum Kek…Saya adalah pengagum berat kakek…Dulu pertama kali saya mendengar inspirasi kakek di Radio..saya langsung akses website jamilazzaini.com…Hampir semua tulisan kakek menjadi inspirasi buat saya…termasuk buku ON…Ya Allah, maafkan saya yang ternyata juga mungkin membuat hati kakek ‘terluka’…saya tidak ada niatan lain…rasa sayang saya yang membuat saya memberanikan diri untuk menulis komen itu…sungguh tidak ada niat lain..Dan saat ini saya sedang biz trip di Korea Selatan…Tepatnya di kota Osan / PyeongTaek…Selesai acara kantor di Osan-Korea…saya langsung akses website dan mendapati tulisan kakek ini…hati saya menjadi bergetar dan luluh atas kerendahan hati kakek…sekali lagi saya minta maaf…dan sungguh saya tidak pernah menyesal untuk menjadikan pemikiran,kepribadian sekaligus kerendahan hati kakek untuk menjadi inspirasi dalam hidup saya…teruskan menulis kek…Tulisan mu banyak ditunggu orang-2 baik di dunia Indonesia ini…Wasalam… Hermanto-LG Electronic Indonesia

  • Indahnya islam. Beginilah klo dua saudara saling mengingatkan di jalan Allah. Smg mjd kebaikan bagi kita semua

  • Kesombongan itu seperti aliran darah..
    Setuju perumpamaan diatas, pak! Ibarat sudah mendarah daging di tiap diri manusia. Tinggal si manusianya saja. Mau memberi ‘makan’ sifat tersebut atau tidak . Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita semua dari sifat tersebut. Amin!

  • terkadang balas dendam juga tidak terasa kek. beberapa penyakit hati sepertinya punya sifat ini. TT_TT

  • Jadi bercermin membacanya kek, jangan2 slama ini aku melakukan kesombongan tanpa aku sadari. Selalu memohon ampun pada Allah, dan dijauhkan dari penyakit hati.

  • ahamdulillah….bisa berkaca diri…

  • assalamu alaikum Pak. alhamdulillah masih bisa merasakan ada ‘peringatan’. mas hermanto bisa jadi hanyalah ‘penyampai pesan’ dari ALLAH. tidak mungkin tergerak hati mas hermanto menuliskan ‘teguran’ itu kalau ALLAH tidak gerakkan hati, fikiran dan gerak tangannya menuliskannya.alhamdulillah Bapak bisa dengan cepat meresponnya dengan istighfar. tidak ada yang terjadi dengan sendirinya, nasehat lewat mas hermanto pasti ALLAH dah sengaja untuk diberikan ke Bapak. semoga dengan ‘teguran’ itu, actiON bapak bisa discan ulang. VisiON baik mgkn saja ada actiON yg tidak istiqomah dalam proses pencapaiannya.Selamat bermuhasabah Pak,sesuatu yang terjadi dengan kehendakNYA bisa jadi ada hikmah lain yang ALLAH pengen kita lakukan, yang hal tersebut hanya ALLAH dan kita sendiri yang tahu. wallahu a’lam. mohon maaf, jika ada kata2 yg salah itu sepenuhnya dari pribadi seorg arham yg bodoh dan tidak tahu apa-apa.

  • darmadi dewo kusumo

    Masya Allah… terima kasih telah menggundah isi hati saya… karena baru saya sadari banyak sekali kesombangan yang telah saya pamerkan sejak saya kecil hingga detik ini…

  • Kek..
    Sependek ilmu saya, sombong itu tidak mau menerima nasehat dan merendahkan orang lain.

    Bagaimana dengan orang yang kufur nikmat, termasuk sombong juga kah?
    Apa tugas kita sebagai sodara/kerabat, hanya cukup mengingatkan beberapa kali?
    Bagaimana bila sikap kurang bersyukur itu sampai membuka aib keluarga?

    Mohon saran kek..
    Trimakasih..

  • nice post and very inspiring ^_*

  • Astaghfirulloh, smg qt smw thindar dr penyakit hati dan sikap yg dmurkai Allah

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
8 + 2 = ?
Reload

Site Footer