Kemarin, usai sholat subuh dan saya baru selesai berdoa, tiba-tiba beberapa orang masuk ke masjid dengan membawa keranda mayat. Saya terkejut dan berpikir sejenak, “Siapa yang meninggal, ya?” Ternyata, aktivitas itu adalah bagian dari ceramah subuh pagi itu. Tema ceramahnya adalah kematian.
Sang pembicara membuka dengan mengatakan, “Sebelum menerbangkan pesawat yang sesungguhnya, seorang pilot perlu melakukan simulasi dengan menggunakan simulator. Anggap saja keranda mayat itu alat simulator, sebelum kita mati, siapa yang mau mencoba menjadi relawan untuk melakukan simulasi?”
Tentu saja tidak ada satupun dari kami yang bersedia menjadi model atau pelaku simulasi, termasuk saya. Hehehehe…
Materi ceramah kemarin pagi tentang kematian, kembali mengingatkan saya bahwa kendaraan terakhir yang akan membawa saya dan Anda ke pemakaman adalah keranda mayat. Meski kita memiliki mobil paling mewah sekalipun.
Begitu pula, rumah yang akan kita tempati paling lama adalah rumah berukuran 2 x 1 meter. Gelap, sepi, tanpa pintu dan tanpa jendela. Meski kita punya orang-orang yang sangat mencintai kita, mereka tidak bersedia menemani kita tinggal di dalam rumah itu. Teman kita saat itu adalah amal dan kebaikan yang pernah lakukan semasa kita hidup.
Kematian tidak mengenal waktu dan usia. Kematian bisa datang kapan saja. Sudahkah kita menyiapkan teman atau sahabat yang bisa menemani kita kelak tinggal di “rumah” yang sesungguhnya? Mari menjauh sejenak dari hiruk pikuk kehidupan yang semakin gaduh untuk merenungi perjalanan hidup yang telah kita jalani. Ya, merenunglah…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
2 comments On Simulasi Kematian
terima kasih kek Jamil. mengingatkan akan akhir kehidupan di dunia ini.
Marilah kita berfikir dari akhir ini, hendak menjadi apa pada akhirnya. kemudian kita buat POAC-nya.
sekali lagi terima kasih banyak.
Sama-sama mas…