Setiap anak yang terlahir pasti punya keistimewaan. Meski anak terlahir “tak sempurna” pasti ada kelebihan yang menyertainya. Bila sebagai orang tua kita belum mampu menemukan keistimewaan dan kelebihan seorang anak, boleh jadi karena kita belum sungguh-sungguh mencarinya.
Anak saya yang bungsu memiliki banyak keterbatasan. Si bungsu yang kini sudah kelas 5 SD itu bernama Muhammad Zulfikar Abdurrahman. Dulu kami memanggilnya Izul, sekarang ia minta dipanggil Fikar.
Saat usia kandungannya 7 bulan, ibunya harus dirawat di ruang ICU selama 3 pekan. Hingga usianya 3 tahun ia tak bisa bicara. Kecerdasan intelektualnya jauh di bawah kakak-kakaknya. Namun ia banyak memberi pelajaran kepada kami.
Salah satu pelajaran terbaru saya dapatkan saat kami hendak mudik, Sabtu, 03 Agustus 2013. Ketika kami tengah bersenda gurau di ruang tunggu bandara tiba-tiba ia meminta izin kepada ibunya, “Mama, aku ke mushola ya, mau sholat dhuha.” Malu saya dengan Fikar. Meski sering melewatkan pagi di bandara, saya belum pernah sholat dhuha di mushola bandara.
Usai shalat dhuha di mushola, Fikar mengambil tas kecilnya. Saya mengira ia akan mengambil gadget yang biasa digunakan untuk main game. Ternyata ia mengambil Al-Qur’an kecil untuk dibacanya. Sayapun bertanya, “Sudah juz berapa, mas?” Dia menjawab dengan sedih, “Baru juz 9, pak. Tapi dikit lagi juz 10.”
Fikar mulai membaca huruf demi huruf kitab suci itu. Saya menyimak di sebelahnya. Saya sedikit malu dengan si bungsu ini. Di tas, saya juga membawa Al-Qur’an, tapi belum pernah saya membacanya di ruang tunggu bandara. Saya lebih sibuk bermain social media khususnya twiter ketimbang membaca kitab yang mulia itu.
Pagi itu Fikar seolah memberi pesan kepada saya, “Ayo pak baca Al-Qur’anya yang semangat, sebentar lagi bulan Ramadhan berlalu. Bapak belum khatam, jangan sibuk twiteran melulu.”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
Keterangan foto:
Fikar berbaju kuning (atas). Fikar main egrang bersama teman-teman (bawah)
12 comments On Setiap Anak Istimewa
Subhanllah
Beruntungnya kakek punya anak soleh sperti fikar. The next kek jamil ;D
merinding kek bacanya…:)
Kalau di zaman sekarang, mungkin anak istimewa lebih berat pada masalah otak, tampang, maupun isi dompet. 🙂
Bapaknya pun hebat karena telah memandang anaknya tidak sekedar fisik, tapi juga ketakwaan 🙂
Subhanallah.. semoga anak saya juga bisa begitu.. aamiin
terharu, kagum padamu de Fikar, semoga berkah berlimpah senantiasa bersamamu dan keluarga
Subhanallah…semoga menular ke anak anak kita semua. Amin.
Allahu Akbar, luar biasa kakek diberi kesabaran untuk merawat Fikar dengan segala keterbatasannya namun mampu menemukan kelebihannya…sukses kek
luar biasa fikar
Harus belajar dan belajar untuk selalu bisa memaknai setiap episode kehidupan ini
seneng ketemu dik Ria dan anak-anak di foto diatas.. lebaran kemarin gak mudik ke kampong kami ya..??Salam untuk seluruh kelg ya..
Pa kbr mbak? Aduh senangnya ternyata mbak Ari mengamati tulisan mas Jamil. Kmrn kami plg kampung,tp maaf tidak sempat mampir..