Serigala Hitam

Share this

Rainliyus CahyanegaraTerbayang saat kita mendengar kata Srigala hitam pasti asumsinya adalah sosok hewan yang menakutkan dan berkonotasi negative atau antagonis, namun apabila figure serigala hitam tidak muncul dalam film 3 anak babi keluaran Disney maka film tersebut menjadi “garing”.
 
Terlepas dalam film tersebut sang Serigala hitam selalu gagal dalam melakukan aksi untuk menyantap 3 anak Babi, namun semangat yang ditampilkan dalam perjuangan memberikan warna tersendiri dalam film tersebut.
 
Ternyata dalam hidup kita menjumpai “serigala hitam” dalam sosok seseorang atau golongan yang berbeda pendapat atau nilai dari diri kita. Kadangkala reaksi yang muncul adalah penolakan terhadap sang “serigala hitam”.
 
Kecenderungannya adalah dengan memusuhi tokoh antagonis dan terus memperburuk kesan bagi sang antagonis. Menjadi suatu kepuasan tersendiri apabila seseorang dapat mempengaruhi lingkungan untuk semakin menyudutkan “serigala hitam”.
 
Saat dalam perjalanan pulang dari pertemuan pengayaaan TBnC 10 tanggal 5 Desember 2013, dalam kendaraan yang dikendarai Riski sementara yang lainnya adalah nebengers (Saya, Vina, Adith dan Aga) 🙂 .
 
Ada saja yang dijadikan bahan diskusi, mulai dari pekan kondom nasional hingga pemilihan material bangunan untuk anak kebutuhan khusus, diwarnai dengan beda pendapat dengan friksi yang cukup tajam antara kubu Vina dan Riski versus Aga, sementara saya sebagai pendengar setia. Dan saat itu si Adith lagi molor di kursi belakang he he he 🙂 sorry ya bro Adith.

 
Dalam persepsi Vina dan Riski mewakili sudut pandang warna putih, pendapat berdasarkan nilai nilai luhur kebenaran sementara Aga dalam warna yang berbeda coba menampilkan suatu fakta yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Perbincangan ini seru berlangsung di tengah derasnya hujan perjalanan Bogor – Depok, terlebih lagi ketika membahas mengenai pekan kondom, masing masing pihak berpegang pada nilai nilai yang mereka anggap benar, secara kasat mata Aga dalam posisi yang kurang menguntungkan, tersudut dengan fakta nilai nilai luhur yang kebenarannya bersifat universal.
 
Warna selain putih itu bukan berarti harus selalu hitam. Nilai yang diungkapkan Aga sangat berwarna dan not bad sungguh colorful justru membuat hidup makin meriah dengan sudut pandang yang beragam dan meyesuaikan dengan keadaan. Warna yang sangat berwarna ini ternyata mewakili suatu kematangan dan “kenakalan” untuk membuat kita berfikir dari berbagai aspek yang menjadi fakta. Pendapat versi Aga ini memberikan setilan-sentilan tajam yang cenderung bersifat taktis dan sederharna, akhirnya bermuara pada nilai nilai luhur kebenaran yang tidak dapat dipungkiri.
 
Meskipun pembicaraan ini pun terhenti begitu saja, namun masing-masing pihak menyadari bahwa dengan sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi output yang dihasilkan tetap bermuara pada satu hal yaitu perubahan yang lebih baik.
 
Ternyata kalau kita mau mendengar lebih jauh tidak semua pendapat yang berbeda harus dijauhi atau dihindari, yang terpenting pesan apakah yang ada di dalamnya yang dapat memperkaya hati kita. Begitupun “serigala hitam” kehadirannya bukan lantas kita benarkan pendapatnya, namun dapat kita dengarkan dan mengambil nilai positif sementara nilai negative dapat kita tanggalkan.
 
Serigala hitam dapat menjadi inspirasi dalam hidup dan untuk tetap mewarnai maka “serigala hitam” tetap keukeuh untuk melanjutkan perannya dan tidak tergerak dalam hatinya untuk berganti peran menjadi seekor kucing yang manis, dan ternyata serigala hitam begitu menikmati peran dan perhatian yang dia dapatkan.
Inspired from Aga
 
 
Salam berpikir positif
Tulisan dikirim oleh Rainliyus Cahyanegara

Baca Juga  "Bilakah?"

17 comments On Serigala Hitam

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
10 + 2 = ?
Reload

Site Footer