Banyak sekali definisi etos kerja. Bagi saya, etos kerja itu seperti “selera makan.” Ada orang yang makannya lahap, biasa saja dan ada yang ogah-ogahan alias tidak berselera. Faktanya, ada orang yang bersemangat kerja, ada yang biasa saja, dan tentu ada juga yang bermalas-malasan. Ada yang bekerja karena memperjuangkan sesuatu, ada yang penting ngantor yang akhirnya terjebak rutinitas, ada juga yang makan gaji buta (miskin prestasi tapi bergaji tinggi).
Perlu diapahami bahwa bila ada orang yang rajin bekerja, target tercapai sehingga terlihat produktif belum tentu memiliki etos kerja yang tinggi. Sebagaimana orang yang lahap makan belum tentu karena lapar atau membutuhkan nutrisi tetapi karena stress dan banyak tekanan. Orang yang bekerja produktif tetapi ia tidak happy, tidak menikmati pekerjaan, tidak peduli dengan rekan kerja dan sering mengeluhkan kebijakan perusahaannya menurut saya etos kerjanya tidak tinggi.
Menurut pengamatan saya, orang yang benar-benar memiliki etos kerja tinggi apabila ia mempunyai beberapa ciri. Pertama, menikmati pekerjaan. Bekerja bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban, bekerja karena panggilan jiwa, seperti layaknya seorang yang sedang mengerjakan hobi. Mereka fokus pada sisi positif pekerjaannya, ia mengerjakannya bukan hanya karena bayaran semata. Mereka merasa berharga melakukan pekerjaannya.
Kedua, senang berkolaborasi. Orang expert dan menghasilkan banyak karya tapi enggan bekerjasama atau berkolaborasi dengan orang lain menurut saya etos kerjanya rendah. Dalam ilmu bisnis ada istilah “leverage” atau percepatan. Salah satu bentuk percepatan yang utama adalah adanya kolaborasi, meski ahli bila tanpa kolaborasi hasilnya mudah ditebak dan terbatas, melelahkan. Orang yang egois sulit dikelompokkan ke dalam orang yang beretos tinggi.
Ketiga, helpful. Mereka senang menolong rekan kerja dan sangat mempermudah urusan orang lain. Mereka memberikan layanan terbaik kepada pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Dalam bahasa lain, ia “ringan tangan” dan tidak hitung-hitungan.
Apabila ketiga ciri di atas tidak melekat pada diri kita maka jangan berharap kita menjadi manusia yang beretos tinggi, meski target tercapai, KPI tuntas. Dengan kata lain, buat apa pencapaian target bila hati dan jiwa tersiksa saat bekerja. Itu hanyalah etos kerja semu yang menipu.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
1 comments On Seni Leadership: Etos Kerja Semu
Alhamdulillah sungguh menginspirasi, makasih atas ilmunya Tuan Guru