Pada tanggal 15 – 16 September 2018, saya menemani istri untuk berkumpul dengan teman-teman kuliahnya. Acaranya terpusat di Pengalengan Jawa Barat. Berangkatnya menggunakan satu bus dengan titik temu di Bogor dan Bekasi. Kami tidak diperkenankan membawa mobil pribadi.
Semula saya berencana di dalam bus hendak istirahat karena agenda bisnis dan training sebelumnya yang begitu padat. Selain itu, roadshow ke beberapa kota memenuhi undangan berbagai perusahaan atau institusi membuat saya bukan hanya lelah tetapi sangat amat lelah (fatiq).
Namun apa yang terjadi, sejak saya berangkat dari rumah sekitar pukul lima pagi hingga sampai penginapan Rumah Bosscha Pengalengan saya tidak tidur sedikitpun. Selama dalam perjalanan, kami saling berbagi cerita dan pengalaman serta saling melempar lelucon yang menyegarkan. Saya pun diminta untuk memberikan inspirasi singkat di dalam bus tersebut. Sekali-kali kami nyanyi bersama mengikuti lagu yang diputar di dalam bus.
Sebelum sampai penginapan kami disambut tuan rumah Ir Dodi Kusumah yang merupakan pimpinan tertinggi PT Perkebunan 8, Malabar Pengalengan. Kami diajak mampir ke produsen kopi Malabar, melihat proses pembuatan kopi, termasuk pembuatan kopi Luwak. Acara ditutup dengan diskusi ringan dengan produsen kopi Malabar sembari minum kopi dan makan panganan ringan yang nikmat. Setelah itu, kami mampir di danau Cilenca sebelum akhirnya kami tiba di penginapan.
Perjalanan panjang dari pagi hingga menjelang maghrib saya kira membuat peserta kelelahan, tetapi tenyata kami semua masih saling berbagi cerita dan inspirasi sambil makan jagung bakar serta minum teh hasil dari PT Perkebunan 8 hingga pukul sebelas malam lewat. Hari pertama benar-benar berkesan dan membahagiakan bagi kami.
Hari kedua, bagi yang beragama Islam memulai dengan sholat subuh berjamaah di mushola yang dilanjutkan makan pisang goreng, tahu dan makanan lainnya yang kami bawa sendiri serta kami masak sendiri. Suasana ini cukup menghangatkan tubuh dan menghangatkan suasana. Setelah itu kami berjalan ke kebun teh, mendaki bukit, menengok makam Bosscha (pendiri ITB, rumah sakit Hasan Sadikin sekaligus pimpinan pertama kebun teh di Malabar), berendam air panas alam di Malabar serta melihat proses pembuatan teh di Pabriknya secara langsung.
Cuplikan proses yang saya tulis ini tampaknya seperti biasa. Namun, bagi kami yang mengalami dan merasakan sangatlah luar biasa. Membahagiakan, mencerahkan, menghadirkan semangat baru yang menggairahkan. Mengalami dan terlibat di dalamnya memang sangat berbeda hanya dengan membaca dan mendengar ceritanya. Meski capres dan cawapres yang kami dukung berbeda, ternyata kami masih bisa tetap bersama, saling menggoda penuh cinta.
Moment ini mengingatkan saya akan riset yang dilakukan oleh Brandeis University, Waltham Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa pertemuan dengan sahabat lama yang tulus dapat menunda penurunan kesehatan hingga sepuluh tahun. Bukan hanya itu, pertemuan dan kebersamaan itu membuat jiwa semakin muda, mengobati stres dan meningkatkan kebahagiaan. Dan saya sebagai pelaku, sepakat dengan hal ini.
Dari pertemuan ini dan pertemuan-pertemuan saya sebelumnya dengan sahabat-sahabat saya, sampailah saya pada kesimpulan pribadi “Apabila kita ingin merasakan hidup yang semakin membahagikan, maka semakin tua sebaiknya kita sering berkumpul, berdiskusi dan bercanda dengan sahabat-sahabat lama kita”. Setujukah Anda?
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
3 comments On Semakin Tua Sebaiknya Semakin Sering Berkumpul
Betul Pak ! dengan semakin sering berKUMPUL kita jadi makin berSYUKUR akan karunia hidup & berKESEMPATAN untuk meREHAB diri menjadi semakin BAIK sebelum diPANGGIL ILAHI.WallohuA’lamBishowab
Akur, salim
Ketika kita kumpul dg teman SMA serasa umur kita masih 20 an