Pagi ini, sepanjang perjalanan menuju tempat training di Adira Finance Jakarta, saya menangis. Ada beberapa hal yang membuat saya tak putus mengucurkan air mata…
Pertama, saya mendapat mention di twitter dari @mbaeAHa yang meminta doa untuk kelancaran acaranya di Lampung. Saya tahu pemilik akun ini masih muda. Dia bernama Dama Damayanti. Kiprahnya membuat saya iri. Setiap pekan ia keliling ke berbagai tempat untuk bertemu anak yatim dan dhuafa. Ia ingin mewujudkan generasi yang berdaya.
Saya menangis karena saya malu dengan anak muda ini. Semangat dan kiprahnya untuk memberdayakan anak yatim dan dhuafa begitu bergelora. Dia juga mengajak generasi seangkatannya untuk turut terlibat membangun negeri. Ah, indahnya bisa memberi makna pada kehidupan anak yatim dan dhuafa. Sekali lagi saya katakan, “Saya iri denganmu mbak Dama.”
Kedua, saya menangis karena hari ini saya tidak bisa menemani anak pertama saya Nadhira melanjutkan cek kesehatan. Kemarin pagi dan malam saya sudah menemaninya tetapi belum tuntas. Saya ingin berada di sisinya saat moment-moment penting dalam hidupnya. Enam jam di rumah sakit kemarin bagi saya sangat berarti. Apalagi saat dia tidur di pundak sebelah kiri saya. Begitu damai terasa…
Tadi malam sebelum tidur saya sempatkan membaca blog pribadinya http://dhira-kadabra.blogspot.com ternyata dia begitu sayang sama adik-adiknya. Ternyata ia tumbuh begitu dewasa, padahal sentuhan dari saya amatlah kurang. Dia masih 19 tahun tapi pikiran-pikirannya terkadang kebih dewasa dari saya.
Ketiga, saya dapat SMS dari Fikar. Isinya: “Bapak pulang kapan? Kangen. Pingin main bola sama bapak. Pakai kaos Emyu. Bapak jangan sedih emyu kalah.” Oh nak, bapak baru berangkat training sudah kau tanya kapan pulang. Bapak juga kangen sama kamu, nak. Kita sama-sama pendukung Manchester United…
Itulah yang membuat saya menangis. Malu dengan kiprah mbak Dama yang luar biasa. Dan juga merenungi diri, “Apakah saya sudah menjadi orangtua yang baik buat anak-anak saya?”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
25 comments On Saya Menangis
saya juga pendukung emyu mbah 🙂
semoga anak2 sehat. amin.
hal yang paling ditunggu dan membahagiakan saya adalah saat pulang dari rutinitas bertemu dengan anak-anak dan istri tercinta…
“Apakah saya sudah menjadi orangtua yang baik buat anak-anak saya?” Duh, bagaimana pula dengan saya yang pulangnya 2-3 hari sekali…
Jadi ikut terharuu ;(
smoga om jamil skeluarga sllu diberi kesehatan.
smoga cek kesehatan dhira hr ini jg lancar..
Ikut-ikutan menangis… Rasanya masih jauh kalau dibilang ayah yang baik, apalagi jikalau ditanya… Apa yang sudah saya berikan untuk dunia ini…
Saya yakin apa yang dilakukan Bapak untuk menginspirasi banyak orang dengan meninggalkan keluarga akan lebih bermakna bagi keluarga Bapak, karena saya yakin kecintaan Bapak terhadap keluarga dan juga perhatian Bapak akan memberikan spirit tersendiri bagi Keluarga Bapak walaupun dalam kondisi fisik yang berjauhan karena tugas menginspirasi banyak orang.
Salut dengan Pak Jamil walaupun karir sedang dipuncak puncaknya, Bapak selalu humble, intropeksi diri, salut Pak Guru,, saya hanya bisa mendoakan semoga karir, keluarga, sosial, dan hubungan dengan Tuhan dapat berjalan dengan sinergi..balance..AMIEEN..terus menginspirasi pak !
Semoga putri pertama bapak sehat2 selalu.
Ada airmata yg menetes. . .
Indahnya jika bisa berbuat kebaikan dg sesama.
So sweet 🙂
anak2 yang dibentuk dari seorang bapak yg memiliki ‘kelebihan’ mampu menginspirasi,memotivasi bnyk org, akan memiliki “kekuatan” lebih pula, meski ‘kuantitas’ temu minim, insyaALLAH bs diimbangi dg “kualitas” temu. Moga ALLAH selalu memberkahi mas Jamil & Kelrga. Terus BerKARYA..Amiin-wass
Saya ikut “mbrebes mili” Pak Jamil. SEMANGAT TERUS Pak … !!! Kiprah Bapak selama ini telah memberikan “kebanggaan” pada keluarga Bapak. Dan tentunya sudah memberi banyak inpirasi hidup kepada banyak orang. Kami yakin Bapak masih tergolong sebagai Ayah dan Suami yang BAIK sekaligus panutan buat anak istri. Sekali lagi MAJU TERUS dan jangan menangis lagi. He…He..He..
Subhanallah saya baru baca artikel ini, hemmfh malu Pa, msh selalu belajar insyallah ttg kegiatan berbagi ini. Dari Bapak juga saya belajar banyak, becanda di ruang kelas pelatihan dan juga sharing dnegan mba dhira dan keluarga bpk yang lain. Saya kagum dengan beliau meski kadang khawatir dengan kondisi kesehatan beliau mengingat jadwal kelilingnya yg begitu padat. Mudah2n senantiasa sehat ya Pa, mba dhira jg mudah2n sehat, mas Asa mudah2n lancar juga prosesnya minggu ini
wah kita juga punya program mirip @mbaeAHa
silahkan berkungjung : http://senyumkita.com/
^^
ikutan trenyuh Pak, mewek terharu
Dalam dunia kesehatan, Harry Balkwin menemukan keajaiban, bahwa SENTUHAN TANGAN dari perawat (tanpa sarung tangan) dapat MENURUNKAN TINGKAT INFEKSI para bayi. Hal ini ternyata disebabkan rasa BAHAGIA yang didapatkan melalui sentuhan tangan para perawat tsb. (Jalaludin:2004). Subhanallah…so..lets TOUCH them,OUR BELOVED…followersejati..
alhamdulillah….. kepekaan hati itu mahal harganya
alhamdulilah masih bisa menangis bapak,,,banyak yang sudah tidak bisa menangis karena kurang pekanya hal2 yang dianggap kurang penting,,,terimakasih bapak selalu mengingatkan saya tentang arti keluarga yg bgtu dalam,,,
menyentuh sekali,kek… 🙂
Saya juga pendukung MU Pak! tapi tak sedih walau kalah. Yang buat haru itu muatan kejadian di tulisan ini..
Anak-anak yg sopan, dan sholeh/shaleha mencerminkan bagaimana orang tuanya.. Saya masih perlu banyak belajar dari bapak 🙂
kangen papa yg lg berdo’a d dpn ka’bah.. :’) cpt sembuh bwt mbak nadhira..^^
Saya selalu salut dengan oreang-orang yang mau mencurahkan hidupnya untuk sosial, semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan kepada pejuang-pejuang sosial
Untuk mba Dhira, semoga cepat sembuh yaaa..aammiiin 🙂
yup..mba dama emang ok..
beruntung saya bisa kenal dia..
dan dia salah satu motivator saya,,
subhanallah….keberuntungan selalu menyertai orang2 yang senantiasa memberikan kebahagiaan.