Kemarin, saya bersama Ustadz Lukmanul Hakim, menjadi pembicara dalam webinar Counseling For Dai yang dilakukan oleh Kampoong Hening. Setelah mendengar paparan dari Pimpinan Pesantren Munzalan Pontianak ini, saya memutuskan menjadi peserta, menjadi murid. Menyimak dan menikmati ilmu yang disampaikan oleh ustadz muda ini. Saya tertohok, saya tertampar, saya mendapat banyak pelajaran berharga. Untuk itu, usai acara saya kirim ucapan terima kasih kepada ustadz yang kreatif ini.
Banyak sekali mutiara ilmu yang saya peroleh di acara tersebut. Salah satunya saat kita menghadapi orang yang curhat kepada kita. Ada 3 tipe orang yang konsultasi kepada kita.
Pertama, tipe orang yang bertanya, bercerita dan sudah punya jawaban. Contoh tipe orang seperti ini biasanya berkata: “Pak, bos saya itu galak, dia juga kurang perhatian kepada saya dan tidak pernah memberikan apresiasi kepada saya. Berarti saya perlu sabar dan lapang dada ya pak.”
Kedua, tipe orang yang bertanya, bercerita dan menyalahkan. Orang tipe ini biasanya curhatnya begini: “Pak, karir saya sudah 10 tahun tidak naik-naik. Bos saya itu tidak suka kepada saya, perusahaan juga pilih kasih kepada saya dan teman-teman saya juga tidak mendukung saya.”
Ketiga, tipe orang yang bertanya, bercerita dan pasrah. Biasanya orang semacam ini akan berkata: “Pak, semua cara sudah saya coba, berbagai upaya terbaik sudah saya lakukan. Namun hutang saya lebih dari 25 milyar belum juga lunas. Saya sudah nyerah pak, saya sudah pasrah kepada Allah swt.”
Bagaimana cara menghadapi tiga tipe orang yang curhat tersebut? Mana yang dikuatkan? Mana yang tidak perlu dilayani? Mana yang dibantu? Menurut ustadz Lukman, tipe satu cukup dikuatkan karena sudah tahu jawabannya.
Tipe yang kedua abaikan atau tinggalkan karena diberi nasehat apapun tidak mempan, tipe ini fokus menyalahkan pihak lain. Bila kita layani, akan menghabiskan energi tanpa solusi.
Tipe ke tiga adalah tipe yang perlu dibantu. Lho kog bisa? Dia khan sudah nyerah dan pasrah? Betul, justeru pada saat mereka mengaku tak berdaya dan membutuhkan pertolongan Allah swt, kesombongan dan keangkuhan pergi darinya dan pertolongan Allah swt tinggal menunggu waktu.
Mendengar penjelasan ini, saya teringat hikmah ke 4 di kitab Al Hikam:
“Istirahatkan dirimu atau pikiranmu dari kesibukan mengatur kebutuhan duniamu. Sebab apa yang sudah dijamin diselesaikan oleh selain kamu, tidak usah engkau sibuk memikirkannya.”
Rezeki itu diatur oleh Allah swt, tugas kita melakukan yang terbaik. Jangan sok merasa hebat dengan cara mengambil alih tugasnya Allah swt. Sombong.
Menginspirasi bukan? Itulah mengapa diacara itu saya putuskan jadi murid. Saya tidak menjawab satu pertanyaan pun, semua jawaban saya serahkan kepada sosok yang memang sangat layak menjadi guru saya dan guru banyak orang.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia
1 comments On Saya Memilih Menjadi Murid
Wah bagus sekali tulisan nya