Apa jadinya jika seorang profesional muda asli Batak bertemu mbakyu penjual dawet? Bisa jadi mereka berjodoh. Tapi, kalau sang profesional muda tadi ternyata pendengarannya kurang yang terjadi malah lucu. Tidak percaya? Mari simak cerita yang dikirim seorang teman melalui group whatsapp yang saya ikuti.
Alkisah, seorang profesional muda asal Medan bernama Dr. Samun Ginting melancong ke Jogyakarta. Dia, yang agak agak terganggu pendengarannya ini, baru pertama kali datang ke Jogya.
Suatu hari dia ingin sekali minum minuman khas daerah Jogya, yaitu es dawet alias cendol.
“Mbak, beli dawetnya,” kata dia pada si mbak penjual dawet.
“Sampun telas, mas.”
“Iya dong, tampung di gelas ya mbak”
“Mboten wonten, mas.”
“Betul, memang saya suka pakai santen.”
“Ojo ngono, mas.”
“Aku sudah tahu mbak, yang ijo-ijo itu kan? Di Jakarta, namanya cendol!”
“Kowe sinting ya?” Si mbak dawet mulai agak kesal.
“Lho! Kok mbak bisa tau namaku Ginting?”
“Wong edan!” si mbak dawet tambah kesal.
“Wah, mbak hebat sekali! Saya memang orang Medan!”
“Ora duwe otak!!” si mbak dawet mulai menggerutu.
“Benar, benar, mbak!! Saya orang Batak! Ha ha ha… Horas!”
“Dasar budeg!!!” si mbak dawet mulai stress.
“Yang aku pesan dawet mbak, bukan gudeg!”
“Sampeyan kurang kerjaan, to?”
“Benar sekali, mbak. Saudara-saudaraku pembaca website ini memang pada kurang kerjaan! Yang kayak gini-gini juga dibaca sampai habis… Pusing aku!”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
3 comments On Samun Ginting dan Tukang Dawet
hahahahaha
Bukan kurang kerjaan ya,tapi penasaran endingnya itu lho…:)
Ha..ha…!!!!!