Salah dan Kalah

Share this

Bagi saya, salah itu boleh dan kalah itu tanda bahwa kita perlu belajar lebih keras lagi. Saya pun pernah salah dan juga pernah kalah. Awalnya gelisah namun kemudian tenang dan happy setelah menemukan hikmah dibalik kesalahan dan kekalahan.

Saya pernah salah memberikan training. Pesertanya level direksi gaya dan materi trainingnya “cengengesan” dan “miskin” isi. Hasilnya? Tim saya kalah tender di perusahaan ternama tersebut. Alhamdulillah, setelah saya dan tim berbenah dua tahun kemudian perusahaan itu menjadi client kami hingga sekarang.

Sebaliknya, saya pernah ngisi “Gen Y”, anak-anak muda yang baru masuk perusahaan, tetapi gaya saya memberikan training seperti gaya training untuk level direksi. Hasilnya? Walau hanya tampil 4 jam, terasa lelahnya berjam-jam. Salah itu manusiawi, berbenah itu kewajiban.

Saya juga pernah salah memasukkan anak sekolah, padahal hampir semua sekolah terbaik di pulau Jawa sudah saya survey. Anak saya harus berpindah tiga sekolahan dalam kurun waktu satu tahun. Beginilah nasib orang tua yang sedang belajar. Hehehe…

Salah bukan berarti kalah. Salah adalah tanda bahwa kita masih perlu berbenah. Salah juga pertanda bahwa kita masih lemah. Maka saat salah kemudian menyerah maka kita akan semakin lemah dan semakin sering kalah.

Kalah kemudian menyerah itu adalah tindakan yang salah. Hampir semua juara pernah kalah tetapi mereka punya mental juara, mereka tidak mau menyerah apalagi menyalahkan kekalahannya. Mereka terus berbenah. Mereka tidak takut salah. Mereka tidak menyerah saat kalah.

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Baca Juga  Terdisain dan Mengalir

1 comments On Salah dan Kalah

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
6 * 4 = ?
Reload

Site Footer