masjid-nabawi

Ramadhan Kedua di Madinah

Share this

Alhamdulillah, saya dan keluarga serta rombongan jamaah Royal Indonesia yang ikut program Family Spiritual Journey bisa ikut sholat Isya dilanjutkan sholat taraweh di masjid Nabawi Madinah pada Senin 6 Mei 2019. Sholat tarawehnya 23 rakaat dengan doa qunut di rakaat terakhir.

Dalam 20 rakaat pertama, sang Imam, setiap rakaat membaca satu halaman sehingga sholat taraweh selama kurang lebih 2 jam itu menuntaskan 1 juz (1 juz Al Quran memang 20 halaman). Sholat taraweh malam kedua menuntaskan juz kedua, begitu seterusnya hingga selama bulan Ramadhan 30 juz semua terbaca dalam sholat taraweh. Luar biasa nikmatnya. Semoga Anda yang membaca tulisan saya ini bisa segera ikut merasakan sholat tarawih di Madinah.

Selasa pagi, usai sholat subuh berjamaah, kami kumpul di depan pintu 25, Masjid Nabawi. Kami mendapat siraman rohani dari pembimbing kami, Ust Muyassir Arif, pimpinan Pesantren Darul Istiqomah Manado. Saya pun sedikit berbagi inspirasi melengkapi apa yang sudah disampaikan pendamping kami.

Saya bercerita sedikit tentang sosok Umar bin Khathab yang dimakamkan dekat dengan makam nabi di masjid Nabawi. Saat awal mula nabi mendakwahkan Islam, Nabi pernah berdoa agar Islam dikuatkan oleh Umar atau Abu Jahal. Ternyata yang mendapat hidayah dari Allah swt adalah Umar bukan Abu Jahal. Mengapa? Karena Umar meski “keras” sikapnya tetapi dia rendah hati, membuka diri dan tidak sombong. Sangat berbeda dengan Abu Jahal yang Sombong dan angkuh.

Jauhi kesombongan dan keangkuhan bila ingin hidayah, rahmat dan kasih sayang Allah swt turun kepada kita. Berbagai kebaikan dan kebahagiaan pun akan berebut mendatangi kita.

Usai sesi inspirasi, kami ziarah ke pemakaman Baqi kemudian makam nabi. Di pojokan masjid Nabawi (dulu rumah Aisyah, istri Nabi) ada 3 makam yaitu, makam Nabi, makam Abu Bakar dan makam Umar bin Khathab.

Baca Juga  Bayar Tunai, Jadi Kuno

Nabi dimakamkan dimana ia meninggal, dan saat meninggal, nabi sedang berada di rumah Aisyah yang dekat dengan masjid, sehingga nabi dimakamkan di tempat itu.

Saat Abu Bakar meninggal, ia minta dimakamkan dekat nabi. Aisyah sebagai seorang yang punya rumah mengizinkan permintaan sahabat nabi yang sekaligus ayah kandungnya itu. Ia pun menyisakan sedikit lokasi untuk areal pemakamannya bila kelak ia meninggal dunia. Ia ingin dimakamkan berdekatan dengan dua lelaki yang sangat dicintainya.

Tapi ternyata, Allah swt berkehendak lain, saat menjelang kematian Umar bin Khathab, ia mengutus anaknya untuk meminta kepada Aisyah sang pemilik tanah agar mengizinkan Umar dimakamkan di dekat nabi. Aisyah sebagai istri nabi sekaligus putri Abu Bakar tentu sebenarnya lebih berhak dimakamkan di tempat itu.

Namun dengan kerendahan hati, Aisyah mengizinkan Umar bin Khathab dimakamkan di tempat yang seharusnya untuk dirinya. Tempat yang sangat ia harapkan sebagai tempat peristirahatan terakhirnya. Wanita luar biasa.

Kerendahan hati ternyata menjadi ciri khas sahabat nabi, Umar dan istri nabi, Aisyah . Semoga kita termasuk orang yang rendah hati sehingga kelak kita layak “tinggal” dekat dengan nabi setelah kehidupan di dunia ini. Mau?

Bertaqwa dan berendah hatilah…

Salam SuksesMulia

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer