Siapa yang tidak senang bila anak, adik atau keponakan kita yang masih kecil rajin membaca buku. Tapi waspadalah, tidak semua buku mengajarkan kebaikan. Bahkan ada buku yang bisa merusak keyakinan beragama dan budaya suatu bangsa. Salah satu buku yang saat ini sedang ramai dibicarakan adalah komik berjudul “Why: Puberty” yang diterbitkan Penerbit Elex Media Komputindo.
Komik ini secara halus dan licik menyebarkan propaganda LGBT atau Lesbianisme, Gay, Biseksual, dan Transgender. Saya sudah membaca bagian dari komik itu yang dikritik banyak orang. Di dalamnya terdapat ilustrasi anak perempuan yang mengatakan, “Jika seorang transgender dengan jiwa perempuan mencitai seorang laki-laki, itu wajar saja, bukan?”
Di dalam komik yang diperuntukkan bagi remaja ini juga terdapat ilustrasi dengan adegan anak perempuan memperhatikan dua anak laki-laki yang berpegangan tangan mengekspresikan rasa sayang. Kemudian, anak perempuan itu mengatakan,”Setiap orang punya hak untuk mencintai dan dicintai, dan bila mereka mencintai sesama jenis, itu adalah pilihan. Jika boleh memilih, tentu saja mereka ingin memilih mencintai lawan jenis.”
Memang pihak penerbit sudah berdalih dengan memberi peringatan, “Untuk remaja dengan bimbingan orang tua.” Seolah mereka tidak tahu fakta bahwa banyak orang tua yang tidak sempat mendampingi atau membaca terlebih dahulu buku yang dibaca putra-putrinya.
Propaganda “nilai-nilai menjerumuskan” dalam bentuk buku itu ibarat racun arsenik, tidak terlihat tetapi mematikan. Propaganda keburukan melalui buku dampaknya jangka panjang. Yang dirusak bukanlah fisik tapi pikiran dan pemahaman para pembacanya. Kerusakannya tidak terlihat langsung tapi menjalar secara perlahan, tak terasa tapi akhirnya keburukan itu menjadi tradisi dan kebiasaan banyak orang.
Oleh karena itu, saya mendukung tindakan sahabat saya Fahira Idris yang hari Kamis, 07 Agustus 2014 mendatangi penerbit Elex Media Komputindo. Bukan hanya menarik peredaran buku, seyognya juga meminta komitmen kepada penerbit untuk membekali para editornya dengan nilai-nilai keagamaan, etika kemanusian dan budaya kebaikan yang mengakar di negeri ini.
Saya kenal baik dengan para pimpinan Kompas dan Gramedia Group. Saya yakin ini bukan kesengajaan yang direncanakan dari mereka. Semoga proses seleksi editor, dan quality control atas buku-buku yang hendak diluncurkan lebih diperbaiki.
Bisnis bukan hanya sekedar kejar target dan keuntungan yang bisa didapat. Bisnis juga tentang value dan nilai-nilai kebaikan yang bisa membuat negeri ini bangkit. Jangan tambah “sakitnya” negeri ini dengan terbitnya buku-buku yang merusak. Apalagi merusak para remaja yang sedang mencari jati dirinya.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
5 comments On Racun Arsenik dalam Wujud Buku
Benar sekali Kek, buku bukan hanya sebagai pencerdas Bangsa. Tapi buku yg “Buruk” pun bisa menjadi sumber pembodohan. Inilah perlunya pendekatan persuasif antara orang tua dengan anaknya, agar si orang tua tau apa2 saja yg dilakukan anaknya. Termasuk Buku yg dibaca anaknya.
Terima kasih kek atas Tulisannya
Andri
http://www.smaliscake.blogspot.com
Semoga musibah seperti ini tidak terulang lagi ya kek,,
dan semoga semakin memompa semangat untuk tersebarnya budaya baru, kehidupan Sukses Mulia.
wah… baru tau kabar ini…
serem jg klo diteruskan peredarannya…
bakal seperti apa bangsa ini kedepannya_!???
racun racun tersebut sudah semakin menjamur…
apakah ada hub kompas penerbitan dan kompas tv?
karena di tv tersebut mulai mengimport drama luar yang banyak mengandung cerita LGBT atau Lesbianisme, Gay, Biseksual, dan Transgender. dan respon dari penonton yang kebanyakan remaja sangat menyukai bahkan mengamini cerita tersebut…
setuju kek…
kalau saja banyak buku yang “baik” dan….. GRATISS…
hahaha….