Setiap Jumat biasanya saya menulis sesuatu yang lucu atau yang membuat kita tersenyum. Namun kali ini saya akan melanjutkan bagian kedua dari tulisan kemarin [Pondasi Rumah Tangga 1]. Apa yang saya tulis ini sudah saya coba terapkan dan jalankan dalam kehidupan rumah tangga saya.
Pada tulisan kemarin sudah dibahas pondasi pertama dan kedua. Sekarang kita lanjutkan dengan pondasi ketiga: Menghidupkan semangat to give bukan to get. Caranya, masing-masing pihak mengedepankan pertanyaan apa yang bisa saya berikan, bukan apa yang bisa saya dapatkan.
Saya pernah merasakan kehidupan yang gelisah dan tak bahagia. Apa sebabnya? Karena saya melupakan pilar yang ketiga ini. Saat itu saya lebih sering bertanya, “Kok, istri saya kurang perhatian kepada saya ya? Padahal, saya sudah banyak memberi yang ia butuhkan. Mengapa istri saya tak mau memahami perasaan saya? Padahal, saya selalu berusaha memahaminya.”
Perasaan gelisah dan tak bahagia perlahan pergi saat saya kembali kepada pondasi ketiga ini. Memberikan sesuatu kepada pasangan hidup itu adalah kenikmatan, pahalanyapun dijanjikan berlimpah. Namun, ingatlah, pemberian itu bukan untuk kita kenang apalagi untuk disebut-sebut di berbagai kesempatan. Ketidakharmonisan dan ketidakpuasan dalam keluarga diawali dari kebiasaan kita menghitung-hitung pemberian.
Sebaliknya, apa yang kita terima dari pasangan hidup, kenanglah. Kita perlu membiasakan diri memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih sekecil apapun pemberian itu. Saya merasakan semakin sering saya mensyukuri karunia yang saya dapatkan dari istri, ternyata cinta kasih dan perhatian yang saya dapat justru semakin berlipat.
Pondasi keempat, suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami. Fungsi pakaian adalah melindungi dan memperindah. Sebagai suami kita harus menutupi kelemahan dan kekurangan istri. Begitu juga sebaliknya, seorang istri tidak boleh mengumbar cerita tentang kekurangan dan kelemahan suami meski kepada saudara kandung sekalipun.
Adapun memperindah itu bermakna kita perlu mendukung pasangan hidup agar potensi terbaiknya muncul dan dioptimalkan. Saya sangat menyadari bahwa percepatan-percepatan keberhasilan hidup yang saya nikmati dikarenakan peran besar istri saya. Tanpa peran istri, kehidupan saya tidak akan sebaik saat ini.
Keluarga saya bukanlah keluarga yang terbaik. Namun dengan empat pondasi ini kami mampu menghadapi konflik dan perbedaan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang kami jalani.
Nah, saya sudah berbagi empat pondasi keluarga saya. Sekarang, maukah Anda berbagi apa pondasi keluarga Anda?
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
27 comments On Pondasi Rumah Tangga (2)
Pondasi yang ketiga mantep banget 🙂
pondasi yang pertama om kalau ane wkwkwkw
Makasih byk kek, insya Allah selalu dirahmati dan diberkati kelg kek Jamil, jadi contoh kel SaMaRa. Aamiin
Waahhh….mengalami cerita yg sama di pondasi ketiga pak… Kalau berhitung dg pasangan malah berasa kurang terus jadi nggak tentram.
Subhanallah, sangat menginspirasi kek, aplg u pasangan baru membina rumah tangga, syukron atas inspirasinya kek
AidilPutra.com
belum bisa berbagi Kek… hehe
Mau dicariin? He3x
Tulisan yang MENARIK Pak, maksudnya MENARIK untuk menjadikan Pernikahan adalah hal yang INDAH dengan segala tantangannya.
Semoga diulas lebih dalam di Buku berikutnya ya Pak, “PONDASI RUMAH TANGGA” atau Judul lain yang juga pas dengan Co-Writernya.
😀
Semangat SuksesMulia!
Modal memperbaiki rumah tangga. makasih kek
Pondasi Ta’aruf ad g kek?
so tahun depan bulan Agustus Baru Recana Lamaran Wassalam.. @akrampakki
Modal taaruf adalah “nekad” hehehe. Salam SuksesMulia, semoga lancar ya
Pondasi keluargaku nih kek…Iman, sdh pasti kalo utk itu. Keteladanan dari orang tua, krn anak2 pasti meniru lebih cepat dari yg dilihat bukan yg didengar. Kejujuran…semua anggota keluarga harus bisa terbuka satu sama lainnya, tak ada yang ditutupi, bahkan jika dirasakan pahit sekalipun. Kepercayaan…saling percaya antara suami dan istri, pun demikian kpd 2 anak2ku kek, sehingga masing2nya harus bisa menjaga kepercayaan yg tlah diberikan, termasuk diriku nih…hrs jaga kepercayaan kala tugas luar kota sendirian…hehehe. Thanks a lot kek utk sarapan paginya 2 hari ini…makin cinta dgn yg di rumah…pelukan dari kakek ganteng tlah disampaikan ke bocah2 gantengku…
Terima kasih bang sharingnya. Suatu saat saya ingin jumpa langsung keponakan2ku biar bisa meluk langsung. Salam SuksesMulia
lanjutan…
3. semangat to give bukan to get
4. suami pakaian oleh istri dan istri pakaian oleh suami (saling menutupi kekurangan masing2)
makasih pak jamil… sharingnya…
Penting nih pondasi rumah tangga bagi yang belum menikah. Hehehe. Makasih Mbah sharingnya 🙂
Saling menyeimbangkan. Sarena semua sisi kehidupan pada dasarnya adalah sudah diatur seimbang oleh Alloh SWT. Istri adalah penyeimbang kekurangan suami dan sebaiknya.
Saling keterbukaan. Sekecil apapun cerita, kejadian, masalah yang dialami setiap hari, keluarga adalah pilihan terbaik dan pertama yang bisa mendengarnya.
Subhanalloh…. Sukron jazakallah khoir untuk ilmu bermanfaat yang telah dibagikan… semoga kelak mendapatkan imam yang paham pondasi RT seperti Kek Jamil 😉 . Aamiin..
subhhanallah
Tulisan yang MENARIK Pak, maksudnya MENARIK untuk menjadikan Pernikahan adalah hal yang INDAH dengan segala tantangannya.
Semoga diulas lebih dalam di Buku berikutnya ya Pak, “PONDASI RUMAH TANGGA” atau Judul lain yang juga pas dengan Co-Writernya.
😀
Semangat SuksesMulia Pak!
sukaaaaa banget,,,^_^ makasih ya pak jamil
Alhamdulillah nemu tulisan bagus banget sehingga bisa terus memperbaiki diri.. Saya suka bagian ketiga, S̤̥̈̊є̲̣̥м̣̣̥̇̊ά̲̣̣̣̥п̥̥̲̣̣̣̥G̲̣̣̣̥ά̲̣̣̣̥τ̣̣̥ to give bukan to get.. 🙂
Subhanallah.. terimakasih
MEMBERI tanpa mengingat2 lagi apa yg kita beri,hanya kepadaNya kita berharap. BEKAL yg sangat cetar membahana. Sukron ‘Kek ^^
waah, membaca artikel Pak Jamil yang ini spt sdg membaca buku Menikah Untuk Bahagia nya Bunda Niveldy ^^
Inspiratif, semoga bisa dapat menjadi contoh nasehat kebaikan untuk kita semua.
Salam wisata
pondasi yg kuat biar rumah tangga bisa samara. alhamdulillah
bagus ini,
pemberian itu bukan untuk kita kenang