Kemarin malam, saat menunggu istri saya sedang terapi kesehatan, saya menonton film Elysium di layar televisi. Film yang dibintangi Matt Damon dan Jodie Foster ini bertutur tentang sebuah stasiun luar angkasa yang mengorbit di dekat bumi, tempat dimana tidak ada masalah, tanpa perang, tanpa kemiskinan, dan yang sakit dengan mudah disembuhkan, namun hanya orang-orang tertentu yang bisa memanfaatkan. Di tempat itu, banyak peran manusia yang digantikan oleh mesin. Pikiran saya pun akhirnya mengembara dengan fakta yang terrjadi di semesta.
Dulu, manusia bekerja mengandalkan otot, munculah revolusi industri dimana mesin menggantikan peran otot. Kini, mesin bukan hanya menggantikan otot tetapi menggantikan peran otak, muncul istilah Artificial Intellegence. Dengan fakta ini Oxford University meramalkan akan bermunculan profesi baru dan banyak profesi yang akan hilang digantikan oleh kecanggihan mesin.
Otot yang membuat seseorang bisa bekerja keras bisa digantikan mesin. Otak yang memicu orang bekerja cerdas juga sudah bisa digantikan mesin. Tinggal tersisa hati yang bisa mengantarkan manusia bekerja ikhlas yang belum bisa digantikan oleh mesin. Hati lah yang membuat manusia bekerja dengan value, rasa, nilai-nilai dan kesadaran akan hubungannya kepada sang Pencipta. Sadar bahwa yang dikerjakan bukan hanya rutinitas belaka tetapi disaksikan oleh yang Maha Tahu, Maha Melihat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Apabila ingin memenangkan persaingan di era sekarang sebagai manusia yang benar-benar menjadi manusia seyogyanya kita bukan fokus mempelajari dan memperdalam “mesin” yang bisa menggantikan otot dan otak. Kita perlu mengoptimalkan dan mengasah peran hati. Bekerja dengan menghadirkan hati, kesadaran, dan menghidupkan value. Memperbanyak berdoa, meningkatkan hubungan dan penghambaan kepada Allah swt, Tuhan yang Maha Kuasa. Melakukan refleksi diri untuk memperbaiki proses kehidupan yang harus dijalani.
Artificial Intellegence (AI) yang kini mulai menjamur adalah alat untuk mempermudah kehidupan kita. Manfaatkan untuk kepentingan bisnis dan kehidupan. Di sisi lain, AI juga menyadarkan bahwa kita bukan robot, kita bukan mesin, kita adalah manusia yang punya rasa, punya nilai dan punya Tuhan, Allah swt.
Mari bersaing dengan robot atau mesin dengan sesuatu yang tidak mereka punya yaitu Hati. Kiita perlu memperkuat sesuatu yang mengasah dan mengoptimalkan peran hati yaitu keimanan, hidup dengan cita rasa sebagai manusia, menghidupkan value, hubungan dari hati ke hati sesama manusia.
Film Elysium juga mengirimkan pesan “secanggih-canggihnya perkembangan teknologi, jangan lupakan aspek manusiawi, persahabatan, cinta dan kepedulian”. Dan itu semua bisa muncul apabila kita mengasah dan memperkuat kepekaan hati kita. Siap untuk mengasah hati Anda?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer