People Pleaser: Membahagiakan Yang Menyengsarakan

Share this

Salah satu penyebab hidup kita tidak bahagia adalah justeru saat kita ingin membahagiakan semua orang. Cirinya ialah selalu berkata YA dan tidak berani berkata TIDAK saat diajak atau ditawari orang lain. Orang yang selalu ingin membahagiakan orang lain, oleh seorang terapis ternama Erika Myers disebutnya sebagai people pleaser.

Susan Newman seorang psikolog dari New Jersey menyatakan banhwa banyak kerugian yang kita terima apabila kita menjadi seorang people pleaser, beberapa diantaranya: mudah stres dan kelelahan, mudah frustasi dan kesal, mudah dimanfaatkan oleh kepentingan orang lain, sering tidak puas, banyak orang yang juga tidak puas berhubungan dengan kita.

Lho koq banyak yang tidak puas? Bukankah people pleaser orang yang sangat menyenangkan? Iya betul, people pleaser adalah orang yang sangat menyenangkan namun karena semuanya ingin disenangkan akhirnya justeru tidak punya waktu berkualitas kepada orang yang ingin disenangkan. Bahkan people pleaser biasanya juga senang berjanji, tapi janjinya palsu. Senang menyenangkan orang tetapi cenderung hanya pencitraan.

Kerugian menjadi people pleaser begitu besar. Terasa ingin membahagiakan orang lain, namun faktanya jsuteru menyengsarakan diri dan orang lain. Kita bisa menghindari menjadi people pleaser dengan melakukan beberapa hal berikut.

Pertama, selalu luruskan niat saat berbuat baik. Saat kita berbuat baik memang karena kita mau dan mampu melakukannya, bukan karena perasaan tidak enak dengan orang lain. Kita berbuat baik berharap cinta dan balasan hanya dari Sang Maha Pencipta, bukan karena ingin mendapat balasan dan apresiasi dari penerima kebaikan.

Sejalan dengan ini, saya jadi teringat dengan quote dari Gubernur DKI Jakarta, Bapak Anies Baswesan: “Di puji tidak terbang, dihina tidak tumbang.” Kita tidak perlu menyerahkan kebahagiaan kita pada mulut orang lain.

Baca Juga  Mengundang Rezeki

Kedua, berani menetapkan batasan. Orang lain mengajak kita melakukan sesuatu karena mungkin mereka tidak tahu bahwa kita tidak menyukai hal itu. Penting kita menetapkan batasan tertentu dan kemudian kita sampaikan kepada banyak orang.

Contohnya, pada tahun 2021 saya menetapkan batasan untuk tidak memberikan training atau seminar di malam hari kecuali untuk jadwal yang memang sudah diagendakan sejak tahun 2020. Malam hari adalah waktu saya bercengkerama dengan diri sendiri, keluarga dan Sang Pemilik Cinta. Dari batasan ini, orang lain menjadi enggan mengundang saya untuk berbagi inspirasi di malam hari, mereka yang menyesuiakan keluangan waktu saya.

Ketiga, jatuh cinta pada diri sendiri. Kita perlu mencintai diri sendiri, ngobrol dengan sendiri, memperhatikan kondisi diri. Jangan biarkan masalah dan urusan orang lain yang mengatur hidup kita. Apabila kita membantu atau menolong orang lain karena kesadaran penuh diri kita, panggilan jiwa kita, karena cinta. Bukan karena tidak enak dengan orang lain, bukan karena tekanan dari orang lain.

Kebaikan yang kita lakukan sebenarnya karena kita mencintai diri kita, untuk kebaikan kita di kehidupan dunia maupun kehidupan setelah dunia. Kita perlu selalu memupuk cinta dengan diri sendiri bahkan saat berbuat baik kepada orang lain sekalipun.

Jangan menjadi people pleaser, karena ternyata meski tampaknya membahagiakan, namun faktanya menyengsarakan. Tidak mau khan?

Salam SuksesMulia
Jakarta, 09 Maret 2021

Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer