Dulu saya pernah menjadi “aktivis” yang bertujuan memberdayakan banyak orang dan mengentaskan kemisikinan. Berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Tidak mengenal waktu, tidak berharap bayaran. Mentor saya mendoktrin dengan kata, “Kamu adalah pejuang.”
Istri dan anak saya pernah mengkritik saya bahwa saya hanya menjadikan rumah seperti hotel, tempat menginap semata, tak ada interaksi dengan anggota keluarga. Sebagai “pejuang” saya pernah marah dikritik oleh istri dan anak saya. Dengan merasa menjadi orang hebat, saya berkata kepada istri dan anak saya, “Sabarlah, kita ini keluarga pejuang.”
Sampai suatu masa istri saya jatuh sakit, saya masih sibuk kesana kemari dan merasa berjuang mengentaskan kemiskinan. Istri saya yang sakit, saya abaikan, tetapi karena sakitnya semakin parah akhirnya saya bawa ke rumah sakit. Dan begitu di periksa, sang dokter berkata, “Anda ini keterlaluan, sakit istri sudah parah baru dibawa ke rumah sakit.”
Dalam kegalauan, saya bertemu Prof. Didin Hafidhuddin. Dia menasehati saya dengan perumpamaan yang indah, “Mas Jamil, jangan pernah Anda menjadi lilin. Anda mampu menerangi dan menolong banyak orang tetapi keluarga Anda berantakan karena kurang mendapat kasih sayang dari Anda.” Ucapan dokter dan nasihat Prof. Didin menampar saya hingga saya KO tak berdaya.
Ternyata, perlu keseimbangan dalam hidup. Berjuang memberdayakan banyak orang tetap perlu dilakukan namun keluarga perlu tetap menjadi pusat perhatian.
Sekarang, saat istri dan anak saya sakit, saya berusaha mendampinginya walau mungkin harus mengorbankan acara lain. Mungkin sebagian teman saya ada yang berkata, “Payah, hidup kamu di ketiak istri.” Namun, dengan tegas saya akan menjawab, “Ya bro, ternyata hidup di ketiak istri itu nikmat.” Heheheheheh….
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
5 comments On Pengalaman itu Mengubahku
Pengalaman selalu memberikan banyak ilmu dan pelajaran. Dalam kondisi baik maupun buruk. Kadang kita secara sadar atau tidak, selalu mengabaikannya…
Terima kasih kek. Mengingatkan banget…
Hehe… di ketiak istri.. bisa aja pak Jamil.
Barokallah pak…
Coba mas…asyik lho
Imam Syafi’i rahimahullah berkata : ” Ridho semua manusia adalah tujuan yang tidak mungkin digapai, tidak ada jalan untuk selamat dari omongan orang. Maka lihatlah kebaikan hatimu, peganglah dan biarkan manusia berbicaara sekehendak mereka”
(Manaqib Imam Syafi’i, hal. 90, oleh Al-Aburri, Hiyatul Auliya’ 9/122 oleh Abu Nu’aim, Al-‘Uzlah hlm. 76 oleh Al-Khotthobi)
Terima kasih ilmunya mas