Pemimpin Yang Berduka

Share this

Apakah Anda pernah mengalami kesedihan karena berita duka yang Anda terima? Kalau saya pernah, saat saya sedang berada di Turki, saya mendapat kabar bahwa ibu saya meninggal dunia. Dengan mengunakan jet pribadi pun saya tidak mungkin bisa menghadiri pemakaman ibu saya. Karena memang sudah menjadi keyakinan dalam keluarga kami bahwa pemakaman terbaik adalah yang cepat, tidak perlu ditunda-tunda. Dengan terbata-bata pun saya berkata kepada adik saya, “segera makamkan, tidak perlu menunggu kedatangan saya dari Turki.”

Sejak pandemi, banyak sekali kisah kehilangan dan kedukaan yang terjadi, baik dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Kedukaan adalah suatu peristiwa yang mengundang emosi yang intens. Tak terduga, bahkan mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Sebagai pemimpin, pernahkah Anda merasakannya? Apabila Anda belum pernah merasakan kedukaan saya meragukan kepemimpinan Anda.

Kedukaan memang tidak bisa dihindari, ia bisa terjadi pada siapa saja, termasuk kita, termasuk anggota tim kita. Duka tidak sama dengan lampu yang bisa dinyalakan dan dimatikan, ia terus ada selama orang tersebut masih berproses dengan kedukaannya. Maka dari itu, kondisi ini di satu sisi menyakitkan, di sisi lain juga dapat berpengaruh pada performa.

Dalam level individu, tentu saja emosi negatif yang dominan dapat mengganggu konsentrasi dan prioritas. Dalam level tim, energi pemimpin yang menurun dapat dirasakan dan menular kepada anggota tim. Bahkan di level perusahaan, Udemy for Business pada tahun 2021 mencatat bahwa cost atau biaya yang dikeluarkan perusahaan meningkat sampai dengan 4000%. Untuk apa? Ternyata para pekerja banyak yang meminta pelatihan terkait penanganan kecemasan, dan salah satunya adalah karena situasi pasca kedukaan.

Baca Juga  Karyawan Zaman Now

Pemimpin juga manusia. Semua orang yang kehilangan pastilah merasakan hal yang sama. Tidak ada yang dapat memaksakan kapan kedukaan itu hilang atau berakhir, namun kita dapat membangun suasana di tempat kerja yang positif saat ada yang berduka. Kebanyakan pemimpin merasa mereka harus menyembunyikan kesedihan, kemarahan, kesakitan. Akan tetapi, berbagai sumber sudah menyebutkan bahwa pemimpin justru perlu bersikap otentik. Sedih, ya sedih. Sakit, ya sakit.

Ketika Anda sulit berkonsentrasi kerja karena ingatan tentang kehilangan muncul dan Anda menangis misalnya, tak apa-apa. Sesekali, pemimpin juga bisa berada dalam kondisi rapuh, dan itu sangatlah manusiawi. Dampaknya, anggota tim Anda juga akan merasa dimanusiakan dengan segala pengalamannya.

Saya juga pernah melihat bapak Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat, bersedih dan menangis saat kehilangan putranya di Swiss. Padahal kita semua tahu, Pak Ridwan Kamil selama ini adalah pemimpin yang ceria, optimis dan sering melucu (ngebanyol). Ketika melihat Pak Ridwan Kamil bersedih dan menangis, mengungkapkan isi hatinya melalui social media apakah respek saya berkurang? Tidak, juster saya semakin simpatik kepada beliau. Saya juga pernah bertamu ke rumah pak Habibie, ia pun menangis saat bercerita ibu Ainun Habibie. Apakah respect saya berkurang? Tidak sama sekali, saya bahkan semakin mencintai bapak BJ Habibie.

Pengalaman kedukaan, juga di sisi lain dapat menguatkan tim Anda. Kok bisa? Dengan Anda berbagi cerita kepada anggota tim Anda, bagaimana Anda melaluinya, dan betapa Anda membutuhkan keberadaan mereka untuk tetap merasa bermakna. Hal-hal seperti ini, selain membantu Anda mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan, juga membentuk self esteem yang baik di dalam diri anggota tim Anda.

Baca Juga  "Enthel Wedus"

Bagaimana jika anggota tim saya yang berduka? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantunya? Katharine Manning dalam bukunya The Empathetic Workplace mengemukakan sebuah metode yang dinamakan LASER, untuk mempermudah mengingatnya. Metode LASER dapat digunakan ketika Anda menghadapi orang lain, khususnya anggota tim, yang sedang berduka.

Pertama, Listen. Dengarkan, adalah langkah pertama dan yang terpenting. Merasa didengarkan merupakan satu kunci pemulihan, jadi dengarkan saja ceritanya.

Kedua, Acknowledge. Ketika seseorang bersedia berbagi cerita keadaan yang sulit dengan Anda, penting untuk kita akui. Dengan mengatakan Terima kasih sudah berbagi, atau Saya ikut sedih dengan apa yang terjadi. Hindari kata atau kalimat yang menolak atau menyangkal cerita yang bersangkutan.

Yang ketiga, S, yaitu Share. Anda dapat memberikan dia informasi yang dibutuhkan, seperti dapat menghubungi pihak mana untuk mendapatkan bantuan. Tanyakan dulu persetujuannya, bolehkah saya berbagi informasi denganmu? Informasi juga dapat berupa nilai-nilai perusahaan atau nilai pribadi kita sebagai pemimpin, contohnya Di kantor kita menyediakan psikolog jika kamu memerlukannya. Atau Penting bagi saya untuk mengutamakan rasa aman kamu dalam bekerja. Sehingga orang tersebut akan merasa benar-benar diterima.

Yang keempat E, adalah Empower. Tanyakan apa yang mereka butuhkan untuk membuatnya merasa lebih baik. Selama itu dalam kewenangan Anda dan tidak mengganggu sistem yang berjalan, Anda dapat mengakomodirnya.

Terakhir, R alias Return. Jangan lupa untuk Kembali mengecek keadaannya secara berkala, bukan hanya satu kali di depan saja. Return juga dapat berarti Kembali pada diri Anda sendiri, jagalah kondisi mental Anda juga.

Kisah menyedihkan dapat sangat menyedot energi, maka penting untuk memastikan diri Anda dalam keadaan yang kondusif. Jangan lupa untuk merawat diri, melakukan hal-hal yang Anda sukai, berkumpul dan bersenda gurau dengan anggota tim Anda. Biarkan kedukaan itu berproses dengan kecepatannya masing-masing, karena setiap orang membutuhkan waktu dan ritme yang berbeda. Seperti yang Marie Curie katakan, “Dalam hidup ini tidak ada yang sesungguhnya perlu ditakuti, hanya perlu dipahami.”

Salam SuksesMulia

Baca Juga  Retensi dan Loyalitas Tidak Cukup, Segera Lakukan Hal Lain Atau Perusahaan Anda Akan Punah

Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia

1 comments On Pemimpin Yang Berduka

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
10 - 4 = ?
Reload

Site Footer