Pemimpin itu Memberikan Rasa Aman

Share this

Ada seorang leader yang curhat kepada saya, “pak mengapa target tim saya selalu tidak tercapai sehingga profit perusahaan juga menjadi tidak tercapai? Saya malu pak.” Saya menjawab singkat “bisnis itu bukan tentang target dan angka, tetapi tentang orang. Bisnis itu yang utama bukan tentang profit tetapi tentang people.”

Hal ini sejalan dengan pendapat Simon Sinek, “Apabila seorang pemimpin hanya fokus kepada angka-angka maka saat bisnis bermasalah ia akan ditinggalkan orang-orang terbaiknya. Sementara, saat sang pemimpin fokus pada pengembangan orang atau anggota timnya maka saat angka-angka pencapaian bisnis bermasalah, anggota timlah yang menyelamatkan bisnisnya.” Maka people atau oranglah yang menjadi perhatian utama kita maka target dan profit akan mengikuti.

Setelah itu saya pun mengajukan pertanyaan ke sang leader “apakah pengembangan people atau pemberdayaan anggota tim sudah menjadi prioritas utama Anda sebagai seorang pemimpin?” Manajer itu menjawab “belum pak, itu khan tugas HRD bukan tugas saya, lagian nanti kalau dikembangin terus menjadi pinter dia pindah ke kompetitor pak.” Saya pun berkata pendek “itulah penyebab target dan profit Anda tidak tercapai.”

Lantas, apa hal yang paling mendasar yang diperlukan oleh seseorang khususnya anggota tim kita? Jawabnya, menurut Simon Sinek Dalam bukunya Leaders Eat Last adalah adalah rasa aman. Jika orang di dalam organisasi merasa aman diantara satu sama lain, mereka akan bekerja sama untuk mencapai hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh mereka sendiri. Hasilnya adalah organisasi mereka lebih unggul daripada pesaing mereka.

Apalagi setelah perubahan yang begitu cepat, orang menyebutnya VUCA (Volatility, Uncertain, Complex dan Ambigu) ditambah pandemic covid-19, Rasa aman menjadi prioritas utama banyak orang.  Untuk itu, salah satu tugas utama seorang pemimpin di era sekarang adalah menumbuhkan dan merawat “circle of safety” bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Baca Juga  Mengapa Anda "Jalan di Tempat?"

Anggota tim atau karyawan merasa aman ketika berpendapat, mengeluarkan ide dan gagasan. Merasa aman juga saat bekerjasama dengan bagian lain. Merasa aman karena sang pemimpin akan menjaga, mendampingi, mengembangkan dan memberdayakannya. Merasa aman tidak ditlikung atau dikhianati rekan kerja. Merasa aman bahwa kesejahteraannya menjadi perhatian sang pemimpin.

Perasaan aman ini memunculkan lingkungan yang mendukung kreativitas, suasana kerja yang membahagiakan, memunculkan sinergi, meningkatkan loyalitas, produktivitas dan tentu juga profitabilitas.  

Apakah karyawan juga perlu merasa aman apabila tergat tidak tercapai? Aman juga saat kinerjanya rendah dan tidak produktif? Tentu bukan rasa aman seperti ini yang dimaksud. Perlu dipahami, Ada empat kondisi yang sering saya temui di lapangan. Kondisi pertama, pemimpin yang tidak pernah memberikan tantangan dan juga tidak memberikan dukungan. Kondisi ini menghasilkan anggota tim atau karyawan yang apatis, dan miskin kontribusi, kurang berenergi dan terkadang malah menularkan hal negatif kepada yang lain.

Kondisi kedua, pemimpin yang sering memberikan tantangan namun tidak memberikan dukungan (rasa aman). Pemimpin model ini fokus kepada pencapaian angka-angka tanpa peduli dengan kondisi anggota timnya. Bila target tidak tercapai, meski anggota tim sudah kerja keras, banting tulang, sang pemimpin tetap berkata: “bullshit kalian semua.”   Kondisi ini menghasilkan anggota tim yang stress dan depresi. Boleh jadi mereka tertawa, tetapi hatinya terluka.

Kondisi ketiga, pemimpin yang sering memberikan dukungan (rasa aman) namun tidak memberikan tantangan. Yang terpenting tim kompak, rukun, damai kekeluargaannya tinggi, meski target tidak tercapai. Kondisi ini menghasilkan tim yang tidak produktif dan berkinerja rendah.

Kondisi keempat, pemimpin yang selalu memberikan tantangan yang tinggi di saat yang bersamaan ia juga memberikan dukungan (rasa aman) yang tinggi. Kondisi inilah yang menghasilkan peak performance tim yang tinggi. Target tercapai, hati bahagia, kepuasan kerja tinggi.

Baca Juga  Carilah Feedback

Coba renungkan, kira-kira Anda termasuk pemimpin yang seperti apa? Apakah kondisi pertama, kedua, ketiga atau keempat. Apabila Anda tidak termasuk pemimpin dengan kondisi yang keempat, segeralah bertaubat. Karena 3 kondisi yang lain itu menunjukkan Anda adalah pemimpin yang merugikan. Kalau tidak merugikan perusahaan, Anda merugikan atau menyakiti anggota tim Anda. Bahkan boleh jadi, Anda merugikan keduanya (orang dan perusahaan)  sekaligus. Malu ah…  

Bagaimana agar “circle of safety” ada di tempat kerja Anda?  

Pertama, Lakukan pergesaran dari perintah dan control menjadi Mendengar dan Bertanya. Gaya kepemimpinan Command & Control memicu munculnya hormon kortisol dalam jumlah besar yang bisa menimbulkan stress berkepanjangan. Gaya kepemimpinan ini juga memunculkan rasa takut yang berlebihan sehingga menghambat kreativitas, saling curiga, budaya asal bos senang (ABS) dan memunculkan politik kantor, silo dan masing-masing sibuk menyelamatkan diri. Kerja tim sulit terjadi.

Sebaliknya, gaya kepemimpinan  yang lebih banyak mendengar kemudian mengajukan pertanyaan dari proses mendengar disenangi oleh mereka yang punya talenta dan generasi yang lebih muda. Saat pemimpin mau mendengarkan dan memberikan respon yang tepat, rasa aman dan kepercayaan anggota tim meningkat.

Bop Chapman adalah salah satu pemimpin yang berhasil memberikan rasa aman kepada karyawan pabriknya di HayssenSandiacare. Ketika mengambil alih perusahaan tersebut, yang beliau lakukan pertama kali adalah mendengarkan keluhan dan keinginan dari karyawannya untuk membuat mereka merasa lebih aman dan nyaman dalam bekerja.

Ia langsung melakukan beberapa perubahan. Pertama yang beliau lakukan adalah menyediakan akses telpon untuk karyawan pabrik sehingga mereka bisa menghubungi keluarga mereka kapanpun tanpa dipungut biaya.  Selain itu, akses kepada peralatan yang sebelumnya dibatasi dan dikurung oleh jeruji besi dihilangkan, sehingga karyawan pabrik bisa dengan bebas memanfaatkannya; ini juga simbol bahwa perusahaan percaya pada karyawan.

Baca Juga  Tiga Lebih

Hasilnya, karyawan merasa aman, senang dan merasa dihargai, dampak bagi perusahaan, mesin-mesin pabrik jarang mengalami kerusakan dan operasi pabrik jarang sekali mengalami pemberhentian.

Kedua, Seimbangkan hormon yang ada di dalam tubuh. Di dalam diri manusia, ada 4 hormon yang perlu mendapatkan perhatian yaitu edorfin, dopamin, serotonin dan oksitosin. Hormon endorfin menyamarkan rasa lelah dan sakit menjadi kenikmatan fisik. Anggota tim yang bekerja keras dan tuntas menyelesaikan tugas dengan baik akan merasakan kenikmatan dan bisa menjadi ketagihan kerja.

Hormon dopamin menghadiahi kita dengan rasa senang ketika kita berhasil menyelesaikan sebuah tugas. Hormon edorfin dan horman dopamin ini fokus untuk memuaskan diri sendiri (egois). Sangat membantu anggota tim menyelesaikan sesuatu untuk memicu kemajuan. Hormon ini akan muncul saat berbagai pencapaian prestasi terjadi, baik pencapaian kecil maupun yang besar.

Sementara hormon serotonin dan oxytocin membantu kita untuk membangun hubungan-hubungan sosial dengan orang lain. Hormon ini mementingkan orang lain sehingga hormon ini akan muncul saat seseorang bisa berkontribusi dan bersinergi yang sehat dengan pihak lain. Untuk memunculkan hormon ini di anggota tim, pemimpin perlu memunculkan rasa kepedulian dan empati serta membangun kedekatan dengan anggota tim, bukan saja dalam hal pekerjaan.

Segeralah ciptakan circle of safety di tempat Anda sekarang juga. Mau?

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
6 + 3 = ?
Reload

Site Footer