Dua pekan ini saya bolak-balik Jakarta – Bandung karena ada training untuk para culture champion dari PGN. Perjalanan Bandung – Bogor dengan mobil pekan lalu ada yang saya tempuh selama 9 jam, sehingga untuk training pekan ini saya memutuskan menggunakan kereta api. Lebih nyaman, lebih pasti jadwalnya.
Nah, saat menunggu kereta menuju Jakarta di stasiun kereta api Bandung kemarin, seorang laki-laki menghampiri saya dan bertanya “pak Jamil ya?” Saya jawab “iya mas”. Langsung lelaki itu duduk di sebelah saya dan bercerita “saya terinspirasi dari buku-buku bapak, perjalanan hidup bapak mirip dengan saya. Saat saya bekerja di Astra group, saya berharap mendapat training dari bapak tetapi gak kesampaian” Kami pun tertawa berdua.
Lelaki yang bernama, Amin Pitono ini melanjutkan ceritanya “Ee, setelah saya keluar kerja, bapak malah ngisi training di sana. Saya selalu berharap bisa ikut training bapak atau bertemu dengan bapak. Perjalanan hidup bapak menginspirasi saya.” Saya mengomentari pernyataannya “hidup itu terkadang menjadi murid, terkadang menjadi guru. Saling menginspirasi.”
Lelaki yang berjanji ke istrinya akan menggantikan cincin kawinnya di Praha – Ceko ini melanjutkan ceritanya: “Pernah saya berkunjung ke salah satu petugas cleaning service tempat saya bekerja, ternyata anaknya mengindap suatu penyakit dan dengan sigap saya berkata “bawa ke rumah sakit, saya yang menanggung biayanya. Dan ternyata biayanya mahal dan pengobatannya berlangsung lama. Saya harus menjual cincin kawin saya untuk mengobati anak tersebut, ini saya lakukan atas saran dari istri saya.”
Perilaku nekat sering dilakukan mas Amin, baik untuk dirinya maupun ketika membantu orang lain. Dia nekat keluar kerja dari perusahaan ternama kemudian membangun bisnis sendiri. Dia nekat membantu tunawisma membangunkan rumah padahal tidak cukup punya uang. Dia nekat membangunkan tempat ibadah suatu organisasi sosial padahala dana tidak punya.
Berbagai kenekatanya berdampak kepada bisnisnya sekarang. Ia sering mengambil keputusan nekat dan berdampak besar bagi bisnisnya. Kini bisnis kontraktornya menyebar ke beberapa kota karena keputusan-keputusan yang dilakukan secara nekat. Ada yang berhasil, ada yang gagal tetapi lebih banyak berhasilnya.
Dari pertemuan itu saya mendapat banyak ilmu dan pelajaran yang saya rangkum dalam satu kesimpulan “nekat itu penting, apabila hidup kita ingin tumbuh melesat”. Saat kami dipanggil naik kereta, saya peluk mas Amin yang menjelang maghrib itu menjadi guru kehidupan bagi saya. Guru yang mengajarkan agar saya semakin menambah kenekatan dalam mengambil keputusan.
Sebagai bentuk terima kasih saya kepada sang guru, saya memeluknya erat-erat sebelum kami naik kereta. Dan saya senang karena sang guru ternyata sangat terharu mendapat pelukan itu. Nekat yuks….
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer