If you are depressed you are living in the past
If you are anxious you are living you are living in the future
If you are at peace you are living in the present.
(Lao Tzu)
Sebagai seorang pemimpin yang pada dasarnya adalah layaknya manusia biasa, sudah pasti ada hal yang kita khawatirkan dan takuti di dunia ini. Salah satunya adalah kekhawatiran akan apa yang terjadi di masa depan. Khusunya pada hal-hal yang berada dalam ruang lingkup kepemimpinan kita.
Kekhawatiran tersebut bisa jadi disebabkan oleh stimulus yang ada, seperti misalnya situasi bisnis, kondisi politik dan pemerintahan, kondisi alam, dampak teknologi, dan lain-lain. Beragam stimulus yang disadari atau tidak, terkadang bisa membuat diri kita begitu overwhelmed ketika ia diekskalasi oleh hasil pemikiran, analisa dan imajinasi diri kita sendiri yang tidak melulu tepat.
Padahal pada faktanya, sebuah riset yang dituliskan dalam buku yang berjudul The Answer: How to take charge of your life & become the person you want to be, menunjukkan bahwa kerapkali apa yang kita khawatirkan tidaklah mewujud menjadi kenyataan.
87% tidak terjadi
7% terjadi
6% Anda memiliki pengaruh/kontrol dalam hal tersebut
Lantas apakah artinya merasa takut dan khawatir akan masa depan adalah sesuatu yang salah? Tentu saja tidak. Rasa takut dan khawatir yang kita rasakan sebagai pemimpin bisa menjadi sesuatu yang baik ketika kita mampu memperlakukannya secara tepat.
Dua rasa ini akan membuat kita menjadi lebih waspada, mawas diri, dan lebih mampu melakukan beragam tindakan antisipasi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang kita khawatirkan.
Akan tetapi ketika rasa takut dan khawatir tersebut sampai menguasai diri kita, maka hal ini dapat berdampak buruk kepada diri kita. Energi terkuras, sistem alami pemelihaaran dan penyembuhan tubuh terganggu, pikiran mentok, dan muncul beragam penyakit yang tak diundang kehadirannya.
Terlebih, kita sadari maupun tidak, apa yang kita rasakan berpotensi menular kepada mereka yang kita pimpin. Apalagi jika di saat yang sama perasaan tersebut juga tengah dirasakan oleh mereka yang kita pimpin. Maka bisa terjadi yang namanya efek bola salju.
Jadi berhati-hatilah, jangan sampai ketakutan dan kekhawatiran kita sebagai pemimpin, atas apa pun itu, yang justru menjadi sumber penyebab tidak performnya tim atau organisasi kita.
Lantas apa yang harus kita lakukan ketika saat ini kita sebagai pemimpin memiliki kekhawatiran yang cukup besar dan hal tersebut juga ternyata tengah dirasakan oleh tim?
Untuk mengatasi hal tersebut, hal yang bisa Anda lakukan adalah dengan melakukan 3P, yakni Pause – Prepare – Present. Hal tersebut bisa Anda terapkan untuk diri Anda secara personal, dan juga bisa Anda terapkan untuk tim atau organisasi yang Anda pimpin.
1. Pause
Lakukan pause yang artinya kita secara sadar memilih berhenti sejenak untuk mengambil jeda. Mengambil jeda untuk kita bisa mengenali, menyadari, dan kemudian mengakui apa pun yang kita dan tim rasakan.
Kenali apa yang menjadi sumber munculnya rasa tersebut. Kenali pula dampak-dampak yang dihasilkan dari apa yang kita dan tim rasakan. Baik dampak di pekerjaan dan juga dampak kepada setiap orang secara personal.
Dengan melakukan pause, sebagai pemimpin kita akan bisa mengetahui titik pijak diri kita dan tim saat ini. Sehingga, hal ini akan membuat kita lebih mampu menakar langkah dan rencana kita selanjutnya.
Sebagai tambahan, ketika melakukan pause kita bisa menerapkan sejumlah teknik seperti misalnya teknik bertanya yang sesuai, serta ditambah dengan menggunakan alat bantu seperti set kartu atau media tiga dimensi jika diperlukan.
2. Prepare
Setelah melakukan pause, lanjutkan dengan mengenali apa saja hal-hal yang berpeluang bisa terjadi di masa depan. Bahkan, hingga yang terburuk sekalipun. Kemudian ajak diri kita atau tim untuk melihat kembali apa yang menjadi tujuan kita atau tim. Dudukkan kekhawatiran tersebut dengan tujuan yang ada.
Setelah itu, lanjutkan dengan mengenali apa-apa saja hal yang perlu dipersiapkan atau dilakukan untuk tetap bisa pada jalur pencapaian tujuan. Pilah mana yang paling relevan berdampak dengan tujuan, dan di saat yang sama paling mudah untuk bisa segera dilakukan.
Dengan melakukan prepare, sesungguhnya kita tengah merelokasi energi untuk merasa takut dan khawatir ke energi untuk memberdayakan diri dalam rangka mencapai tujuan.
3. Present
Salah seorang guru kehidupan yang pernah mengajar saya kerap mengatakan, “Nikmati yang ada sebelum surut suasana”. Artinya bahwa masa saat inilah yang merupakan realita yang tengah kita jalani. Masa saat ini yang dalam sekejap akan berubah menjadi masa lalu dan bagaimanapun kerasnya kita berusaha, kita tidak akan bisa kembali ke masa itu. Sedangkan masa depan, ia adalah sesuatu yang tidak pasti sampai masa itu datang dan berubah menjadi saat ini.
Maka setelah melakukan pause dan prepare, ajak diri atau tim Anda untuk hadir penuh pada masa saat ini, alih-alih tersibukkan pada masa depan yang jauh dari jangkauan. Ya, let’s live in the moment.
Ajak diri atau tim untuk menikmati dan mensyukuri apa pun yang kita hadapi saat ini. Lakukan yang terbaik yang kita dan tim mampu lakukan, serta jangan lupa untuk selalu saling memberi dukungan satu sama lain. Tersenyumlah, tertawalah, marahlah, atau menangislah, lakukan sendiri atau bersama tim jika itu memang yang diperlukan untuk dapat menjalani hari ini dengan lebih baik.
Jadi, apa kabar Anda dan tim hari ini?
Salam bertumbuh, salam SuksesMulia!
Ditulis oleh:
Tim Kubik Leadership