Setiap akhir dan menjelang awal tahun baru keluarga kami selalu berkumpul, bukan untuk pesta kembang api tetapi untuk memupuk kebersamaan dan mempresentasikan rencana hidup semua anggota keluarga. Tahun 2019 ini, ada sesuatu yang berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kami mengajak komunitas tuli dalam naungan the little hijabi homeschooling (TLH) untuk bergabung menginap bersama kami.
Setelah saya dan anak lelaki saya presentasi tentang “Proposal Hidup” kami di tahun 2019. Kami meminta teman-teman dari TLH untuk mempresentasikan tentang komunitas mereka, karya-karya mereka dan impian hidup mereka.
Presentasi dengan bahasa isyarat dibuka oleh Bunda Galuh (Galuh Sukmara Soejanto), seorang wanita yang terlahir tuli namun mampu menuntaskan kuliah di Fakultas Psikologi UGM kemudian melanjutkan studi Pascasarjana dalam bidang Master of Sign Linguistics di La Trobe University, Melbourne, Australia.
Bunda Galuh mengatakan, “kami tuli, kami kaum minoritas. Sebagaimana orang China, minoritas di Indonesia. Orang China punya bahasa sendiri, kebiasaan sendiri. Kami pun begitu, kami punya bahasa sendiri, bahasa ibu kami adalah bahasa isyarat, bahasa kedua kami adalah bahasa Indonesia. Jangan paksa kami untuk berbicara dengan mulut karena itu menyiksa kami, bahasa ibu kami adalah bahasa Isyarat.”
Bunda Galuh dan tim TLH sedang berupaya keras mengenalkan agama kepada orang-orang tuli. Mereka tidak tahu Islam, mereka tidak tahu Allah swt, mereka tidak tahu nabi, mereka tidak tahu Al Quran. Bunda Galuh mengatakan “kami dilahirkan tuli, pasti Allah telah pula menyiapkan cara bagaimana kami mempelajari Islam. Kami juga ingin paham Islam sebagai pedoman kami dalam kehidupan. Dan setelah kami mengenal Islam, hidup kami lebih tenang, lebih sabar, lebih bahagia meski hidup dalam kesunyian.”
Air mata saya menetes, saat salah satu anak tuli yang bernama Adi membaca Al Quran surat Ar-Rahman. Adi membaca dengan penuh penghayatan karena memang ia tahu maknanya. Sebelum menjadi bahasa isyarat mereka wajib mendalami kata per kata sehingga isyarat yang mereka sampaikan menjadi tepat, menghujam ke dalam sukma
Begitupula saat saya menonton video mereka, saat mereka membaca puisi tentang ibu dengan backsound lagu Ibu Melly Goeslow, air mata susah terbendung, mengalir deras. Bahasa isyarat mereka dalam, menusuk hati, menyentuh jiwa meski mereka tidak bersuara. Sementara saat Joan memainkan pantomim, saya tersenyum kagum, pantomin yang ia mainkan memiliki konsep dengan bahasa isyarat yang memukau sehingga kita paham maknanya meski tak ada sepatah katapun yang terucap.
Karya mereka, sangat beragam. Dari menciptakan makanan untuk anak-anak autis, membuat disain kaos, souvenir, video, mug, menulis buku, hingga membuat aplikasi untuk anak-anak tuli agar bisa memahami makna sholat dan belajar agama.
Kini, mereka ingin bisa berdakwah lebih luas dan leluasa. Mereka ingin punya mobil keliling mendatangi orang-orang tuli untuk diajak berkomunikasi agar mereka mengenal Tuhan-Nya, mengenal agamanya, dan mereka kelak bisa menikmati indahnya surga. Di dalam mobil keliling itu, anak-anak tuli bisa membaca buku yang disiapkan untuk anak tuli, belajar, berkomunikasi, mengaji dan aktifitas yang membangkitkan kepercayaan diri mereka.
Usai mendengar presentasi mereka, di kamar hotel saya diskusi panjang dengan istri dan anak saya. Kami malu, mereka yang tuli karyanya lebih banyak dibandingkan kami, impian mereka bukan tentang diri mereka saja, tetapi mereka memikirkan nasib anak-anak tuli lainnya yang hidupnya terpinggirkan, terabaikan dan jauh dari nilai-nilai agama yang mereka anut. Kami menangis, karena kagum sekaligus malu dengan mereka. Mereka minoritas tetapi karya-karya dan impiannya mengalahkan kaum mayoritas.
Ditengah bunyi-bunyi kembang api menyambut malam tahun baru, sembari terkantukkantuk di dalam kamar hotel, saya berkirim doa untuk mereka: “Duhai Illahi Robbi, bimbing mereka memahami indahnya ayat-ayat-Mu, kuatkan mereka menghadapi kesunyian dunia, jaga semangat mereka saat belajar dan menyebarkan agama-Mu, masukan ia ke dalam surga-Mu, izinkan mereka kelak melihat-Mu, dan izinkan kelak mereka mendengar suara-Mu. Dan izinkan pula kelak mereka mengajak kami masuk ke dalam Surga-Mu. Izinkan kami kaum mayoritas banyak belajar kepada mereka yang minoritas.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
3 comments On Minoritas Mengalahkan Mayoritas
Barakallaau fiikum.
Event yang sangat menginsprasi. Terima kasih.
Ayo support mereka pak
Masya Allah…
Barakallaah Coach Jamil….
Sangat bermanfaat… menginspirasi.