Meroket Dengan Kursi Roda

Share this

Oleh : Muhammad Iqbal

Kamis, 26 Juli 2018, saya berhadapan dengan seorang profesional Indonesia pada kegiatan National Leadership Camp (NLC) 2018. Beliau adalah CEO General Electric (GE) Indonesia, bagian dari GE company. Pertama-tama aku ceritakan dulu tentang perusahaan ini. GE adalah sebuah perusahaan multinasional yang didirikan di New York tahun 1890 oleh Thomas Alva Edison. Siapa yang tidak kenal Thomas Edison? Anak-anak tingkat SD di Indonesia bahkan sangat mengenalnya sebagai penemu lampu listrik.

Handry Satriago Dinar Sambodja kelahiran Pekanbaru pada tahun 1969. Beliau menuntaskan pendidikan S1 di IPB, S2 di Monarch University, dan S3 di UI. Pada tahun 1993 beliau terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Nasional. Handry muda adalah seorang yang cerdik dan kuat. Selain aktif di science club, dia juga adalah seorang pesilat dan pemanjat tebing yang andal. Tepatnya sebelum dia divonis kanker oleh dokter pada usianya yang ke-17 tahun.

Cerita Lumpuhnya Kaki Handry

Handry kecil tidak sekolah 3–4 bulan karena kakinya. Ada sedikit cerita yang membuat saya terharu. Saat itu sebelum divonis kanker, dia hendak melakukan sholat berjama’ah di rumah bersama ibunya. Waktu itu dia sudah merasakan sakit pada kakinya. “kita sholat berjamaah yuk nak!” ajak ibunya. “Tapi saya berdiri aja udah gemetar, bu.” sahut Handry. “Gapapa nak, kamu imam ya.” kata ibunya. Rakaat pertama ia selesaikan dengan lancar, tapi itu semua tidak pada rakaat terakhir. Handry terjatuh.

Tubuhnya yang besar tersungkur tak berdaya, membuat ibunya yang khusuk sholat bergerak menolongnya. Di situlah terakhir kalinya dia bisa berdiri dengan dua kakinya. Setelah kejadian itu, dia mengurung diri di kamarnya berbulan-bulan dan cuma bersedih. Mengapa dunia tak seadil yang dia kira. Sampai suatu ketika ayahnya datang ke kamarnya dan berpesan.

Baca Juga  Debat Dalam Perpektif Leadership

“Ayah tidak keberatan kamu tidak bisa berjalan, tapi ayah keberatan kalau kamu hanya diam di kamar dan tidak melakukan apa-apa. Setiap orang punya kemampuan dan masanya sendiri, seperti apapun rupanya. Masa saat dia bersinar bersama dengan usaha perjuangannya.” Tak disangka-sangka, Handry sekarang adalah pria berkusi roda yang memiliki visi yang tinggi dan menjadi CEO GE Indonesia.

Cerita Handry Menjadi CEO

Waktu itu, Handry bekerja sebagai sales di perusahaan pembangkit listrik di negara ASEAN. Suatu ketika dia sedang berurusan dengan ‘PLN’nya Vietnam. Ketika mau pulang, dia dicegat oleh ajudan dan dikatakan padanya, “nanti kamu pulangnya sama bos menggunakan jet pribadi”. Di sana dia kehilangan kepercayaan dirinya, mengapa bisa sales rendahan naik jet bersama orang besar.

Suatu ketika dalam sebuah training untuk para pegawai GE, terjadi sebuah kejadian yang sangat menegangkan. Kebetulan training itu diisi oleh Nani Bercalli, CEO GE Internasional alias bos besarnya GE. Dia menyatakan, “Indonesia adalah pasar masa depan”. Tiba-tiba secara spontan, Handry mengangkat tangan ingin berpendapat mempertanyakan pernyataannya. “Indonesia itu bukan pasar masa depan, tapi pasar now! Masa depan bisa kapan aja, bisa tahun depan, 5 tahun lagi, atau bahkan 50 tahun lagi, tidak pasti”.

Si bos cuma bergumam “hmm” dan melanjutkan training hingga selesai. Usai training, temannya menghampiri dan menyapa dengan candaan, “Selamat Bro! Kapan lu dipecat?!” Handry galau semalaman akibat perilaku spontannya yang dapat mengancam karirnya.

Besoknya Handry mendapat undangan untuk menaiki jet pribadi Nani Bercalli. Setelah Handry masuk dia berdialog dengan diri sendiri mengapa kapal sebesar ini hanya berisi dua orang, dia dan si bos. Secara imajinatif, pikirannya langsung membayangkan sebuah adegan film aksi mafia-mafia Italia, adu cacian, kemudian langsung bunuh-bunuhan. Ternyata yang terjadi justru kebalikan dengan itu, si bos membaca koran dan diam selama 4 jam.

Baca Juga  Kebebasan Berkehendak

Sampainya di bandara, secara sontak si bos mengucapkan selamat kepada Handry bahwa dia akan menjadi CEO GE Indonesia. Handry bernegosiasi meminta waktu untuk berpikir selama 2 jam. Di sana dia menelpon orang-orang terdekatnya tentang tawaran si bos dan akhirnya menerimanya dengan sangat optimis.

Jangan menyerah di tengah cobaan yang datang bertubi-tubi, solusi terbaik adalah menghadapinya dengan berani. Cahaya di ujung jalan akan buat semua penderitaan layak dijalani.

1 comments On Meroket Dengan Kursi Roda

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
5 - 1 = ?
Reload

Site Footer