Banyak orang yang “merasa” pinter padahal tidak. Hasilnya? Ia malas belajar. Dalam jangka panjang orang semacam ini akan tertinggal. Bila ia bekerja, karirnya akan disusul oleh anak-anak muda yang punya semangat bertumbuh. Bila ia pebisnis maka bisnisnya stagnan dan bisa berujung pada kebangkrutan.
Banyak juga orang yang “merasa” kaya padahal belum. Orang-orang seperti ini terlihat keren padahal kere. Penampilannya perlente dan klimis padahal sesungguhnya miskin. Ingin tampil dan terlihat seperti konglomerat padahal sejatinya melarat. Hidupnya dibangun di atas pondasi hutang yang semakin hari semakin membesar.
Ada pula orang yang “merasa” soleh padahal banyak berbuat salah. Orang-orang semacam ini biasanya merasa suci padahal hatinya dipenuhi penyakit hati. Mereka merasa dirinyalah yang paling benar dan orang lain penuh dengan kekeliruan. Terkadang mereka merasa hanya dirinya dan orang yang sependapat dengannya yang pantas masuk surga, orang lain neraka.
“Merasa” itu berbahaya. Tidak percaya? Simaklah kisah berikut.
Ada seorang suami yang “merasa” dirinya sangat sempurna. Ia “merasa” sudah bisa memberi semua hal untuk anak dan istrinya, padahal itu hanya perasaannya saja. Faktanya, anak dan istrinya hidupnya sengsara dan terabaikan.
Suatu saat sang suami yang “merasa” sudah menjadi suami teladan mendatangi istrinya. Ia bermaksud menikah lagi dengan gadis pujaannya. Dengan tutur kata yang indah ia merayu istrinya, “Wahai istriku, aku ini ibarat matahari, terlalu sayang bila sinarnya hanya menyinari kau seorang. Bagaimana kalau sinar ini aku bagi dengan wanita lain?”
Mendengar rayuan suaminya, istrinya yang cerdas langsung menjawab, “Aku tahu dan setuju suamiku, bila saja kau itu matahari. Tetapi sayang, kau ini lilin kecil yang menerangi rumah saja tidak terang. Jadi, bagaimana mungkin kau bisa menerangi tempat lain.”
He he he…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
34 comments On Merasa dan Fakta
Hanya lilin sudah merasa jadi mata hari.
Salam sukses mulia tuk semua.
Terimakasih kek, jadi bahan instropeksi hari ini yang terkadang masih “merasa” padahal belum.
sudah menjadi bacaan wajib diawal pagi, terima kasih ustadz
Sangat inspirasi di jum,at yg berkah ini,,,semoga yang merasa dan yg menjalani hidup seperti ditulisan ini segeralah bertobat dan berubah,,salam sukses mulia.
Pengantarnya buat diri berasa ditusuk….. Keren, Pak. terimakasih…
Bacaan untuk instropeksi diri saya sendiri nih…. #makjlebb 🙂
terimakasih kek jamil, yg selalu mengingatkan kami untuk senantiasa mjd pribadi yg Sukses Mulia 🙂
Setuju…Kalaupun sejatinya sdh kayak matahari tidak usahlah “merasa”. Biarlah orang lain yg merasakan hangatnya sinarmu tanpa harus merasa
Astagfirullahaladzimn. Saya trkdang trselip prasaan tsb. Mdh2n kita smua djauhkan dri sifat2 yg bsa mlemahkn iman kta.
Safar lebih baik dibandingkan tak tahu, keren
hehehe.. Mantep Beh.. Materi Babeh keren 😀 Salam sukses mulia
Merasa pinter, padahal tidak
Merasa kaya, padahal belum
Merasa sholeh, padahal masih sering berbuat salah
Merasa bersih, padahal masih menggunakan fasilitas kantor untuk pribadi
Artikel yang indah untuk introspeksi.
Terima kasih Pak Jamil.
*Jlebb moment ini dipersembahkan oleh…… ^_^
Apa kabar?
Alhamdulillah sehat dan Luar Biasa bersemangat, berkat artikel2 Anda yang selalu ‘mak jlebb’ (hehehe).
Terima kasih Pak Jamil. Semoga Anda sekeluarga diberi kesehatan yang prima, diberi ketenangan hati dan pikiran agar senantiasa bisa menyemangati dan menginspirasi kami melalui artikel2 Anda. Amin
Astaghfirullah, mrs sdh mampu n bs adil, ternyata jauuh dr itu. Terima kasih Pak Jamil
Nampol di awal tulisan, sarat makna dan petuah. Lalu terselip jenaka di akhir tulisan 🙂 sangat terkesan dan menambah ilmuku setiap membaca tulisan Bapak. Terima kasih
Tobat,,Tobat,,,Makasih Kek..
keuntungan punya istri cerdas begitu ya kek 🙂
Alhamdulillah, saya juga menjadi orang yang “merasa” kenal dengan Mas Jamil (sok akrab)… tapi kapannya bisa kenalan dengan Mas Jamil ???
Salam Sukses Mulia
Ah…ternyata sangat memalukan…tp gimana kalo emang orgnya merasa tdk ‘merasa’……?@!
Tugas manusia menyampaikan, berubah atau tidak itu bukan urusan kita. Salam SuksesMulia
Terima Kasih, Kek Jamil. Sangat menohok saya yang kadang ‘merasa’, tidak sesuai fakta. Salam.
*Baru kali ini komen, biasanya jadi silent reader. hihihi.
makasih pak Jamil, disela-sela kerja jadi senyum-senyum sendiri bacanya…. 2 baris kalimat terakhir cetar membahana… !!!
pinter, sholeh n kaya, semua itu baik. tetapi kalau sudah ditambahin merasa, bahaya tuh… smg kita semua terhindar dr penyakit ujub/membanggakan diri.
Klo kita berfikir dan bersikap bhwa kita seolah2 sdh jd kaya, sholeh dan adil, apakah itu boleh? Bukankah bs untuk set up mental dan mngundang hal positif agar kita cpt ky misalnya, sblm kita ky beneran?
Kayaknya banyak orang yang seperti ini. Melihatnya, saya merasa aneh.
terkadang merasa ‘perasaan’ itulah kenyataan.. padahal nyata-nyata cuma perasaan doang ya kek.. mesti bercermin nih u/ diri srndiri ^
penyakit ‘merasa’ yang tak terasa, tetapi bisa menyakitkan hati…
Thank’s “inilah saat hatiku tersentil dng kata2;merasa
Sungguh menggugah naluri
Subhanallah, bahan untuk instopeksi diri yang sudah sering ”merasa”..
Hehe
salam sukses mulia 🙂
makasih pak
faktanya kita memang sering merasa ini, sudah merasa melakukan itu. sesungguhnya yang paling tahu adalah orang yang di sekitar kita benarkah kita sudah melakukan ini itu
Merasa… Ah ternyata, aku masih di dunia “merasa”. Tiiddaaaakkkkk…..
Langsung ambil kaca :((
Btw, e ndingnya bikin ngikik, Kek :))
endingnya itu lhoo yang bikin ngakak.. 😀